DF-26B, Rudal Canggih China Dibuat untuk Tenggelamkan Kapal Induk AS
loading...
A
A
A
Pada tahun 2016, Departemen Pertahanan (DoD) AS juga mengungkapkan bahwa mereka yakin varian nuklir baru, DF-21E CSS-5 Mod 6 juga sedang diproduksi.
Senjata semacam itu dapat menghalangi akses bagi calon lawan yang transit ke zona konflik di perairan yang ingin dikendalikan oleh Beijing, terutama Laut China Timur atau pun Laut China Selatan.
Meskipun DF-21D dapat digunakan di dekat “perairan asal” China, Beijing juga telah mengembangkan rudal lain yang menimbulkan ancaman bagi kapal perang yang beroperasi di sebagian besar wilayah Indo-Pasifik.
Itu adalah DF-26B (Dong Feng-26), sebuah rudal balistik jarak menengah dua tahap berbahan bakar padat yang road-mobile dan pertama kali diperkenalkan pada parade militer pada bulan September 2015.
Rudal ini dilaporkan memiliki jangkauan 4.000 km (2.485 mil) dan dapat digunakan dalam serangan konvensional dan nuklir terhadap sasaran darat maupun laut.
Senjata ini dapat membawa hulu ledak nuklir atau konvensional seberat 1.200 hingga 1.800 kg, dan karena dapat langsung menyerang sasaran seperti wilayah AS di Guam, jika terjadi perang.
Yang lebih mengerikan lagi, DF-26B telah digambarkan sebagai rudal pembunuh kapal induk karena dapat digunakan untuk menargetkan armada kapal induk super bertenaga nuklir kelas Nimitz dan Ford milik Angkatan Laut AS.
Rudal-rudal tersebut merupakan ancaman yang harus ditanggapi dengan sangat serius oleh Washington, dan Beijing jelas bermaksud menyampaikan pesan tersebut ketika melakukan uji peluncuran kedua platform tersebut ke Laut China Selatan pada tahun 2020.
Uji coba tersebut dilakukan hanya satu hari setelah Beijing menuduh Amerika Serikat mengirimkan sebuah pesawat mata-mata U-2 memasuki "zona larangan terbang" selama latihan militer PLAN di Laut Bohai di lepas pantai utara China.
Salah satu rudal—DF-26B—diluncurkan dari provinsi barat laut Qinghai; sementara yang lainnya—DB-21B—diluncurkan dari provinsi timur Zhejiang. Kedua rudal tersebut ditembakkan ke daerah antara provinsi Hainan dan Pulau Paracel, kata sumber PLA kepada South China Morning Post pada saat itu. Daerah pendaratan berada dalam zona yang menurut otoritas keamanan maritim di Hainan akan terlarang karena adanya latihan militer tersebut.
Senjata semacam itu dapat menghalangi akses bagi calon lawan yang transit ke zona konflik di perairan yang ingin dikendalikan oleh Beijing, terutama Laut China Timur atau pun Laut China Selatan.
DF-26B Jadi Ancaman yang Lebih Besar
Meskipun DF-21D dapat digunakan di dekat “perairan asal” China, Beijing juga telah mengembangkan rudal lain yang menimbulkan ancaman bagi kapal perang yang beroperasi di sebagian besar wilayah Indo-Pasifik.
Itu adalah DF-26B (Dong Feng-26), sebuah rudal balistik jarak menengah dua tahap berbahan bakar padat yang road-mobile dan pertama kali diperkenalkan pada parade militer pada bulan September 2015.
Rudal ini dilaporkan memiliki jangkauan 4.000 km (2.485 mil) dan dapat digunakan dalam serangan konvensional dan nuklir terhadap sasaran darat maupun laut.
Senjata ini dapat membawa hulu ledak nuklir atau konvensional seberat 1.200 hingga 1.800 kg, dan karena dapat langsung menyerang sasaran seperti wilayah AS di Guam, jika terjadi perang.
Yang lebih mengerikan lagi, DF-26B telah digambarkan sebagai rudal pembunuh kapal induk karena dapat digunakan untuk menargetkan armada kapal induk super bertenaga nuklir kelas Nimitz dan Ford milik Angkatan Laut AS.
Mengirim Pesan ke Washington?
Rudal-rudal tersebut merupakan ancaman yang harus ditanggapi dengan sangat serius oleh Washington, dan Beijing jelas bermaksud menyampaikan pesan tersebut ketika melakukan uji peluncuran kedua platform tersebut ke Laut China Selatan pada tahun 2020.
Uji coba tersebut dilakukan hanya satu hari setelah Beijing menuduh Amerika Serikat mengirimkan sebuah pesawat mata-mata U-2 memasuki "zona larangan terbang" selama latihan militer PLAN di Laut Bohai di lepas pantai utara China.
Salah satu rudal—DF-26B—diluncurkan dari provinsi barat laut Qinghai; sementara yang lainnya—DB-21B—diluncurkan dari provinsi timur Zhejiang. Kedua rudal tersebut ditembakkan ke daerah antara provinsi Hainan dan Pulau Paracel, kata sumber PLA kepada South China Morning Post pada saat itu. Daerah pendaratan berada dalam zona yang menurut otoritas keamanan maritim di Hainan akan terlarang karena adanya latihan militer tersebut.