Alasan Mohammad Javad Zarif Mundur dari Jabatan Wakil Presiden Iran
loading...
A
A
A
Rahmatollah Bigdeli, anggota Dewan Strategis Pemerintah, menunjukkan kementerian yang paling penting telah diserahkan kepada 'Prinsipalis,' yang menunjukkan konsolidasi kekuatan garis keras.
Aktivis politik Abdollah Ramezanzadeh mengkritik penunjukan Eskandar Momeni sebagai Menteri Dalam Negeri, dengan menyatakan, "Periode terburuk bagi Kementerian Dalam Negeri dalam 46 tahun terakhir adalah ketika personel militer yang bertanggung jawab."
Sentimen ini mencerminkan kekhawatiran yang lebih luas tentang meningkatnya militerisasi pemerintah Iran.
Analis politik Reza Alijani menyoroti pengaruh luas Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei atas pemilihan para menteri, dengan mencatat Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Intelijen, dan Kementerian Luar Negeri semuanya merupakan titik kritis yang telah diamankan Khamenei bagi para loyalisnya.
Pengamatan ini menggarisbawahi otonomi terbatas yang dimiliki Pezeshkian dalam membentuk pemerintahannya, dengan bayang-bayang Khamenei yang membayangi proses tersebut.
Ketidakpuasan yang menyelimuti kabinet Pezeshkian sangat terasa. Kaum reformis khususnya kesal dengan tidak adanya perwakilan Sunni dan hanya memasukkan satu perempuan di antara menteri yang diusulkan.
Aktivis politik Ahmad Zeidabadi menunjukkan kabinet "memiliki dua atau tiga kelemahan mendasar," tetapi jika Pezeshkian yakin dia dapat bekerja dengan pilihan-pilihan ini, "tidak ada alasan bagi kita untuk lebih royalis daripada raja."
Aktivis pro-reformasi dan mantan anggota parlemen Parvaneh Salahshouri bahkan lebih langsung, menulis di X bahwa, "Dia gagal dalam ujian pertamanya kecuali dalam beberapa kasus."
Sentimen ini digaungkan aktivis reformis lainnya, yang telah memperingatkan Pezeshkian sebelum pengumuman kabinet bahwa pilihannya bermasalah.
Javad Emam, juru bicara Front Reformasi, mengkritik dominasi militer dan paramiliter yang terus berlanjut dalam politik Iran, mempertanyakan pentingnya mengadakan pemilihan umum jika hasilnya tetap tidak berubah.
Aktivis politik Abdollah Ramezanzadeh mengkritik penunjukan Eskandar Momeni sebagai Menteri Dalam Negeri, dengan menyatakan, "Periode terburuk bagi Kementerian Dalam Negeri dalam 46 tahun terakhir adalah ketika personel militer yang bertanggung jawab."
Sentimen ini mencerminkan kekhawatiran yang lebih luas tentang meningkatnya militerisasi pemerintah Iran.
Analis politik Reza Alijani menyoroti pengaruh luas Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei atas pemilihan para menteri, dengan mencatat Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Intelijen, dan Kementerian Luar Negeri semuanya merupakan titik kritis yang telah diamankan Khamenei bagi para loyalisnya.
Pengamatan ini menggarisbawahi otonomi terbatas yang dimiliki Pezeshkian dalam membentuk pemerintahannya, dengan bayang-bayang Khamenei yang membayangi proses tersebut.
Kabinet Dikecam
Ketidakpuasan yang menyelimuti kabinet Pezeshkian sangat terasa. Kaum reformis khususnya kesal dengan tidak adanya perwakilan Sunni dan hanya memasukkan satu perempuan di antara menteri yang diusulkan.
Aktivis politik Ahmad Zeidabadi menunjukkan kabinet "memiliki dua atau tiga kelemahan mendasar," tetapi jika Pezeshkian yakin dia dapat bekerja dengan pilihan-pilihan ini, "tidak ada alasan bagi kita untuk lebih royalis daripada raja."
Aktivis pro-reformasi dan mantan anggota parlemen Parvaneh Salahshouri bahkan lebih langsung, menulis di X bahwa, "Dia gagal dalam ujian pertamanya kecuali dalam beberapa kasus."
Sentimen ini digaungkan aktivis reformis lainnya, yang telah memperingatkan Pezeshkian sebelum pengumuman kabinet bahwa pilihannya bermasalah.
Javad Emam, juru bicara Front Reformasi, mengkritik dominasi militer dan paramiliter yang terus berlanjut dalam politik Iran, mempertanyakan pentingnya mengadakan pemilihan umum jika hasilnya tetap tidak berubah.