Jenderal Iran: AS Batal Menyerang Bukan karena 150 Orang Bisa Tewas

Kamis, 29 Agustus 2019 - 15:10 WIB
Jenderal Iran: AS Batal Menyerang Bukan karena 150 Orang Bisa Tewas
Jenderal Iran: AS Batal Menyerang Bukan karena 150 Orang Bisa Tewas
A A A
TEHERAN - Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran, Mayor Jenderal Mohammad Hossein Bagheri, mengatakan alasan Amerika Serikat (AS) batal menyerang Teheran Juni lalu bukan karena korban tewas bisa mencapai 150 orang. Menurutnya, kekuatan militer Teheran yang membuat Washington mengurungkan niat agresinya.

"Terlepas dari semua masalah yang dihadapi Iran, negara ini menikmati kemampuan besar di sektor pertahanan dan negara Iran tidak akan mengizinkan pecahnya perang lain," kata Jenderal Bagheri seperti dikutip dari Mehr News, Kamis (29/8/2019).

Pada Juni lalu, Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran menembak jatuh pesawat mata-mata militer AS, RQ-4 Global Hawk, dengan alasan pesawat itu melanggar wilayah udara Iran. Namun, Komando Sentral (CENTCOM) AS membantahnya dan mengklaim pesawat nirawaknya ditembak rudal saat beroperasi di perairan internasional di Selat Hormuz.

Sebagai pembalasan, Presiden AS Donald Trump memerintahkan serangan terhadap negara para Mullah. Namu, dia membatalkan serangan udara pada menit-menit akhir menjelang serangan diluncurkan setelah diberitahu jenderal Washington bahwa sekitar 150 orang Iran akan tewas.

Ketegangan antara Iran dan AS telah meningkat setelah Trump pada tahun lalu menarik AS keluar dari perjanjian internasional 2015 tentang nuklir Iran yang bernama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Sejak itu, pemerintah Trump kembali menerapkan sanksi terhadap Teheran. JCPOA diteken tahun 2015 antara Iran dengan enam kekuatan dunia, yakni AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China.

Baru-baru ini, Washington telah menumpuk kekuatan militernya di kawasan Timur Tengah dan berusaha membentuk koalisi regional untuk melawan Iran.

Teheran bereaksi terhadap langkah-langkah AS dengan mengumumkan penangguhan sebagian kewajibannya di bawah JCPOA. Negara itu mengancam akan terus secara bertahap meninggalkan komitmen nuklirnya setiap 60 hari sampai lima penandatangan yang tersisa untuk kesepakatan (China, Prancis, Jerman, Inggris, dan Rusia) memastikan bahwa kepentingan Teheran dilindungi.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5562 seconds (0.1#10.140)