Seruan Biksu untuk Merajam Muslim Picu Ketakutan di Sri Lanka

Senin, 24 Juni 2019 - 16:46 WIB
Seruan Biksu untuk Merajam Muslim Picu Ketakutan di Sri Lanka
Seruan Biksu untuk Merajam Muslim Picu Ketakutan di Sri Lanka
A A A
KOLOMBO - Seorang biksu Buddha terkemuka di Sri Lanka memicu ketakutan warga Muslim di negara itu setelah dia menyerukan agar kelompok minoritas itu dirajam hingga mati.

Seruan berbahaya pada pekan lalu itu bermula dari rumor murahan yang dia umbar, yakni dokter Muslim di Sri Lanka dituduh telah mensterilkan ribuan wanita Buddha.

Aktivis, politisi dan anggota minoritas Muslim mengatakan pidato biksu bernama Warakagoda Sri Gnanarathana Thero tersebut bisa memicu ketegangan komunal. Kelompok minoritas Muslim di negara itu telah menderita beberapa pekan lalu setelah rumah dan bisnis mereka diserang kelompok Buddha garis keras.

Serangan yang dialami kelompok minoritas itu merupakan respons nyata terhadap serangkaian serangan bom terhadap beberapa gereja dan hotel pada Minggu Paskah 21 April 2019. Serangan yang diklaim dilakukan kelompok ISIS itu menewaskan lebih dari 250 orang. Pemerintah Sri Lanka menyalahkan serangan bom itu terhadap kelompok militan Muslim lokal.

Gnanarathana secara berulang-ulang mengumbar tuduhan yang tidak berdasar bahwa seorang dokter Muslim di distrik Kurunegala tengah telah secara diam-diam mensterilkan 4.000 wanita Buddha.

"Beberapa umat wanita (Buddha) mengatakan (orang-orang seperti dokter) harus dilempari batu sampai mati. Saya tidak mengatakan itu. Tetapi itulah yang harus dilakukan," katanya dalam pidato yang disiarkan di stasiun televisi nasional.

Biksu yang mengepalai Asgiriya Chapter—salah satu cabang Buddha terbesar dan tertua di Sri Lanka—kemudian menyerukan boikot terhadap restoran-restoran milik Muslim. Dia juga mengumbar desas-desus yang sudah lama dan tidak terbukti bahwa restoran-restoran Muslim melayani pelanggan Buddha dengan makanan yang dibubuhi obat sterilisasi.

"Jangan makan dari toko-toko (Muslim) itu. Mereka yang makan dari toko-toko ini tidak akan memiliki anak di masa depan," katanya kepada sekelompok warga Buddha di sebuah kuil di distrik pusat Kandy, di mana rumor yang sama telah memicu kerusuhan anti-Muslim pada tahun lalu.

Gnanarathana tetap membela komentarnya."Pernyataan yang saya buat hanya sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh mayoritas," ujarnya.

Umat ​​Buddha merupakan mayoritas di Sri Lanka, yakni lebih dari 70 persen dari 21 juta penduduk. Sedangkan umat Islam berjumlah 10 persen dari populasi.

Aktivis menggambarkan komentar biksu itu sebagai pidato kebencian dan meminta Presiden Maithripala Sirisena untuk mengambil tindakan. Sedangkan anggota komunitas Muslim merasa khawatir bahwa komentar biksu itu dapat menyebabkan kekerasan baru terhadap mereka.

"Seseorang dari (tokoh) sekaliber ini berbicara tentang tuduhan palsu dan meludahkan racun seperti ini sangat bermasalah karena setidaknya generasi muda Buddha akan menganggap ini serius...dia menghasut kekerasan," kata Shreen Abdul Saroor, seorang aktivis hak asasi manusia setempat.

"Dia menyatakan embargo sistematis pada bisnis Muslim. Ini adalah cara sistematis untuk memisahkan dan mengasingkan masyarakat Muslim secara sosial," ujarnya.

Di Ibu Kota Sri Lanka, Kolombo, seorang jurnalis Muslim yang berbicara dengan syarat anonim mengatakan dia terkejut dengan pidato Gnanarathana.

"Kita bahkan tidak bisa membayangkan apa yang bisa terjadi pada kita," katanya, seperti dikutip Al Jazeera, Minggu (23/6/2019). "Kami khawatir pidato itu akan mengarah pada lebih banyak serangan terhadap Muslim dan properti mereka."
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4906 seconds (0.1#10.140)