2 Negara Ini Gencar Intervensi Pemilu Presiden AS dengan Memanfaatkan Influencer dan AI
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Pemilu presiden Amerika Serikat (AS) menjadi perhatian banyak negara, termasuk musuh bebuyutan. Hasil pemilu AS akan menentukan hubungan dengan musuh-musuh Washington.
Intervensi negaras asing itu bertujuan untuk mempengaruhi hasil pemilu AS. Selain itu, musuh-musuh AS juga menginginkan kekacauan dalam pelaksaan pesta demokrasi tersebut.
“Upaya ini berisiko memicu kekerasan, termasuk terhadap petugas pemilu. Kami mengantisipasi aktor Rusia akan merilis konten buatan tambahan dengan tema-tema ini hingga Hari Pemilihan dan pada hari-hari dan minggu-minggu setelah pemungutan suara ditutup” menurut pernyataan bersama dari Kantor Direktur Intelijen Nasional, FBI, dan Departemen Keamanan Dalam Negeri, dilansir Al Arabiya.
Akhir bulan lalu, pejabat intelijen mengatakan bahwa agen Rusia berada di balik video palsu yang diduga memperlihatkan seseorang merobek surat suara di Pennsylvania. Selama akhir pekan, Kedutaan Besar Rusia di Washington membantah, dalam sebuah pernyataan di Telegram, bahwa mereka ada hubungannya dengan video yang secara keliru tampak memperlihatkan kecurangan pemungutan suara.
"Kami memandang tuduhan ini tidak berdasar," kata kedutaan dalam pernyataan tersebut.
Menurut David Salvo, direktur pelaksana di Aliansi untuk Mengamankan Demokrasi dan Pengaruh Otokratis yang Jahat dari German Marshall Fund, jumlah konten yang dibuat dan disebarkan oleh agen yang bekerja untuk musuh AS telah meningkat dalam pemilu 2024 dibandingkan dengan pemilu sebelumnya. "Rusia dan Iran juga menggunakan lebih banyak taktik kali ini, dengan menggunakan AI dan influencer Amerika," tambahnya.
Dalam periode antara Hari Pemilihan dan hari pelantikan, Rusia dan Iran kemungkinan akan memperkuat aktor domestik yang menyerukan kekerasan. " Kedua negara itu menggunakan kerentanan ekstremisme politik ini untuk mencoba menggerakkan warga Amerika agar keluar dan memprotes dengan kekerasan," kata Salvo.
Sebelumnya Jen Easterly, direktur Badan Keamanan Siber dan Keamanan Infrastruktur mengatakan kepada wartawan bahwa "kita berada dalam siklus pemilihan dengan jumlah disinformasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk disinformasi yang disebarkan dan diperkuat secara agresif oleh musuh asing kita dalam skala yang lebih besar daripada sebelumnya."
"Kita tidak dapat membiarkan musuh asing kita memiliki hak suara dalam demokrasi kita," tambahnya.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Intervensi negaras asing itu bertujuan untuk mempengaruhi hasil pemilu AS. Selain itu, musuh-musuh AS juga menginginkan kekacauan dalam pelaksaan pesta demokrasi tersebut.
2 Negara Ini Gencar Intervensi Pemilu Presiden AS dengan Memanfaatkan Influencer dan AI
1. Rusia
Rusia meningkatkan upayanya untuk membuat dan menyebarluaskan video palsu dan informasi palsu untuk melemahkan legitimasi pemilu Amerika dan memperburuk perpecahan yang sudah dalam. Itu diungkapkan badan intelijen AS memperingatkan beberapa jam sebelum Hari Pemilihan.“Upaya ini berisiko memicu kekerasan, termasuk terhadap petugas pemilu. Kami mengantisipasi aktor Rusia akan merilis konten buatan tambahan dengan tema-tema ini hingga Hari Pemilihan dan pada hari-hari dan minggu-minggu setelah pemungutan suara ditutup” menurut pernyataan bersama dari Kantor Direktur Intelijen Nasional, FBI, dan Departemen Keamanan Dalam Negeri, dilansir Al Arabiya.
2. Iran
Badan-badan tersebut juga mengatakan bahwa Iran menimbulkan ancaman terhadap integritas pemilu dan telah "melakukan aktivitas siber yang jahat untuk membahayakan kampanye mantan Presiden Trump."Akhir bulan lalu, pejabat intelijen mengatakan bahwa agen Rusia berada di balik video palsu yang diduga memperlihatkan seseorang merobek surat suara di Pennsylvania. Selama akhir pekan, Kedutaan Besar Rusia di Washington membantah, dalam sebuah pernyataan di Telegram, bahwa mereka ada hubungannya dengan video yang secara keliru tampak memperlihatkan kecurangan pemungutan suara.
"Kami memandang tuduhan ini tidak berdasar," kata kedutaan dalam pernyataan tersebut.
Menurut David Salvo, direktur pelaksana di Aliansi untuk Mengamankan Demokrasi dan Pengaruh Otokratis yang Jahat dari German Marshall Fund, jumlah konten yang dibuat dan disebarkan oleh agen yang bekerja untuk musuh AS telah meningkat dalam pemilu 2024 dibandingkan dengan pemilu sebelumnya. "Rusia dan Iran juga menggunakan lebih banyak taktik kali ini, dengan menggunakan AI dan influencer Amerika," tambahnya.
Dalam periode antara Hari Pemilihan dan hari pelantikan, Rusia dan Iran kemungkinan akan memperkuat aktor domestik yang menyerukan kekerasan. " Kedua negara itu menggunakan kerentanan ekstremisme politik ini untuk mencoba menggerakkan warga Amerika agar keluar dan memprotes dengan kekerasan," kata Salvo.
Sebelumnya Jen Easterly, direktur Badan Keamanan Siber dan Keamanan Infrastruktur mengatakan kepada wartawan bahwa "kita berada dalam siklus pemilihan dengan jumlah disinformasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk disinformasi yang disebarkan dan diperkuat secara agresif oleh musuh asing kita dalam skala yang lebih besar daripada sebelumnya."
"Kita tidak dapat membiarkan musuh asing kita memiliki hak suara dalam demokrasi kita," tambahnya.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(ahm)