Menlu Retno: China Harus Ikut Jaga Perdamaian di Indo-Pasifik
loading...
A
A
A
VIENTIANE - Menteri Luar Negeri (Menlu) Republik Indonesia Retno Lestari Priansari Marsudi meminta Republik Rakyat China (RRC) ikut serta menjaga perdamaian, stabilitas dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik.
Itu disampaikannya dalam pertemuan ASEAN-RRC Post-Ministerial Conference (PMC) di Vientiane, Laos, Jumat (26/7/2024).
Retno mengatakan kemitraan ASEAN-RRC telah dan terus tumbuh, serta saling memberikan manfaat selama lebih dari tiga dekade.
Tahun lalu, angka perdagangan mencapai hampir 20 persen dari total perdagangan ASEAN dan sepertiga dari total investasi yang masuk ke Asia Tenggara.
Dia mengutip “Laporan Survei Asia Tenggara" dari ISEAS Yusof Ishak tahun 2024, yang menyatakan persepsi masyarakat Asia Tenggara terhadap RRC sebagai mitra ekonomi paling berpengaruh dan sebagai kekuatan politik yang strategis di kawasan.
Dalam pernyataannya, Menlu perempuan pertama Indonesia tersebut mengangkat tiga hal yang dapat berkontribusi bagi kawasan Indo-Pasifik.
Pertama, pentingnya menjaga perdamaian dan stabilitas.
Retno menyampaikan apresiasi kepada China yang menjadikan Bandung Spirit sebagai rujukan.
Spirit tersebut sangat diperlukan, terutama di dunia yang sedang terbelah saat ini.
"Rasa curiga dan saling tidak percaya adalah faktor utama yang membuat upaya membangun saling pemahaman jadi sulit dilakukan. Karena itu, komitmen kita bersama untuk mempertahankan dialog untuk menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan sangatlah penting," katanya.
“ASEAN telah menjadi kontributor positif terhadap perdamaian dan stabilitas kawasan, dan kemakmuran bersama. Karena itu, saya mengajak RRC untuk terus mendukung sentralitas ASEAN serta mendukung berbagai mekanisme ASEAN," lanjut diplomat top Indonesia tersebut.
Kedua, terkait Laut China Selatan.
Menurutnya, Laut China Selatan adalah urat nadi kawasan Indo-Pasifik. Namun demikian, isu di Laut China Selatan terus menjadi batu sandungan dalam hubungan ASEAN-RRC.
Para Menlu ASEAN menggarisbawahi pentingnya mengimplementasikan Declaration of Conduct (DOC) dan penyelesaian Code of Conduct (COC) secepatnya.
“Posisi Indonesia konsisten, yakni segala klaim, harus diselesaikan secara damai melalui dialog langsung antara pihak yang berkepentingan," ujar Retno.
Ketiga, terkait ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP).
Tahun lalu, RRC telah menyampaikan komitmen kuatnya mendukung AOIP, termasuk melalui komitmen 25 proyek konkret senilai USD28,75 miliar yang disampaikan pada saat pelaksanaan ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF).
“ASEAN siap terus bekerja sama dengan RRC untuk memastikan realisasi seluruh proyek konkret tersebut, dan mengembangkan berbagai kolaborasi lainnya di empat pilar prioritas AOIP," imbuh Retno, seperti disampaikan Kementerian Luar Negeri RI dalam keterangan tertulisnya.
Pertemuan ASEAN-China PMC mengadopsi pernyataan bersama peningkatan kerja sama aksi ranjau kemanusiaan (Humanitarian Mine Action).
Itu disampaikannya dalam pertemuan ASEAN-RRC Post-Ministerial Conference (PMC) di Vientiane, Laos, Jumat (26/7/2024).
Retno mengatakan kemitraan ASEAN-RRC telah dan terus tumbuh, serta saling memberikan manfaat selama lebih dari tiga dekade.
Tahun lalu, angka perdagangan mencapai hampir 20 persen dari total perdagangan ASEAN dan sepertiga dari total investasi yang masuk ke Asia Tenggara.
Dia mengutip “Laporan Survei Asia Tenggara" dari ISEAS Yusof Ishak tahun 2024, yang menyatakan persepsi masyarakat Asia Tenggara terhadap RRC sebagai mitra ekonomi paling berpengaruh dan sebagai kekuatan politik yang strategis di kawasan.
Dalam pernyataannya, Menlu perempuan pertama Indonesia tersebut mengangkat tiga hal yang dapat berkontribusi bagi kawasan Indo-Pasifik.
Pertama, pentingnya menjaga perdamaian dan stabilitas.
Retno menyampaikan apresiasi kepada China yang menjadikan Bandung Spirit sebagai rujukan.
Spirit tersebut sangat diperlukan, terutama di dunia yang sedang terbelah saat ini.
"Rasa curiga dan saling tidak percaya adalah faktor utama yang membuat upaya membangun saling pemahaman jadi sulit dilakukan. Karena itu, komitmen kita bersama untuk mempertahankan dialog untuk menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan sangatlah penting," katanya.
“ASEAN telah menjadi kontributor positif terhadap perdamaian dan stabilitas kawasan, dan kemakmuran bersama. Karena itu, saya mengajak RRC untuk terus mendukung sentralitas ASEAN serta mendukung berbagai mekanisme ASEAN," lanjut diplomat top Indonesia tersebut.
Kedua, terkait Laut China Selatan.
Menurutnya, Laut China Selatan adalah urat nadi kawasan Indo-Pasifik. Namun demikian, isu di Laut China Selatan terus menjadi batu sandungan dalam hubungan ASEAN-RRC.
Para Menlu ASEAN menggarisbawahi pentingnya mengimplementasikan Declaration of Conduct (DOC) dan penyelesaian Code of Conduct (COC) secepatnya.
“Posisi Indonesia konsisten, yakni segala klaim, harus diselesaikan secara damai melalui dialog langsung antara pihak yang berkepentingan," ujar Retno.
Ketiga, terkait ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP).
Tahun lalu, RRC telah menyampaikan komitmen kuatnya mendukung AOIP, termasuk melalui komitmen 25 proyek konkret senilai USD28,75 miliar yang disampaikan pada saat pelaksanaan ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF).
“ASEAN siap terus bekerja sama dengan RRC untuk memastikan realisasi seluruh proyek konkret tersebut, dan mengembangkan berbagai kolaborasi lainnya di empat pilar prioritas AOIP," imbuh Retno, seperti disampaikan Kementerian Luar Negeri RI dalam keterangan tertulisnya.
Pertemuan ASEAN-China PMC mengadopsi pernyataan bersama peningkatan kerja sama aksi ranjau kemanusiaan (Humanitarian Mine Action).
(mas)