Profil Pimpinan Hamas dan Fatah, Ismail Haniyeh dan Mahmoud Abbas
loading...
A
A
A
Bergabungnya Ismail ke Gaza dimulai pada tahun 2014 ketika ditunjuk menjadi Ketua Hamas di Jalur Gaza. Barulah pada tahun 2017, dirinya diangkat menjadi pemimpin organisasi tersebut menggantikan ketua sebelumnya, Khaled Meshaal.
Foto/EPA
Mahmoud Abbas atau nom de guerre Abu Mazen lahir pada 26 Maret 1935 di Safed, Palestina. Dia tercatat pernah menimba ilmu di jurusan hukum Universitas Damaskus.
Abbas lalu menjalani pendidikan pascasarjana di Universitas Patrice Lumumba di Moskwa, di mana ia mendapatkan gelar Candidate of Sciences, atau setara dengan gelar PhD.
Setelah lulus, ia memulai karier sebagai pegawai Departemen Pendidikan di Qatar pada awal tahun 1960-an. Dirinya juga sempat menjadi anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di 1983.
Abbas juga pernah dipercaya menjadi Ketua PLO sepeninggal Yasser Arafat di tahun 2004, dan terpilih menjadi Presiden Palestina pada pemilu 9 Januari 2005 dengan 62,3 persen suara. Pada saat itu juga dirinya menunjuk Ismail Haniyeh sebagai Perdana Menteri.
Setahun setelahnya, hubungan antara Hamas dan Fatah mulai renggang. Ini disebabkan oleh pemikiran Mahmoud Abbas yang beranggapan jika perlu untuk mengakui negara Israel demi tercipta perdamaian.
Pemikiran tersebut langsung ditentang oleh Hamas yang sangat menolak keberadaan Israel. Setelah lama bersitegang, kini kedua organisasi itu mulai menunjukkan kebersamaannya.
Baca Juga
2. Mahmoud Abbas - Pemimpin Fatah
Foto/EPA
Mahmoud Abbas atau nom de guerre Abu Mazen lahir pada 26 Maret 1935 di Safed, Palestina. Dia tercatat pernah menimba ilmu di jurusan hukum Universitas Damaskus.
Abbas lalu menjalani pendidikan pascasarjana di Universitas Patrice Lumumba di Moskwa, di mana ia mendapatkan gelar Candidate of Sciences, atau setara dengan gelar PhD.
Setelah lulus, ia memulai karier sebagai pegawai Departemen Pendidikan di Qatar pada awal tahun 1960-an. Dirinya juga sempat menjadi anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) di 1983.
Abbas juga pernah dipercaya menjadi Ketua PLO sepeninggal Yasser Arafat di tahun 2004, dan terpilih menjadi Presiden Palestina pada pemilu 9 Januari 2005 dengan 62,3 persen suara. Pada saat itu juga dirinya menunjuk Ismail Haniyeh sebagai Perdana Menteri.
Setahun setelahnya, hubungan antara Hamas dan Fatah mulai renggang. Ini disebabkan oleh pemikiran Mahmoud Abbas yang beranggapan jika perlu untuk mengakui negara Israel demi tercipta perdamaian.
Pemikiran tersebut langsung ditentang oleh Hamas yang sangat menolak keberadaan Israel. Setelah lama bersitegang, kini kedua organisasi itu mulai menunjukkan kebersamaannya.
(ahm)