Hizbullah Tembakkan Salvo Rudal ke Pangkalan Militer Israel pada Hari Penebusan Dosa

Minggu, 13 Oktober 2024 - 13:26 WIB
loading...
Hizbullah Tembakkan...
Hizbullah tembakkan salvo rudal ke pangkalan militer Israel pada Hari Penebusan Dosa. Foto/Anadolu
A A A
TEL AVIV - Kelompok Hizbullah Lebanon mengatakan pihaknya telah menembakkan salvo rudal ke pangkalan militer Israel pada hari Sabtu saat Yom Kippur, yang oleh umat Yahudi dikenal sebagai Hari Penebusan Dosa.

Serangan rudal berlangsung ketika militer Zionis terus membombardir wilayah Lebanon dengan dalih memerangi Hizbullah.

Pada saat Yom Kippur kota-kota di sekitar Israel sepi dengan pasar-pasar ditutup, penerbangan dan transportasi umum lainnya dihentikan sementara orang-orang Yahudi yang taat berpuasa dan berdoa.

Meski demikian, dalam kondisi perang, pasukan Zionis Israel tetap melanjutkan pertempuran sengit di perbatasan utara dan selatan di tengah badai kritik atas cederanya empat pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL).



Hizbullah—yang telah kehilangan pemimpinnya dan daftar panjang komandan utama akibat serangan Israel sejak dimulainya perang di Lebanon—pada hari Sabtu mengatakan pihaknya menyerang pangkalan militer Zionis di selatan Haifa dengan rentetan rudal.

“Petempur Hizbullah menargetkan pabrik bahan peledak di sana dengan salvo rudal,” kata kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan, yang dilansir AFP, Minggu (13/10/2024).

Sirene serangan udara meraung-raung pada hari Sabtu di Israel utara, dengan militer Israel mengatakan telah mencegat proyektil yang diluncurkan dari Lebanon.

Beberapa jam menjelang Yom Kippur, Israel menghadapi reaksi diplomatik yang keras atas apa yang dikatakannya sebagai serangan terhadap posisi pasukan UNIFIL di Lebanon selatan.

Dua pasukan penjaga perdamaian PBB asal Sri Lanka terluka dalam insiden kedua dalam dua hari terakhir, kata misi UNIFIL.

Militer Zionis berdalih tentara Israel telah merespons dengan tembakan terhadap "ancaman langsung" sekitar 50m dari pos UNIFIL.

Ketika Israel menghadapi serangkaian kecaman dari Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, sekutu Barat dan lainnya, militer Zionis berjanji untuk melakukan "kajian menyeluruh".

UNFIL Sengaja Menjadi Target


Pasukan penjaga perdamaian UNIFIL di Lebanon telah menemukan diri mereka di garis depan perang Israel-Hizbullah, yang telah menewaskan lebih dari 1.200 orang di Lebanon sejak 23 September, menurut penghitungan AFP dari angka Kementerian Kesehatan Lebanon.

Empat pasukan penjaga perdamaian terluka, termasuk dua tentara asal Indonesia yang terluka pada hari Kamis ketika sebuah tank Merkava Israel menembaki menara pengawas mereka, menurut UNIFIL.

Sean Clancy, kepala staf militer Irlandia, mengatakan dia tidak percaya penjelasan Israel tentang insiden hari Jumat.

"Jadi dari sudut pandang militer, ini bukan tindakan yang tidak disengaja," kata Clancy, yang negaranya memiliki pasukan di UNIFIL.

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan dia yakin pasukan penjaga perdamaian PBB telah "disengaja menjadi sasaran".

Guterres mengutuk penembakan itu sebagai "tidak dapat ditoleransi" dan "pelanggaran hukum humaniter internasional", sementara pemerintah Inggris mengatakan "terkejut".

Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan pada hari Jumat bahwa dia benar-benar meminta Israel untuk berhenti menembaki pasukan penjaga perdamaian PBB.

Insiden itu terjadi lebih dari dua minggu dalam perang Israel dengan Hizbullah Lebanon, yang telah menyaksikan pesawat tempur Israel melakukan serangan besar-besaran dan mengirim pasukan darat melintasi perbatasan.

Upaya diplomatik untuk menegosiasikan akhir pertempuran sejauh ini gagal, tetapi Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati mengatakan pemerintahnya akan meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengeluarkan resolusi baru yang menyerukan "gencatan senjata penuh dan segera".

Militer Lebanon mengatakan pada hari Jumat bahwa serangan Israel terhadap salah satu posisinya di Lebanon selatan menewaskan dua tentara.

Setelah liburan Yom Kippur, perhatian kemungkinan akan kembali tertuju pada pembalasan militer Zionis terhadap Iran, yang meluncurkan sekitar 200 rudal ke Israel pada tanggal 1 Oktober.

Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant berjanji bahwa respons negaranya akan mematikan, presisi, dan mengejutkan, dengan pemerintahan Biden mendorong respons proporsional yang tidak akan menyeret kawasan itu ke dalam perang yang lebih luas.

Biden telah mendesak Israel untuk menghindari serangan terhadap fasilitas nuklir atau infrastruktur energi Iran.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0959 seconds (0.1#10.140)