Jenderal Iran Ikut Tewas saat Israel Serang Nasrallah, Ini Sosoknya

Minggu, 29 September 2024 - 08:50 WIB
loading...
Jenderal Iran Ikut Tewas...
Brigadir Jenderal Abbas Nilforoushan, jenderal IRGC Iran yang ikut terbunuh dalam serangan udara Israel yang menewaskan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah. Foto/Iran International
A A A
BEIRUT - Seorang jenderal Iran ikut terbunuh dalam serangan udara Israel di pinggiran Beirut yang menewaskan pemimpin Hizbullah Lebanon Hassan Nasrallah pada hari Jumat.

Sosok jenderal yang tewas itu adalah Brigadir Jenderal Abbas Nilforoushan (58), wakil komandan operasi Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran. Jenderal Nilforoushan bertugas mengawasi pasukan darat IRGC.

Pasukan Pertahanan Israel (IDF) belum mengonfirmasi laporan kematian Nilforoushan.

Namun surat kabar Iran; Tehran Times, pada hari Sabtu melaporkan Nilforushan tewas dalam serangan yang sama yang menewaskan Nasrallah.



Militer Israel sebelumnya mengumumkan bahwa Nasrallah tewas dalam serangan hari Jumat. Hizbullah juga telah mengonfirmasi kematiannya.

Dianggap oleh sebagian pihak sebagai pemimpin paling karismatik dalam jaringan proksi yang memproyeksikan kekuatan Iran di Timur Tengah, yang dikenal sebagai Poros Perlawanan, Nasrallah jarang muncul di depan umum tetapi memupuk pengikut dengan pidatonya di televisi.

Nasrallah telah memimpin Hizbullah sejak 1992 dan, dengan bantuan dari IRGC, mengawasi pembangunan persenjataan rudal yang sangat besar dan pasukannya melampaui tentara Lebanon, menjadi negara di dalam negara.

Menyusul laporan kematian Nasrallah, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menulis di X pada hari Sabtu: "Semua pasukan perlawanan di wilayah tersebut berdiri bersama dan mendukung Hizbullah."

Khamenei juga menyebut serangan Israel yang menargetkan Lebanon sebagai tindakan biadab, picik, dan tidak masuk akal.

Joel Rubin, mantan wakil asisten menteri luar negeri Amerika Serikat untuk urusan Parlemen selama pemerintahan Barack Obama, mengatakan kepada Newsweek melalui pesan teks Sabtu sore: "IRGC telah menjadi saksi langsung penghancuran dua proksi teroris utamanya, Hamas dan Hizbullah, dan tidak dapat melakukan apa pun untuk menghentikannya.”

“Ketidakmampuan mereka dalam menghadapi serangan Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya seharusnya membuat semua proksi regional Iran gemetar karena prospek menjadi target berikutnya dalam daftar Israel,” lanjut dia.

“Hasilnya adalah Israel benar-benar mencapai tujuan militernya terhadap ancaman-ancaman ini. Oleh karena itu, akan bijaksana bagi [Perdana Menteri Israel Benjamin] Netanyahu untuk menemukan cara untuk memanfaatkan keberhasilan ini menjadi keuntungan diplomatik yang memperkuat posisi regional Israel,” paparnya.

“Sekaranglah saatnya, karena jika kita terjerumus ke dalam perang regional, jendela baru ini akan tertutup dan kesempatan akan hilang bagi orang Israel dan Arab untuk mendapatkan keamanan yang lebih baik."

Israel dan Hizbullah telah saling serang sejak serangan perangkat elektronik terhadap Hizbullah minggu lalu yang menewaskan puluhan orang dan melukai ribuan lainnya. Israel secara luas dianggap telah melancarkan serangan tersebut, tetapi belum mengaku bertanggung jawab.

Meskipun Hizbullah dan Israel telah saling serang selama 11 bulan di tengah perang Israel dengan Hamas, ,eskalasi baru-baru ini antara keduanya telah menimbulkan kekhawatiran akan perang yang lebih luas di Timur Tengah.

Presiden Iran Masoud Pezeshkian telah bersumpah untuk membalas dendam atas serangan perangkat elektronik dan kematian Nilforoushan pasti akan semakin memperburuk situasi di Timur Tengah.

Tanpa menyebut nama Israel, Pezeshkian mem-posting di X pekan lalu bahwa dia mengutuk pembunuhan massal yang berbahaya yang dilakukan oleh entitas teroris melalui pengeboman perangkat komunikasi.

"Tuhan itu Mahakuasa, pendendam, dan penjahat pasti akan menerima pembalasan yang adil," tulis dia.

Setelah Israel mengebom fasilitas diplomatik Iran di Damaskus, Suriah, pada bulan April, Iran meluncurkan rudal balistik dan jelajah, serta amunisi yang berkeliaran ke Israel sebagai balasan, yang sebagian berhasil dicegat.

Hal ini menunjukkan bahwa pilihan Iran untuk membalas pembunuhan Nasrallah cukup terbatas, kata Hamidreza Azizi, seorang peneliti di German Institute for International and Security Affairs di Berlin, kepada Newsweek yang dilansir Minggu (29/9/2024).

"Iran kini punya dua pilihan. Keduanya sangat buruk," kata Azizi.

"Salah satunya adalah terlibat dalam perang. Setiap langkah saat ini akan memicu respons besar-besaran Israel dan serangkaian tindakan reaksi yang pasti akan berujung pada perang yang lebih besar, dan Israel telah menegaskan bahwa mereka siap untuk itu,” paparnya.

“Pilihan lainnya, adalah tidak melakukan apa-apa dan hanya menunggu upaya internasional untuk menghentikan perang di Gaza dan Lebanon, yang tampaknya tidak terlalu efektif."

“Ini akan membuat Iran kehilangan semua front yang telah mereka bangun di kawasan itu—dari Lebanon hingga Suriah," kata Azizi.
(mas)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1607 seconds (0.1#10.140)