Giliran Ribuan Walkie-Talkie Meledak Tewaskan 20 Orang di Lebanon, Israel Umumkan Perang Baru
loading...
A
A
A
BEIRUT - Rentetan ledakan kedua telah mengguncang benteng Hizbullah di Lebanon telah menewaskan 20 orang dan melukai 450 lainnya pada Rabu.
Pada saat bersamaan, Israel umumkan perangnya memasuki fase baru dengan fokus melawan Hizbullah.
Ribuan walkie-talkie yang dipegang para anggota Hizbullah meledak pada Rabu, sehari setelah gelombang pertama ledakan pager dan walkie-talkie yang menargetkan perangkat pemanggil kelompok milisi tersebut.
Rentetan ledakan pager pada Selasa menewaskan 12 orang, termasuk dua anak-anak, dan melukai 2.800 lainnya.
Israel diduga kuat bertanggung jawab atas kedua serangan tersebut.
Baaca Juga: Israel Alihkan Perang ke Hizbullah setelah Ribuan Pager Diledakkan di Lebanon
Meskipun belum secara resmi mengeklaim bertanggung jawab, tidak ada keraguan di antara musuh-musuhnya, atau bahkan sekutunya, bahwa operasi kembar tersebut memiliki ciri khas badan intelijen Israel, Mossad.
Mengutip laporan AFP, Kamis (19/9/2024), ribuan walkie-talkie meledak di Ibu Kota Lebanon, Beirut, pada Rabu. Ada juga ledakan yang meluas di selatan dan timur negara tersebut.
Sistem energi surya juga meledak di Beirut dan Lebanon selatan, di mana pejabat mengeklaim warga sipil telah tewas.
Rekaman dramatis menunjukkan orang-orang berlarian mencari perlindungan saat ledakan terjadi selama pemakaman di Beirut selatan untuk militan Hizbullah yang tewas dalam gelombang ledakan pertama.
Para milisi Hizbullah yang panik terlihat merobek baterai dari walkie-talkie mereka dan melemparkannya ke tumpukan di tanah saat ambulans bergegas ke tempat kejadian.
Dalam beberapa rekaman, nama merek Icom, yang dimiliki oleh perusahaan Jepang, terlihat pada perangkat yang hancur.
Icom mengatakan kepada AP bahwa mereka dapat menjamin walkie-talkie yang dimaksud bukanlah produk mereka.
Dikatakan bahwa model yang dimaksud telah dihentikan produksinya sejak lama, dan radio genggam di Lebanon kemungkinan besar adalah tiruan.
Iran, yang mendukung Hizbullah, telah mengancam akan membalas dendam terhadap Israel.
“Tidak diragukan lagi, rezim Israel memikul tanggung jawab penuh atas kejahatan mengerikan tersebut,” kata duta besar Iran untuk PBB, Amir Iravani.
“Republik Islam Iran akan segera menindaklanjuti serangan terhadap duta besarnya di Lebanon, dan berhak berdasarkan hukum internasional untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk menanggapi kejahatan dan pelanggaran keji tersebut.”
Duta Besar Iran untuk Lebanon Mojtaba Amani termasuk di antara mereka yang terluka akibat ledakan pager.
Amerika Serikat bereaksi terhadap gelombang ledakan baru tersebut dengan memperingatkan semua pihak agar tidak terjadi eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah.
"Kami tetap tidak ingin melihat eskalasi dalam bentuk apa pun. Kami tidak percaya bahwa cara untuk menyelesaikan krisis ini adalah dengan operasi militer tambahan," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby kepada wartawan.
"Kami tetap percaya bahwa cara terbaik untuk mencegah eskalasi, untuk mencegah munculnya front lain di Lebanon, adalah melalui diplomasi."
Ketika ditanya apakah Israel mematuhi hukum humaniter internasional dengan serangannya melalui pager dan walkie-talkie, Kirby menjawab: "Seperti yang telah kami katakan sejak awal, Israel memiliki hak untuk membela diri."
"Bagaimana mereka melakukannya penting bagi kami, dan kami tidak malu untuk melakukan percakapan semacam itu dengan Israel sebagaimana mestinya," imbuh dia, meskipun tanpa benar-benar mengonfirmasi bahwa Israel bertanggung jawab.
Mengenai Amerika Serikat, Kirby menggemakan pernyataan yang menolak keterlibatannya. “Kami tidak terlibat dalam insiden kemarin atau hari ini [Rabu] dengan cara apa pun," katanya.
Ketika gelombang kedua ledakan mengguncang Lebanon, Israel mengumumkan fase baru perangnya dengan berfokus pada Hizbullah daripada Hamas di Gaza.
“Pusat gravitasi bergerak ke utara,” kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant saat berkunjung ke pangkalan udara pada hari Rabu.
“Saya yakin bahwa kita berada di awal fase baru dalam perang ini, dan kita perlu beradaptasi,” ujar Gallant.
“Kita akan membutuhkan konsistensi dari waktu ke waktu, perang ini membutuhkan keberanian, tekad, dan ketekunan yang besar.”
Dia mengatakan tujuan Israel di utara jelas dan sederhana. "Untuk mengembalikan penduduk kota-kota di utara ke rumah mereka dengan aman," paparnya.
“Kami tidak melupakan para sandera dan kami tidak melupakan tugas kami di selatan. Ini adalah tugas kami dan kami melaksanakannya pada saat yang sama,” imbuh Gallant.
Pada saat bersamaan, Israel umumkan perangnya memasuki fase baru dengan fokus melawan Hizbullah.
Ribuan walkie-talkie yang dipegang para anggota Hizbullah meledak pada Rabu, sehari setelah gelombang pertama ledakan pager dan walkie-talkie yang menargetkan perangkat pemanggil kelompok milisi tersebut.
Rentetan ledakan pager pada Selasa menewaskan 12 orang, termasuk dua anak-anak, dan melukai 2.800 lainnya.
Israel diduga kuat bertanggung jawab atas kedua serangan tersebut.
Baaca Juga: Israel Alihkan Perang ke Hizbullah setelah Ribuan Pager Diledakkan di Lebanon
Meskipun belum secara resmi mengeklaim bertanggung jawab, tidak ada keraguan di antara musuh-musuhnya, atau bahkan sekutunya, bahwa operasi kembar tersebut memiliki ciri khas badan intelijen Israel, Mossad.
Mengutip laporan AFP, Kamis (19/9/2024), ribuan walkie-talkie meledak di Ibu Kota Lebanon, Beirut, pada Rabu. Ada juga ledakan yang meluas di selatan dan timur negara tersebut.
Sistem energi surya juga meledak di Beirut dan Lebanon selatan, di mana pejabat mengeklaim warga sipil telah tewas.
Rekaman dramatis menunjukkan orang-orang berlarian mencari perlindungan saat ledakan terjadi selama pemakaman di Beirut selatan untuk militan Hizbullah yang tewas dalam gelombang ledakan pertama.
Para milisi Hizbullah yang panik terlihat merobek baterai dari walkie-talkie mereka dan melemparkannya ke tumpukan di tanah saat ambulans bergegas ke tempat kejadian.
Dalam beberapa rekaman, nama merek Icom, yang dimiliki oleh perusahaan Jepang, terlihat pada perangkat yang hancur.
Icom mengatakan kepada AP bahwa mereka dapat menjamin walkie-talkie yang dimaksud bukanlah produk mereka.
Dikatakan bahwa model yang dimaksud telah dihentikan produksinya sejak lama, dan radio genggam di Lebanon kemungkinan besar adalah tiruan.
Iran, yang mendukung Hizbullah, telah mengancam akan membalas dendam terhadap Israel.
“Tidak diragukan lagi, rezim Israel memikul tanggung jawab penuh atas kejahatan mengerikan tersebut,” kata duta besar Iran untuk PBB, Amir Iravani.
“Republik Islam Iran akan segera menindaklanjuti serangan terhadap duta besarnya di Lebanon, dan berhak berdasarkan hukum internasional untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk menanggapi kejahatan dan pelanggaran keji tersebut.”
Duta Besar Iran untuk Lebanon Mojtaba Amani termasuk di antara mereka yang terluka akibat ledakan pager.
Amerika Serikat bereaksi terhadap gelombang ledakan baru tersebut dengan memperingatkan semua pihak agar tidak terjadi eskalasi lebih lanjut di Timur Tengah.
"Kami tetap tidak ingin melihat eskalasi dalam bentuk apa pun. Kami tidak percaya bahwa cara untuk menyelesaikan krisis ini adalah dengan operasi militer tambahan," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby kepada wartawan.
"Kami tetap percaya bahwa cara terbaik untuk mencegah eskalasi, untuk mencegah munculnya front lain di Lebanon, adalah melalui diplomasi."
Ketika ditanya apakah Israel mematuhi hukum humaniter internasional dengan serangannya melalui pager dan walkie-talkie, Kirby menjawab: "Seperti yang telah kami katakan sejak awal, Israel memiliki hak untuk membela diri."
"Bagaimana mereka melakukannya penting bagi kami, dan kami tidak malu untuk melakukan percakapan semacam itu dengan Israel sebagaimana mestinya," imbuh dia, meskipun tanpa benar-benar mengonfirmasi bahwa Israel bertanggung jawab.
Mengenai Amerika Serikat, Kirby menggemakan pernyataan yang menolak keterlibatannya. “Kami tidak terlibat dalam insiden kemarin atau hari ini [Rabu] dengan cara apa pun," katanya.
Israel Umumkan Perang Baru
Ketika gelombang kedua ledakan mengguncang Lebanon, Israel mengumumkan fase baru perangnya dengan berfokus pada Hizbullah daripada Hamas di Gaza.
“Pusat gravitasi bergerak ke utara,” kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant saat berkunjung ke pangkalan udara pada hari Rabu.
“Saya yakin bahwa kita berada di awal fase baru dalam perang ini, dan kita perlu beradaptasi,” ujar Gallant.
“Kita akan membutuhkan konsistensi dari waktu ke waktu, perang ini membutuhkan keberanian, tekad, dan ketekunan yang besar.”
Dia mengatakan tujuan Israel di utara jelas dan sederhana. "Untuk mengembalikan penduduk kota-kota di utara ke rumah mereka dengan aman," paparnya.
“Kami tidak melupakan para sandera dan kami tidak melupakan tugas kami di selatan. Ini adalah tugas kami dan kami melaksanakannya pada saat yang sama,” imbuh Gallant.
(mas)