Gawat, Kim Jong-un Akan Terus Bikin Bom Nuklir Korut Tanpa Batas
loading...
A
A
A
Tiga tahun kemudian, negara itu menetapkan kebijakan untuk memperkuat kekuatan nuklirnya dalam konstitusinya dan menguji rudal yang dikatakannya dapat mengirimkan beberapa hulu ledak nuklir ke target.
Langkah-langkah itu dilakukan saat hubungannya dengan AS, Korea Selatan, dan Jepang memburuk sementara hubungan trilateral dan hubungan bilateral antara Seoul dan Tokyo membaik secara dramatis.
Kim Jong-un telah mengutip situasi ini sebagai pembenaran atas uji coba senjata yang dilakukannya, dengan mengeklaim bahwa hubungan antara tiga negara itu telah berkembang secara efektif menjadi "NATO versi Asia".
Retorika keras pemimpin Korea Utara itu semakin berkembang karena dia telah mendapatkan dukungan materiil dari Rusia dan perlindungan politik dari China.
Namun, dengan pemilihan presiden AS pada bulan November mendatang, Kim Jong-un juga tampaknya sedikit membuka pintu diplomasi, melindungi pernyataannya yang berapi-api dengan pernyataan bahwa Pyongyang adalah negara yang bertanggung jawab atas senjata nuklir.
"Pasukan tempur nuklir Republik dioperasikan di bawah sistem komando dan kendali yang ketat," kata Kim Jong-un, menurut laporan KCNA.
"Kami terus-menerus terpapar pada ancaman nuklir yang serius," imbuh dia.
"Senjata nuklir kami untuk mempertahankan diri tidak menimbulkan ancaman bagi siapa pun."
Kim Jong-un mungkin mengincar kembali perundingan nuklir dengan Amerika Serikat, terutama jika mantan Presiden Donald Trump—yang ditemui pemimpin Korea Utara tiga kali—terpilih kembali pada bulan November.
Perundingan tersebut gagal pada tahun 2019 karena masalah keringanan sanksi.
Langkah-langkah itu dilakukan saat hubungannya dengan AS, Korea Selatan, dan Jepang memburuk sementara hubungan trilateral dan hubungan bilateral antara Seoul dan Tokyo membaik secara dramatis.
Kim Jong-un telah mengutip situasi ini sebagai pembenaran atas uji coba senjata yang dilakukannya, dengan mengeklaim bahwa hubungan antara tiga negara itu telah berkembang secara efektif menjadi "NATO versi Asia".
Retorika keras pemimpin Korea Utara itu semakin berkembang karena dia telah mendapatkan dukungan materiil dari Rusia dan perlindungan politik dari China.
Namun, dengan pemilihan presiden AS pada bulan November mendatang, Kim Jong-un juga tampaknya sedikit membuka pintu diplomasi, melindungi pernyataannya yang berapi-api dengan pernyataan bahwa Pyongyang adalah negara yang bertanggung jawab atas senjata nuklir.
"Pasukan tempur nuklir Republik dioperasikan di bawah sistem komando dan kendali yang ketat," kata Kim Jong-un, menurut laporan KCNA.
"Kami terus-menerus terpapar pada ancaman nuklir yang serius," imbuh dia.
"Senjata nuklir kami untuk mempertahankan diri tidak menimbulkan ancaman bagi siapa pun."
Kim Jong-un mungkin mengincar kembali perundingan nuklir dengan Amerika Serikat, terutama jika mantan Presiden Donald Trump—yang ditemui pemimpin Korea Utara tiga kali—terpilih kembali pada bulan November.
Perundingan tersebut gagal pada tahun 2019 karena masalah keringanan sanksi.