5 Alasan Umat Muslim Jadi Target Kerusuhan di Inggris, dari Hoaks hingga Komentar Pedas Politikus Anti-Islam
loading...
A
A
A
LONDON - Saat kerusuhan terus berkecamuk di Inggris , hotel-hotel yang menampung pencari suaka telah dibakar oleh agitator sayap kanan. Bukan hanya itu, masjid juga menjadi target serangan para perusuh.
Protes yang dipimpin oleh kelompok sayap kanan telah meningkat menjadi bentrokan dengan polisi di beberapa kota, karena gelombang kerusuhan, yang dipicu oleh xenofobia dan misinformasi seputar pembunuhan tragis tiga gadis muda dalam insiden penusukan, melanda seluruh negeri. Sekitar 400 orang telah ditangkap.
"Saya jamin Anda akan menyesal mengambil bagian dalam kekacauan ini, baik secara langsung maupun mereka yang mengobarkan kekacauan ini secara daring," kata Perdana Menteri Keir Starmer, dilansir Al Jazeera. Ia telah menggambarkan kerusuhan tersebut sebagai "premanisme ilegal yang terorganisasi" oleh sebagian kecil warga Inggris.
Foto/EPA
Minggu lalu, selama lokakarya tari dan yoga bertema Taylor Swift di sebuah pusat komunitas di Southport, Inggris, tiga gadis muda ditikam hingga tewas oleh tersangka berusia 17 tahun, Axel Rudakubana. Ia lahir di Cardiff, ibu kota Wales, dan kabarnya dari orangtua Kristen Rwanda.
Informasi palsu di media sosial mengklaim tersangka adalah imigran Muslim.
Para pelaku kerusuhan itu vokal menyuarakan kebencian mereka terhadap imigran. Namun, ada juga rasa xenofobia yang mendasari terhadap komunitas minoritas di Inggris, khususnya Muslim, kata para analis.
Rosa Freedman, seorang profesor di University of Reading, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kerusuhan itu merupakan hasil dari keterlibatan mantan pemerintah Konservatif dengan kelompok-kelompok sayap kanan "rasis" tersebut.
"Alih-alih menyembunyikan wajah mereka, mereka kini telah tampil keluar... kita tidak dapat menyalahkan Partai Buruh yang [baru] berkuasa [selama] empat minggu terakhir," katanya.
Foto/EPA
Agitator seperti Tommy Robinson memicu ketegangan.
Terlahir dengan nama Stephen Christopher Yaxley-Lennon, aktivis sayap kanan dan salah satu pendiri English Defence League (EDL), telah sibuk mengunggah video omelan yang menghasut kepada 800.000 pengikutnya di X, mengecam Muslim, migran, lembaga politik, dan polisi.
Protes yang dipimpin oleh kelompok sayap kanan telah meningkat menjadi bentrokan dengan polisi di beberapa kota, karena gelombang kerusuhan, yang dipicu oleh xenofobia dan misinformasi seputar pembunuhan tragis tiga gadis muda dalam insiden penusukan, melanda seluruh negeri. Sekitar 400 orang telah ditangkap.
"Saya jamin Anda akan menyesal mengambil bagian dalam kekacauan ini, baik secara langsung maupun mereka yang mengobarkan kekacauan ini secara daring," kata Perdana Menteri Keir Starmer, dilansir Al Jazeera. Ia telah menggambarkan kerusuhan tersebut sebagai "premanisme ilegal yang terorganisasi" oleh sebagian kecil warga Inggris.
5 Alasan Umat Muslim Jadi Target Kerusuhan di Inggris, dari Hoaks hingga Komentar Pedas Politikus Anti-Islam
1. Dipicu Kasus Pembunuhan yang Dilakukan Orang Kulit Hitam
Foto/EPA
Minggu lalu, selama lokakarya tari dan yoga bertema Taylor Swift di sebuah pusat komunitas di Southport, Inggris, tiga gadis muda ditikam hingga tewas oleh tersangka berusia 17 tahun, Axel Rudakubana. Ia lahir di Cardiff, ibu kota Wales, dan kabarnya dari orangtua Kristen Rwanda.
Informasi palsu di media sosial mengklaim tersangka adalah imigran Muslim.
Para pelaku kerusuhan itu vokal menyuarakan kebencian mereka terhadap imigran. Namun, ada juga rasa xenofobia yang mendasari terhadap komunitas minoritas di Inggris, khususnya Muslim, kata para analis.
Rosa Freedman, seorang profesor di University of Reading, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kerusuhan itu merupakan hasil dari keterlibatan mantan pemerintah Konservatif dengan kelompok-kelompok sayap kanan "rasis" tersebut.
"Alih-alih menyembunyikan wajah mereka, mereka kini telah tampil keluar... kita tidak dapat menyalahkan Partai Buruh yang [baru] berkuasa [selama] empat minggu terakhir," katanya.
2. Aktivis Sayap Kanan Memperburuk Keadaan
Foto/EPA
Agitator seperti Tommy Robinson memicu ketegangan.
Terlahir dengan nama Stephen Christopher Yaxley-Lennon, aktivis sayap kanan dan salah satu pendiri English Defence League (EDL), telah sibuk mengunggah video omelan yang menghasut kepada 800.000 pengikutnya di X, mengecam Muslim, migran, lembaga politik, dan polisi.