Taiwan Ingin Terlibat Aktif di UNFCCC untuk Atasi Perubahan Iklim

Jum'at, 29 November 2019 - 18:49 WIB
Taiwan Ingin Terlibat Aktif di UNFCCC untuk Atasi Perubahan Iklim
Taiwan Ingin Terlibat Aktif di UNFCCC untuk Atasi Perubahan Iklim
A A A
TAIPEI - Perubahan iklim global menjadi masalah serius yang dihadapi dan mempengaruhi semua orang di dunia. Setiap negara pun seharusnya berperan aktif untuk mengatasi perubahan iklim tersebut.

Karena faktor politik internasional, Taiwan tidak dapat menjadi bagian dalam UNFCCC. Meski demikian, Taiwan memiliki kemauan dan kemampuan nyata untuk memerangi perubahan iklim dengan negara lain di dalam kerangka UNFCCC.

Menteri Perlindungan Lingkungan Taiwan Chang Tzi-chin memaparkan upaya Taiwan dalam memerangi perubahan iklim. Dia juga menyeru negara-negara lain untuk mendukung partisipasi Taiwan dalam UNFCCC, dan menyertakan Taiwan ke dalam mekanisme pengurangan karbon global, negosiasi dan Kesepakatan Paris untuk perubahan iklim serta aktivitas terkait lainnya.

Representative Taipei Economic and Trade Office (TETO) John Chen juga menyatakan, Konferensi UNFCCC ke-25 (COP 25) akan digelar di Spanyol pada Desember tahun ini. Karena faktor politik internasional, Taiwan hanya dapat menghadiri pertemuan tersebut sebagai pengamat Organisasi Non Pemerintah (LSM). Bagi Taiwan dan dunia, ini adalah kerugian besar untuk melawan perubahan iklim.

Representative John Chen menghimbau Indonesia dan negara-negara lain tidak membatasi pandangan mereka pada pertimbangan politik dan mendukung partisipasi Taiwan untuk berkontribusi secara profesional, pragmatis di UNFCCC, untuk bersama-sama memerangi perubahan iklim.

Chang mengatakan, "Taiwan telah mengesahkan Undang-Undang Pengelolaan dan Pengurangan Gas Rumah Kaca, menyelesaikan Jaringan Aksi Nasional untuk Perubahan Iklim, Skema Upaya Pengurangan Gas Rumah Kaca, dan merumuskan Rencana Aksi Pengendalian Emisi Gas Rumah Kaca dan lainnya."

"Pada tahun 2025, Taiwan diperkirakan akan mencapai tujuan 20 GW untuk pembangkit listrik tenaga surya dan 6,9 GW untuk pembangkit listrik tenaga angin. Taiwan juga telah memperkuat insentif keuangannya untuk mendukung pengembangan industri teknologi energi hijau dan secara aktif mempromosikan Rencana Pelaksanaan Finansial Hijau," papar Chang dalam keterangan persnya.

Chang juga menyebutkan, satelit FORMOSAT-3 yang diluncurkan Taiwan pada 2006, telah mengumpulkan lebih dari 10 juta data meteorologi sejauh ini, menyediakan penelitian ilmiah gratis kepada para sarjana dari berbagai negara. Satelit FORMOSAT-7 yang diluncurkan tahun ini, akan lebih efektif meningkatkan keakuratan prakiraan cuaca ekstrim, dan memberikan kontribusi positif bagi prakiraan cuaca global serta perubahan iklim.

"Taiwan telah merumuskan Rencana Upaya Adaptasi Perubahan Iklim Nasional untuk membangun sistim ketahanan dalam menanggapi perubahan iklim dari delapan aspek seperti bencana, infrasruktur kelangsungan hidup, sumber daya air, keamanan pertanahan, pesisir pantai, energi dan industri, pertanian, dan kesehatan," ungkap Chang.

Menteri Chang mengatakan, sangat tidak adil bagi Taiwan dikeluarkan dari organisasi internasional karena prasangka politik dari China. "Tidak hanya bertentangan dengan semangat UNFCCC yang menyerukan semua negara untuk bekerja sama secara luas dalam perubahan iklim global, juga mengabaikan Perjanjian Paris yang menekankan Keadilan Iklim dan menyerukan pentingnya tindakan iklim oleh negara-negara, bahkan juga bertentangan dengan tujuan Piagam PBB, dan itu juga melemahkan struktur internasional dan membahayakan dunia," papar Chang.

"Dalam menghadapi masyarakat internasional, Taiwan adalah teman yang tulus yang bertanggung jawab dan mau berkontribusi. Taiwan berusaha untuk membuat dunia menjadi lebih baik. Taiwan benar-benar layak untuk dimasukkan dalam sistem perubahan iklim global," ujar dia.

Representative Taipei Economic and Trade Office (TETO) John Chen juga mengatakan, "Sesuai semangat UNFCCC, Taiwan secara aktif membantu negara-negara berkembang dalam rencana mitigasi dan adaptasi jangka panjang untuk memerangi perubahan iklim, serta menunjukkan tekad kami untuk berkontribusi kepada dunia. Misalnya, Taiwan membantu Belize dan Honduras dalam pengurangan bencana dan peringatan pencegahan bencana, membantu Kepulauan Marshall mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 992 ton setiap tahun."

Taiwan sangat terpengaruh oleh perubahan iklim dan telah mengembangkan banyak teknologi yang sesuai dan bersedia berbagi dengan negara lain. Namun, oleh karena faktor politik internasional, Taiwan hanya dapat menghadiri pertemuan tersebut sebagai pengamat LSM, dan tidak dapat menyerahkan Nationally Determined Contribution (NDC) Taiwan kepada Sekretariat UNFCCC.

"Seperti negara lainnya, Taiwan seharusnya memiliki peluang yang sama untuk bergabung dengan mekanisme pengurangan karbon global, menegosiasikan kegiatan terkait dengan Perjanjian Paris, dan bekerja sama untuk memberikan kontribusi usaha maksimal bagi lingkungan dan generasi mendatang," ujar John Chen.

Representative John Chen menghimbau negara-negara lain bahwa perubahan cuaca telah terjadi dan telah mempengaruhi negara lain. "Semoga negara-negara lain tidak mengesampingkan Taiwan hanya karena masalah politik, Taiwan bersedia bekerja sama dengan anggota masyarakat internasional untuk menjaga dan melindungi dunia," pungkas dia.
(sfn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3614 seconds (0.1#10.140)