Ketika Mongolia Sambut Putin dengan Karpet Merah, Bukan Borgol

Kamis, 05 September 2024 - 11:43 WIB
loading...
A A A
Seorang juru bicara Uni Eropa mengatakan bahwa blok tersebut “menyesalkan” bahwa Mongolia tidak mematuhi kewajibannya berdasarkan Statuta Roma yang membentuk ICC.

Amerika Serikat, yang bukan bagian dari ICC dan semakin dekat hubungannya dengan Mongolia, mengakui posisi Ulaanbaatar yang tidak menyenangkan tetapi menyuarakan harapan para pejabat Mongolia akan menyampaikan kekhawatiran kepada Putin.

“Kami memahami posisi Mongolia—terjepit di antara dua negara tetangga yang jauh lebih besar—tetapi kami pikir penting bagi mereka untuk terus mendukung supremasi hukum,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller.

ICC mengatakan minggu lalu semua anggotanya memiliki kewajiban untuk menahan mereka yang diburu oleh pengadilan.

Dalam praktiknya, tidak banyak yang dapat dilakukan jika Ulaanbaatar tidak patuh.

Sebagai negara demokrasi yang dinamis yang terletak di antara raksasa otoriter Rusia dan China, Mongolia menikmati hubungan budaya yang erat dengan Moskow serta hubungan dagang yang penting dengan Beijing.

Di jalan-jalan Ulaanbaatar, Altanbayar Altankhuyag, seorang ekonom berusia 26 tahun, mengatakan kepada AFP: "Akan tidak bermoral dan tidak pantas untuk menangkap Putin."

“China dan Rusia sama-sama sangat penting bagi kami sebagai tetangga,” katanya lagi.

Mongolia berada di bawah kekuasaan Moskow selama era Soviet tetapi telah berupaya untuk menjaga hubungan persahabatan dengan Kremlin dan Beijing sejak runtuhnya Soviet pada tahun 1991.

Mongolia tidak mengutuk serangan Rusia di Ukraina dan telah abstain selama pemungutan suara tentang konflik tersebut di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0878 seconds (0.1#10.140)