Wanita China Sewa Pembunuh Bayaran untuk Habisi Istri Selingkuhannya dengan Imbalan Seks
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Seorang wanita warga negara China yang tinggal di Queens, Amerika Serikat (AS) mencoba menyewa pria pembunuh bayaran untuk membunuh istri dan putri dari pria selingkuhannya. Sebagai imbalannya, dia menawarkan layanan seks.
Yue Zhou (42) diduga telah membayar USD5.000 ke situs palsu yang dia pikir akan mengirim senjata sewaan untuk menghabisi keluarga pria selingkuhannya—yang masih terikat pernikahan dengan calon korban—pada tahun 2019. Demikian dipaparkan Jaksa AS Breon Peace dalam sebuah pernyataan.
Zhou dijadwalkan akan didakwa di pengadilan federal Brooklyn pada hari Senin dan jaksa telah meminta pengadilan untuk mengembalikannya ke penjara. “Berdasarkan upayanya yang terencana dan telaten untuk membunuh banyak orang, yang menurut mereka menjadikannya bahaya yang jelas bagi masyarakat jika dibebaskan,” bunyi dokumen jaksa yang diajukan ke pengadilan, seperti dikutip New York Post, Selasa (9/7/2024).
Zhou—yang tidak memiliki status hukum tinggal permanen di Amerika Serikat—menghadapi hukuman lebih dari 12 tahun penjara jika terbukti bersalah. Dia juga bisa dideportasi, menurut pernyataan jaksa.
Menurut jaksa, cerita upaya Zhou untuk membunuh dua calon korban itu dimulai antara 25 Maret hingga 4 April 2019, ketika Zhou diduga menggunakan nama alias “Bigtree” memerintahkan pembunuh bayaran di situs tersebut, kemudian mengontrak layanan pertukaran finansial Ukraina untuk pembayaran Bitcoin.
Dia, lanjut jaksa, memberikan banyak rincian tentang dua calon korban, termasuk alamat rumahnya, jadwal kerjanya dan waktu terbaik untuk menemukannya.
“Pada saat itu, terdakwa berselingkuh dengan pasangan (calon korban), dan terlibat secara emosional dalam hubungan tersebut, mengungkapkan keinginan untuk menikah dan memiliki anak bersamanya,” imbuh pernyataan jaksa.
Lebih lanjut, jaksa mengatakan, Zhou juga ingin putri dari pria selingkuhannya dimutilasi, dan mencoba membuat situs web palsu tersebut menambahkannya ke dalam daftar target.
Dia sendiri juga mengancam calon korban, dengan menulis pesan teks pada bulan Desember 2019 bahwa dia akan memutilasi tubuhnya “menjadi ratusan bagian.”
Yue Zhou (42) diduga telah membayar USD5.000 ke situs palsu yang dia pikir akan mengirim senjata sewaan untuk menghabisi keluarga pria selingkuhannya—yang masih terikat pernikahan dengan calon korban—pada tahun 2019. Demikian dipaparkan Jaksa AS Breon Peace dalam sebuah pernyataan.
Zhou dijadwalkan akan didakwa di pengadilan federal Brooklyn pada hari Senin dan jaksa telah meminta pengadilan untuk mengembalikannya ke penjara. “Berdasarkan upayanya yang terencana dan telaten untuk membunuh banyak orang, yang menurut mereka menjadikannya bahaya yang jelas bagi masyarakat jika dibebaskan,” bunyi dokumen jaksa yang diajukan ke pengadilan, seperti dikutip New York Post, Selasa (9/7/2024).
Zhou—yang tidak memiliki status hukum tinggal permanen di Amerika Serikat—menghadapi hukuman lebih dari 12 tahun penjara jika terbukti bersalah. Dia juga bisa dideportasi, menurut pernyataan jaksa.
Menurut jaksa, cerita upaya Zhou untuk membunuh dua calon korban itu dimulai antara 25 Maret hingga 4 April 2019, ketika Zhou diduga menggunakan nama alias “Bigtree” memerintahkan pembunuh bayaran di situs tersebut, kemudian mengontrak layanan pertukaran finansial Ukraina untuk pembayaran Bitcoin.
Dia, lanjut jaksa, memberikan banyak rincian tentang dua calon korban, termasuk alamat rumahnya, jadwal kerjanya dan waktu terbaik untuk menemukannya.
“Pada saat itu, terdakwa berselingkuh dengan pasangan (calon korban), dan terlibat secara emosional dalam hubungan tersebut, mengungkapkan keinginan untuk menikah dan memiliki anak bersamanya,” imbuh pernyataan jaksa.
Lebih lanjut, jaksa mengatakan, Zhou juga ingin putri dari pria selingkuhannya dimutilasi, dan mencoba membuat situs web palsu tersebut menambahkannya ke dalam daftar target.
Dia sendiri juga mengancam calon korban, dengan menulis pesan teks pada bulan Desember 2019 bahwa dia akan memutilasi tubuhnya “menjadi ratusan bagian.”