Rusia pada AS: Berhenti Paksa Iran Keluar dari Kesepakatan Nuklir

Kamis, 13 Juni 2019 - 23:22 WIB
Rusia pada AS: Berhenti Paksa Iran  Keluar dari Kesepakatan Nuklir
Rusia pada AS: Berhenti Paksa Iran Keluar dari Kesepakatan Nuklir
A A A
WINA - Perwakilan Tetap Rusia untuk organisasi internasional di Wina, Mikhail Ulyanov mengatakan, Moskow berharap Washington berhenti mengeluarkan kebijakan yang "memaksa" Iran mundur dari kesepakatan nuklir.

Ulyanov menuturkan, Amerika Serikat (AS) menggunakan metode pemerasan dan intimidasi terang-terangan yang bertujuan memaksa Iran keluar dari kesepakatan nuklir. Hal ini, papar Ulyanov, harus segera dihentikan untuk dapat menyelamatkan kesepakatan tersebut.

"Dengan menggunakan metode pemerasan terang-terangan dan intimidasi, AS berupaya memaksa negara-negara lain untuk membatasi hubungan perdagangan dan ekonomi yang sah dengan Iran, terutama di sektor minyak dan perbankan," kata Ulyanov, seperti dilansir PressTV pada Kamis (13/6).

"Faktanya, Washington mendorong Teheran keluar dari kesepakatan nuklir dan memprovokasi untuk mengambil langkah pembalasan radikal. Kami mendesak AS untuk mempertimbangkan kembali jalurnya menuju torpedo pencapaian non-proliferasi nuklir utama, yang memungkinkan masyarakat internasional untuk percaya diri dalam sifat damai eksklusif dari program nuklir Iran," ungkapnya.

Moskow, ungkap Ulyanov, memahami keputusan Teheran baru-baru ini untuk mundur dari beberapa kewajibannya di bawah kesepakatan tersebut. Meski demikian, Ulyanov menyatakan Rusia tetap mendesak Iran untuk tidak menyerah pada provokasi dan menahan diri dari eskalasi lebih lanjut.

Dia juga mencatat bahwa negara penandatangan kesepakatan nuklir yang lain akan melakukan upaya untuk mengembalikan keseimbangan antara unsur-unsur nuklir dan ekonomi dari perjanjian tersebut, dan bahwa Rusia akan melanjutkan kerja praktis dalam hal itu.

"Kami juga meminta mitra ekonomi Iran untuk tidak menyerah pada tekanan eksternal, mengingat bahwa dalam situasi saat ini hubungan komersial dengan Iran juga memiliki dimensi politik yang penting," tukasnya.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4600 seconds (0.1#10.140)