Lavrov Peringatkan Doktrin Rusia tentang Penggunaan Senjata Nuklir Sedang Diklarifikasi
loading...
A
A
A
MOSKOW - Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia Sergey Lavrov memperingatkan doktrin Rusia tentang penggunaan senjata nuklir saat ini sedang diklarifikasi.
"Orang Amerika pasti mengaitkan percakapan tentang perang dunia ketiga ini sebagai sesuatu yang, amit-amit, jika terwujud, hanya dapat memengaruhi Eropa ... Dan dalam situasi ini, mungkin sangat penting untuk memahami bahwa kita memiliki doktrin kita sendiri, termasuk doktrin penggunaan senjata nuklir, yang, omong-omong, sekarang sedang diklarifikasi, dan yang sangat disadari oleh para pejabat Amerika," ujar Lavrov kepada wartawan setelah pembicaraan dengan Menlu Yaman.
Lavrov menganggap tuntutan Kiev untuk menggunakan rudal Storm Shadow terhadap Rusia sebagai pemerasan.
“Tuntutan Ukraina kepada Barat untuk mengizinkan penggunaan rudal Storm Shadow di Moskow dan St Petersburg adalah pemerasan,” ungkap Lavrov.
"Ini adalah pemerasan. Ini adalah upaya untuk berpura-pura bahwa Barat ingin menghindari eskalasi yang berlebihan, tetapi pada kenyataannya itu adalah penipuan. Barat tidak ingin menghindari eskalasi," tegas Lavrov kepada wartawan setelah pembicaraan dengan Menlu Yaman.
Dia menyebut pembahasan tentang kemungkinan penggunaan rudal Storm Shadow oleh Ukraina untuk menyerang jauh ke Rusia sebagai "bermain api."
“Rusia tidak akan tertipu oleh pertemuan puncak perdamaian dengan Ukraina di belahan bumi selatan jika mengikuti logika yang sama seperti yang pertama,” ujar Lavrov.
“Jika Barat tertarik untuk menyelesaikan konflik di Ukraina, mereka perlu duduk di meja perundingan,” papar dia.
Pada Minggu, media melaporkan, mengutip pejabat senior di Kiev, bahwa Ukraina ingin meluncurkan "serangan demonstrasi" terhadap target di dekat Moskow atau St Petersburg menggunakan rudal jelajah Storm Shadow yang dipasok Inggris untuk "mendorong penilaian ulang di Kremlin," meskipun Amerika Serikat sejauh ini belum mendukung rencana tersebut.
Sementara itu, Rusia menunggu tanggapan Prancis atas catatan tentang penahanan Pendiri dan CEO Telegram Pavel Durov.
"Catatan kami sedang dipertimbangkan, kami menunggu tanggapan atas catatan ini," ujar Lavrov kepada wartawan setelah berunding dengan Menlu Yaman.
Pada hari Sabtu, Durov kelahiran Rusia, pendiri Telegram, yang merupakan warga negara dari beberapa negara, termasuk Prancis dan Uni Emirat Arab (UEA), ditahan di Prancis atas tuduhan terkait dengan penggunaan aplikasi Telegram untuk tujuan kriminal, termasuk terorisme, perdagangan narkoba, pencucian uang, dan penipuan, yang dapat membuat miliarder berusia 39 tahun itu dipenjara hingga 20 tahun.
Kemudian, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan penangkapan Durov bukanlah keputusan politik, tetapi keputusan yang dibuat oleh hakim.
"Orang Amerika pasti mengaitkan percakapan tentang perang dunia ketiga ini sebagai sesuatu yang, amit-amit, jika terwujud, hanya dapat memengaruhi Eropa ... Dan dalam situasi ini, mungkin sangat penting untuk memahami bahwa kita memiliki doktrin kita sendiri, termasuk doktrin penggunaan senjata nuklir, yang, omong-omong, sekarang sedang diklarifikasi, dan yang sangat disadari oleh para pejabat Amerika," ujar Lavrov kepada wartawan setelah pembicaraan dengan Menlu Yaman.
Lavrov menganggap tuntutan Kiev untuk menggunakan rudal Storm Shadow terhadap Rusia sebagai pemerasan.
“Tuntutan Ukraina kepada Barat untuk mengizinkan penggunaan rudal Storm Shadow di Moskow dan St Petersburg adalah pemerasan,” ungkap Lavrov.
"Ini adalah pemerasan. Ini adalah upaya untuk berpura-pura bahwa Barat ingin menghindari eskalasi yang berlebihan, tetapi pada kenyataannya itu adalah penipuan. Barat tidak ingin menghindari eskalasi," tegas Lavrov kepada wartawan setelah pembicaraan dengan Menlu Yaman.
Dia menyebut pembahasan tentang kemungkinan penggunaan rudal Storm Shadow oleh Ukraina untuk menyerang jauh ke Rusia sebagai "bermain api."
“Rusia tidak akan tertipu oleh pertemuan puncak perdamaian dengan Ukraina di belahan bumi selatan jika mengikuti logika yang sama seperti yang pertama,” ujar Lavrov.
“Jika Barat tertarik untuk menyelesaikan konflik di Ukraina, mereka perlu duduk di meja perundingan,” papar dia.
Pada Minggu, media melaporkan, mengutip pejabat senior di Kiev, bahwa Ukraina ingin meluncurkan "serangan demonstrasi" terhadap target di dekat Moskow atau St Petersburg menggunakan rudal jelajah Storm Shadow yang dipasok Inggris untuk "mendorong penilaian ulang di Kremlin," meskipun Amerika Serikat sejauh ini belum mendukung rencana tersebut.
Sementara itu, Rusia menunggu tanggapan Prancis atas catatan tentang penahanan Pendiri dan CEO Telegram Pavel Durov.
"Catatan kami sedang dipertimbangkan, kami menunggu tanggapan atas catatan ini," ujar Lavrov kepada wartawan setelah berunding dengan Menlu Yaman.
Pada hari Sabtu, Durov kelahiran Rusia, pendiri Telegram, yang merupakan warga negara dari beberapa negara, termasuk Prancis dan Uni Emirat Arab (UEA), ditahan di Prancis atas tuduhan terkait dengan penggunaan aplikasi Telegram untuk tujuan kriminal, termasuk terorisme, perdagangan narkoba, pencucian uang, dan penipuan, yang dapat membuat miliarder berusia 39 tahun itu dipenjara hingga 20 tahun.
Kemudian, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan penangkapan Durov bukanlah keputusan politik, tetapi keputusan yang dibuat oleh hakim.
(sya)