Sederet Tanda Tanya soal Iran Tak Kunjung Serang Israel

Jum'at, 09 Agustus 2024 - 12:53 WIB
loading...
A A A
Mesir telah menginstruksikan semua pesawatnya untuk menghindari wilayah udara Iran selama tiga jam pada Kamis pagi, di tengah kekhawatiran akan serangan balasan Iran terhadap Israel.

Amerika Serikat dan Australia telah mengecam perilaku Iran yang tidak stabil, termasuk dukungannya terhadap proksi bersenjata dan mitra militan.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd J. Austin III, bersama dengan mitranya dari Australia, mengecam ancaman terhadap pelayaran dan kebebasan navigasi di Teluk Persia, Laut Merah, dan Teluk Aden, dengan menekankan perlunya mempertahankan hak dan kebebasan navigasi.

Menteri Luar Negeri Swiss Ignazio Cassis juga menyoroti dedikasi Swiss untuk memprioritaskan pengendalian diri selama panggilan telepon dengan Bagheri-Kani, dengan menekankan perlunya moderasi dan diplomasi.

Meskipun tidak ada tindakan segera, pejabat Iran terus mempertahankan retorika mereka yang kuat. Presiden Masoud Pezeshkian menuduh Israel memicu konflik melalui "tindakan kriminal dan teroris di Gaza dan pembunuhan Ismail Haniyeh" selama panggilan telepon dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada hari Rabu.

Dia mengkritik AS dan negara-negara Barat karena "mendukung tindakan tersebut alih-alih mengutuknya," dengan menyatakan bahwa mereka telah membantu "melakukan kejahatan, genosida, dan terorisme."

Pezeshkian mendesak gencatan senjata, menekankan bahwa Iran berkomitmen untuk perdamaian dan membela kepentingannya di bawah hukum internasional.

Panglima Militer Iran Abdolrahim Mousavi pada hari Rabu mengeluarkan peringatan kepada Israel, dengan menegaskan bahwa tindakan mereka tidak akan dibiarkan begitu saja.

"Kejahatan dan pembunuhan oleh rezim Zionis ini tidak akan dibiarkan begitu saja dan akan menerima tanggapan yang pasti dan tegas," katanya.

Dalam percakapan telepon dengan Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy, Bagheri-Kani juga mengkritik negara-negara Eropa atas sikap pasif mereka terhadap pembunuhan Haniyeh, dengan menganggap AS, Inggris, dan Prancis bertanggung jawab atas apa yang ia gambarkan sebagai tindakan satu-satunya "entitas jahat" di wilayah tersebut.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1733 seconds (0.1#10.140)