Mengenang Habibie: Pembuat Pesawat Jerman, Pernah Sebut Singapura 'Titik Merah'

Rabu, 11 September 2019 - 20:24 WIB
Mengenang Habibie: Pembuat...
Mengenang Habibie: Pembuat Pesawat Jerman, Pernah Sebut Singapura 'Titik Merah'
A A A
JAKARTA - Mantan Presiden Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie wafat di usia 83 tahun pada hari Rabu (11/9/2019). Media Singapura ikut mengenang sosok genius pembuat pesawat terbang ini karena pernah menyebut negara kecil itu sebagai "titik merah".

Putra Habibie, Thareq Kemal Habibie, mengatakan presiden ketiga Indonesia wafat di rumah sakit militer Gatot Subroto di Jakarta, tempat ia menjalani perawatan untuk masalah jantung sejak 1 September.

Mengutip Straits Times, pada tahun 1998, Habibie menggambarkan Singapura tidak lebih sebagai "titik merah". Julukan yang dikenang orang-orang Singapura itu menggambarkan bahwa negara tetangga Indonesia tersebut sudah melampaui ukuran untuk mengambil tempat di panggung dunia.

Di era penerus Presiden Soeharto ini, Indonesia mengalami reformasi demokratis. Pemerintahannya juga mengizinkan referendum kemerdekaan untuk Timor Timur atau Timor Leste.

Masa kepresidenannya tercatat yang terpendek dalam sejarah Indonesia modern, tetapi transformatif.

Habibie dikenal sebagai seorang insinyur yang berpendidikan di Indonesia, Belanda dan Jerman. Dia menghabiskan hampir dua dekade bekerja untuk perusahaan pembuat pesawat Jerman Messerschmitt-Boelkow-Blohm, sebelum kembali ke Indonesia pada tahun 1974 untuk membantu memimpin Soeharto untuk mewujudkan industrialisasi ekonomi.

Sebagai presiden, Habibie pernah meminta maaf atas pelanggaran HAM di masa lalu dan menguraikan program reformasi delapan poin untuk membangun masyarakat yang adil, terbuka dan demokratis.

Dia memerintahkan pembebasan tahanan politik, menghapus pembatasan pers dan mereformasi politik untuk memungkinkan pemilihan umum yang bebas.

Dia mencabut larangan berbicara dan mengajar bahasa Mandarin yang diberlakukan rezim Soeharto selama tiga dekade. Pencabutan larangan itu sebagai bagian dari pelonggaran kebijakan diskriminatif terhadap etnis Tionghoa yang dilembagakan oleh rezim Soeharto setelah pogrom anti-komunis 1965-1966. Pada 20 Oktober 1999, Habibie mundur dari pemilihan presiden selanjutnya.

Habibie lahir 25 Juni 1936, di kota Parepare Sulawesi Selatan. Dia adalah anak keempat dari delapan bersaudara.

Ayahnya adalah pria keturunan asli Sulawesi dan ibunya seorang bangsawan Jawa dari kesultanan Yogyakarta. Istri Habibie, Hasri Ainun Habibie, seorang dokter, meninggal pada tahun 2010.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1228 seconds (0.1#10.140)