Rusia Pindahkan Pesawat Militer, Ogah Jadi Target Empuk ATACMS Amerika
loading...
A
A
A
KYIV - Rusia telah memindahkan aset militernya, termasuk pesawat-pesawat untuk bom luncur, menjauh dari jangkauan sistem rudal ATACMS pasokan Amerika Serikat (AS) yang dioperasikan di Ukraina.
Kyiv terus berupaya mendapatkan izin untuk menggunakan rudal jarak jauh Amerika guna menyerang target lebih jauh di dalam wilayah Rusia.
Ukraina menganggap hal itu perlu dilakukan untuk menangkis serangan udara terus-menerus terhadap penduduknya. Namun, AS tetap teguh membatasi wilayah geografis untuk operasional senjatanya.
"90% pesawat yang digunakan Rusia untuk bom luncur dan serangan jarak jauh—kami telah menghitungnya—90% di antaranya berada di luar 300 km dari perbatasan Ukraina," kata Penasihat Komunikasi Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby, seperti dikutip dari Newsweek, Jumat (6/9/2024).
Komentar Kirby mengonfirmasi laporan tanggal 27 Agustus oleh Wall Street Journal, yang mengeklaim—mengutip seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya—bahwa Rusia telah memindahkan sebagian besar pesawat militernya ke pangkalan-pangkalan di luar jangkauan Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) MGM-140 yang dipasok AS.
Sistem ini, yang diproduksi oleh Lockheed Martin dan memiliki jangkauan maksimum 190 mil, pertama kali dikirim ke Kyiv pada bulan Maret, dan sejak itu telah digunakan dalam serangan terhadap pasukan Rusia di perbatasan Ukraina.
Namun, meskipun Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terus memohon, AS telah menolak untuk memberikan lampu hijau penggunaan ATACMS untuk serangan lebih jauh di dalam wilayah Rusia.
Pada Juli lalu, Sekretaris Pers Pentagon Pat Ryder mengatakan kepada Voice of America bahwa mengizinkan hal itu dapat mengakibatkan konsekuensi yang tidak diinginkan, yang dapat memperluas batas konflik di luar perbatasan Ukraina.
Menambah pembenaran tersebut, Kirby berpendapat bahwa, bahkan jika AS menyetujui serangan jarak jauh Ukraina, pemindahan senjata Rusia dari perbatasan akan membuat hal ini sebagian besar tidak ada gunanya.
"Argumen bahwa entah bagaimana jika Anda memberi mereka ATACMS dan memberi tahu mereka bahwa tidak apa-apa, mereka akan dapat masuk dan menyerang sebagian besar pesawat dan pangkalan udara Rusia yang sebenarnya digunakan untuk menyerang mereka tidaklah benar. Itu adalah kesalahpahaman," papar Kirby.
Komentar Kirby muncul sebagai tanggapan atas pertanyaan seorang jurnalis, yang mengutip serangan baru-baru ini terhadap infrastruktur energi Ukraina sebagai pembenaran potensial untuk perubahan posisi AS.
Pada akhir Agustus, Rusia melancarkan serangan bertubi-tubi ke jaringan listrik Ukraina, yang melibatkan lebih dari 100 rudal dan digambarkan oleh pejabat Ukraina sebagai salah satu serangan tunggal terbesar sejak perang dimulai.
Serangan ini diikuti oleh serangan rudal ke kota Poltava di Ukraina pada hari Selasa, yang menyebabkan sedikitnya 51 orang tewas dan 200 orang cedera.
"Serangan Rusia tidak akan mungkin terjadi jika kami dapat menghancurkan peluncur milik penjajah di tempat mereka berada, beserta lapangan udara dan logistik militer Rusia," kata Zelensky dalam pidato daring setelah serangan tersebut.
"Memberikan Ukraina izin dan senjata semacam itu jelas merupakan langkah terbesar menuju akhir perang yang nyata dan adil," ujarnya.
Sementara Kirby mengutuk serangan keji terhadap energi dan infrastruktur sipil Ukraina, dia menolak mengumumkan perubahan posisi AS.
"Tidak ada yang berubah tentang kebijakan kami sehubungan dengan serangan jarak jauh di dalam Rusia dan untuk wilayah Rusia," kata Kirby.
Kyiv terus berupaya mendapatkan izin untuk menggunakan rudal jarak jauh Amerika guna menyerang target lebih jauh di dalam wilayah Rusia.
Ukraina menganggap hal itu perlu dilakukan untuk menangkis serangan udara terus-menerus terhadap penduduknya. Namun, AS tetap teguh membatasi wilayah geografis untuk operasional senjatanya.
"90% pesawat yang digunakan Rusia untuk bom luncur dan serangan jarak jauh—kami telah menghitungnya—90% di antaranya berada di luar 300 km dari perbatasan Ukraina," kata Penasihat Komunikasi Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby, seperti dikutip dari Newsweek, Jumat (6/9/2024).
Komentar Kirby mengonfirmasi laporan tanggal 27 Agustus oleh Wall Street Journal, yang mengeklaim—mengutip seorang pejabat AS yang tidak disebutkan namanya—bahwa Rusia telah memindahkan sebagian besar pesawat militernya ke pangkalan-pangkalan di luar jangkauan Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat (ATACMS) MGM-140 yang dipasok AS.
Sistem ini, yang diproduksi oleh Lockheed Martin dan memiliki jangkauan maksimum 190 mil, pertama kali dikirim ke Kyiv pada bulan Maret, dan sejak itu telah digunakan dalam serangan terhadap pasukan Rusia di perbatasan Ukraina.
Namun, meskipun Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky terus memohon, AS telah menolak untuk memberikan lampu hijau penggunaan ATACMS untuk serangan lebih jauh di dalam wilayah Rusia.
Pada Juli lalu, Sekretaris Pers Pentagon Pat Ryder mengatakan kepada Voice of America bahwa mengizinkan hal itu dapat mengakibatkan konsekuensi yang tidak diinginkan, yang dapat memperluas batas konflik di luar perbatasan Ukraina.
Menambah pembenaran tersebut, Kirby berpendapat bahwa, bahkan jika AS menyetujui serangan jarak jauh Ukraina, pemindahan senjata Rusia dari perbatasan akan membuat hal ini sebagian besar tidak ada gunanya.
"Argumen bahwa entah bagaimana jika Anda memberi mereka ATACMS dan memberi tahu mereka bahwa tidak apa-apa, mereka akan dapat masuk dan menyerang sebagian besar pesawat dan pangkalan udara Rusia yang sebenarnya digunakan untuk menyerang mereka tidaklah benar. Itu adalah kesalahpahaman," papar Kirby.
Komentar Kirby muncul sebagai tanggapan atas pertanyaan seorang jurnalis, yang mengutip serangan baru-baru ini terhadap infrastruktur energi Ukraina sebagai pembenaran potensial untuk perubahan posisi AS.
Pada akhir Agustus, Rusia melancarkan serangan bertubi-tubi ke jaringan listrik Ukraina, yang melibatkan lebih dari 100 rudal dan digambarkan oleh pejabat Ukraina sebagai salah satu serangan tunggal terbesar sejak perang dimulai.
Serangan ini diikuti oleh serangan rudal ke kota Poltava di Ukraina pada hari Selasa, yang menyebabkan sedikitnya 51 orang tewas dan 200 orang cedera.
"Serangan Rusia tidak akan mungkin terjadi jika kami dapat menghancurkan peluncur milik penjajah di tempat mereka berada, beserta lapangan udara dan logistik militer Rusia," kata Zelensky dalam pidato daring setelah serangan tersebut.
"Memberikan Ukraina izin dan senjata semacam itu jelas merupakan langkah terbesar menuju akhir perang yang nyata dan adil," ujarnya.
Sementara Kirby mengutuk serangan keji terhadap energi dan infrastruktur sipil Ukraina, dia menolak mengumumkan perubahan posisi AS.
"Tidak ada yang berubah tentang kebijakan kami sehubungan dengan serangan jarak jauh di dalam Rusia dan untuk wilayah Rusia," kata Kirby.
(mas)