Serang Perbatasan, Houthi Klaim Tangkap Tiga Brigade Tentara Saudi
A
A
A
SANAA - Kelompok pemberontak Yaman, Houthi, mengatakan telah menyerang wilayah selatan Najran, daerah dekat perbatasan dengan Arab Saudi. Mereka mengklaim berhasil menangkap ribuan tentara Saudi dan kendaraan, tetapi belum ada konfirmasi resmi dari Riyadh.
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Houthi mengatakan, tiga brigade musuh telah jatuh dalam serangan itu. Ia mengatakan serangan itu diluncurkan 72 jam lalu di sekitar wilayah Najran dan didukung oleh unit pertahanan pesawat tanpa awak, rudal dan udara.
Stasiun televisi milik Houthi, Al Masirah TV mengutip juru bicara itu melaporkan, kelompok itu telah menangkap ribuan pasukan musuh, termasuk sejumlah perwira dan prajurit tentara Saudi serta ratusan kendaraan lapis baja.
"Operasi 'Kemenangan dari Tuhan' adalah operasi militer terbesar sejak agresi brutal dimulai. Musuh menderita kerugian besar dan wilayah yang luas terbebaskan hanya dalam beberapa hari," kata juru bicara Houthi Mohammed Abdul-Salam dalam tweetnya seperti disitat dari Reuters, Sabtu (28/9/2019).
Reuters sendiri tidak dapat memverifikasi secara independen klaim tersebut. Sementara itu, juru bicara koalisi militer pimpinan Saudi tidak menanggapi permitaan komentar Reuters.
Aksi kekerasan itu dapat menghambat upaya PBB untuk meredakan ketegangan dan membuka jalan bagi perundingan guna mengakhiri perang yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan mendorong jutaan orang ke jurang kelaparan di negara Semenanjung Arab yang telah lama miskin.
Koalisi Arab, yang menerima senjata dan intelijen dari negara-negara Barat, melakukan intervensi di Yaman pada Maret 2015 setelah Houthi menggulingkan pemerintah yang diakui internasional dari kekuasaan di Ibu Kota Sanaa pada 2014.
Houthi, yang baru-baru ini meningkatkan serangan rudal dan pesawat tak berawak ke kota-kota Saudi, telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan terbesar yang pernah terjadi pada fasilitas minyak Saudi pada 14 September
Riyadh menolak klaim itu dan mengatakan serangan tersebut tidak datang dari Yaman dan malah menyalahkan musuh regionalnya, Iran. Teheran pun membantah tuduhan itu.
Houthi mengatakan pada 20 September bahwa mereka akan menghentikan serangan rudal dan serangan terhadap Arab Saudi jika aliansi menghentikan operasinya. Koalisi belum menanggapi proposal tersebut.
Konflik di wilayah tersebut secara luas dilihat sebagai perang proksi antara Arab Saudi dan Iran. Kelompok Houthi, yang mengendalikan Sanaa dan sebagian besar pusat kota besar, menyangkal menjadi boneka dari Teheran dan mengatakan mereka melawan sistem yang korup.
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Houthi mengatakan, tiga brigade musuh telah jatuh dalam serangan itu. Ia mengatakan serangan itu diluncurkan 72 jam lalu di sekitar wilayah Najran dan didukung oleh unit pertahanan pesawat tanpa awak, rudal dan udara.
Stasiun televisi milik Houthi, Al Masirah TV mengutip juru bicara itu melaporkan, kelompok itu telah menangkap ribuan pasukan musuh, termasuk sejumlah perwira dan prajurit tentara Saudi serta ratusan kendaraan lapis baja.
"Operasi 'Kemenangan dari Tuhan' adalah operasi militer terbesar sejak agresi brutal dimulai. Musuh menderita kerugian besar dan wilayah yang luas terbebaskan hanya dalam beberapa hari," kata juru bicara Houthi Mohammed Abdul-Salam dalam tweetnya seperti disitat dari Reuters, Sabtu (28/9/2019).
Reuters sendiri tidak dapat memverifikasi secara independen klaim tersebut. Sementara itu, juru bicara koalisi militer pimpinan Saudi tidak menanggapi permitaan komentar Reuters.
Aksi kekerasan itu dapat menghambat upaya PBB untuk meredakan ketegangan dan membuka jalan bagi perundingan guna mengakhiri perang yang telah menewaskan puluhan ribu orang dan mendorong jutaan orang ke jurang kelaparan di negara Semenanjung Arab yang telah lama miskin.
Koalisi Arab, yang menerima senjata dan intelijen dari negara-negara Barat, melakukan intervensi di Yaman pada Maret 2015 setelah Houthi menggulingkan pemerintah yang diakui internasional dari kekuasaan di Ibu Kota Sanaa pada 2014.
Houthi, yang baru-baru ini meningkatkan serangan rudal dan pesawat tak berawak ke kota-kota Saudi, telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan terbesar yang pernah terjadi pada fasilitas minyak Saudi pada 14 September
Riyadh menolak klaim itu dan mengatakan serangan tersebut tidak datang dari Yaman dan malah menyalahkan musuh regionalnya, Iran. Teheran pun membantah tuduhan itu.
Houthi mengatakan pada 20 September bahwa mereka akan menghentikan serangan rudal dan serangan terhadap Arab Saudi jika aliansi menghentikan operasinya. Koalisi belum menanggapi proposal tersebut.
Konflik di wilayah tersebut secara luas dilihat sebagai perang proksi antara Arab Saudi dan Iran. Kelompok Houthi, yang mengendalikan Sanaa dan sebagian besar pusat kota besar, menyangkal menjadi boneka dari Teheran dan mengatakan mereka melawan sistem yang korup.
(ian)