Bulgaria Menolak Keras Dikaitkan Ledakan Pager di Lebanon dan Suriah
loading...
A
A
A
SOFIA - Bulgaria dengan tegas membantah terkait ledakan pager di Lebanon dan Suriah, sebagaimana dilaporkan media lokal pada Jumat (20/9/2024).
"Bulgaria tidak ada hubungannya dengan pembuatan dan pengiriman pager yang telah diledakkan di Lebanon dan Suriah," ungkap Perdana Menteri sementara Bulgaria, Dimitar Glavchev, seperti dikutip Kantor Berita milik pemerintah BTA, dilansir Anadolu.
Dia menambahkan negara tersebut juga tidak terlibat dalam bea cukai barang-barang tersebut.
Pernyataan Glavchev muncul sebagai tanggapan atas laporan oleh kantor berita Hungaria, Telex, bahwa penjualan pager kepada Hizbullah, yang telah menewaskan 37 orang dan melukai lebih dari 3.000 orang di Lebanon dan Suriah, difasilitasi perusahaan yang berpusat di Sofia, Norta Global Ltd.
"Satu-satunya hal yang terjadi adalah arus kas yang ditagih. Bank-bank mengharuskan faktur tersebut menyebutkan alasan transfer. Faktur tersebut menyatakan pembayaran dilakukan untuk layanan dan bukan untuk barang,” papar Glavchev.
Dengan mempertahankan kasus tersebut tidak akan memengaruhi kebijakan luar negeri Bulgaria, dia menambahkan, “Perusahaan tersebut dimiliki warga negara Norwegia yang belum pernah mengunjungi Bulgaria. Arus kas untuk layanan yang telah melewati Bulgaria sama sekali tidak terkait dengan barang yang dimaksud.”
Sebelumnya pada Jumat, Badan Keamanan Nasional Bulgaria (DANS) mengatakan pemeriksaan bersama dengan Kementerian Dalam Negeri dan Badan Bea Cukai Nasional menetapkan perangkat komunikasi yang mirip dengan yang diledakkan di Lebanon dan Suriah tidak diimpor, diekspor, atau diproduksi di Bulgaria.
Kantor berita tersebut menambahkan mereka tidak mendeteksi keterlibatan Norta Global dalam operasi keuangan apa pun yang memenuhi syarat sebagai pendanaan teroris, dan juga tidak berdagang dengan individu mana pun yang dikenai sanksi PBB dan Uni Eropa (UE).
Pada Selasa dan Rabu, 37 orang tewas dan lebih dari 3.250 warga lainnya, termasuk wanita dan anak-anak, terluka dalam serangkaian ledakan yang melibatkan perangkat komunikasi nirkabel, termasuk pager dan radio dua arah. Beirut dan Hizbullah menyalahkan Israel atas serangan tersebut.
Beberapa media melaporkan Israel menempatkan bahan peledak kecil di dalam perangkat pager impor sebelum mencapai Lebanon dan kemudian, pekan ini, meledakkannya dari jarak jauh.
"Bulgaria tidak ada hubungannya dengan pembuatan dan pengiriman pager yang telah diledakkan di Lebanon dan Suriah," ungkap Perdana Menteri sementara Bulgaria, Dimitar Glavchev, seperti dikutip Kantor Berita milik pemerintah BTA, dilansir Anadolu.
Dia menambahkan negara tersebut juga tidak terlibat dalam bea cukai barang-barang tersebut.
Pernyataan Glavchev muncul sebagai tanggapan atas laporan oleh kantor berita Hungaria, Telex, bahwa penjualan pager kepada Hizbullah, yang telah menewaskan 37 orang dan melukai lebih dari 3.000 orang di Lebanon dan Suriah, difasilitasi perusahaan yang berpusat di Sofia, Norta Global Ltd.
"Satu-satunya hal yang terjadi adalah arus kas yang ditagih. Bank-bank mengharuskan faktur tersebut menyebutkan alasan transfer. Faktur tersebut menyatakan pembayaran dilakukan untuk layanan dan bukan untuk barang,” papar Glavchev.
Dengan mempertahankan kasus tersebut tidak akan memengaruhi kebijakan luar negeri Bulgaria, dia menambahkan, “Perusahaan tersebut dimiliki warga negara Norwegia yang belum pernah mengunjungi Bulgaria. Arus kas untuk layanan yang telah melewati Bulgaria sama sekali tidak terkait dengan barang yang dimaksud.”
Sebelumnya pada Jumat, Badan Keamanan Nasional Bulgaria (DANS) mengatakan pemeriksaan bersama dengan Kementerian Dalam Negeri dan Badan Bea Cukai Nasional menetapkan perangkat komunikasi yang mirip dengan yang diledakkan di Lebanon dan Suriah tidak diimpor, diekspor, atau diproduksi di Bulgaria.
Kantor berita tersebut menambahkan mereka tidak mendeteksi keterlibatan Norta Global dalam operasi keuangan apa pun yang memenuhi syarat sebagai pendanaan teroris, dan juga tidak berdagang dengan individu mana pun yang dikenai sanksi PBB dan Uni Eropa (UE).
Pada Selasa dan Rabu, 37 orang tewas dan lebih dari 3.250 warga lainnya, termasuk wanita dan anak-anak, terluka dalam serangkaian ledakan yang melibatkan perangkat komunikasi nirkabel, termasuk pager dan radio dua arah. Beirut dan Hizbullah menyalahkan Israel atas serangan tersebut.
Beberapa media melaporkan Israel menempatkan bahan peledak kecil di dalam perangkat pager impor sebelum mencapai Lebanon dan kemudian, pekan ini, meledakkannya dari jarak jauh.