Lebih Buruk dari Abu Ghraib dan Guantanamo, Inilah Cara Israel Menyiksa Para Tahanan Palestina
loading...
A
A
A
GAZA - Dalam apa yang disebut Kepala badan keamanan internal Shin Bet Israel, Ronen Bar, sebagai “krisis penahanan”, penjara dan pusat penahanan Israel secara kolektif menahan 21.000 warga Palestina.
Para tahanan ini telah menjadi sasaran berbagai metode penyiksaan brutal, dengan salah satu fasilitas penahanan dicap lebih buruk dari Abu Ghraib.
Dalam langkah yang memicu kontroversi dalam lembaga politik Israel, Direktur Rumah Sakit al-Shifa, Dr Muhammad Abu Salmiya, dibebaskan dari tahanan setelah ditahan tanpa tuduhan selama berbulan-bulan.
Setelah dibebaskan, Dr Salmiya berbicara kepada media tentang kenyataan mengerikan yang dihadapi para tahanan, dengan mencatat, “Para tahanan di penjara Israel mengalami berbagai jenis penyiksaan.”
“Tentara Israel memperlakukan para tahanan seolah-olah mereka adalah benda mati, dan dokter Israel menyerang kami secara fisik,” papar dia.
Dia juga menyatakan, “Tidak ada organisasi internasional yang diizinkan mengunjungi narapidana, mereka juga tidak diizinkan menemui pengacara, sementara para tahanan Palestina menjadi sasaran penyiksaan berat dan penyerangan hampir setiap hari di dalam penjara dan tidak diberikan perawatan medis."
Salah satu tempat di mana Dr Salmiya ditahan adalah fasilitas penahanan Sde Teiman yang terkenal, pusat penjara militer yang dibuat untuk menahan warga Palestina yang diculik dari Gaza tanpa tuduhan apa pun.
Menurut Pengacara Palestina, Khaled Mahajneh, yang baru-baru ini memberikan laporan langsung tentang kondisi yang dihadapi di kamp penahanan setelah diizinkan untuk dikunjungi, "Perlakuan yang diberikan lebih mengerikan daripada apa pun yang pernah kita dengar tentang Abu Ghraib dan Guantanamo."
Mahajneh mengatakan sekitar 4.000 tahanan dari Gaza, yang mulai menyebut Sde Teiman sebagai "kamp kematian" setelah 35 tahanan meninggal dalam "kondisi yang tidak diketahui", ditutup matanya dan dibelenggu terus-menerus, dipaksa tidur membungkuk di lantai.
Mandi selama satu menit setiap pekan adalah satu-satunya waktu belenggu dilepaskan, yang mulai ditolak oleh para narapidana karena melebihi satu menit mengakibatkan hukuman dan mereka tidak diberi jam tangan, atau pengatur waktu, dan "melampaui menit yang diberikan membuat narapidana menghadapi hukuman berat, termasuk berjam-jam di luar ruangan dalam cuaca panas atau hujan".
Para tahanan ini telah menjadi sasaran berbagai metode penyiksaan brutal, dengan salah satu fasilitas penahanan dicap lebih buruk dari Abu Ghraib.
Dalam langkah yang memicu kontroversi dalam lembaga politik Israel, Direktur Rumah Sakit al-Shifa, Dr Muhammad Abu Salmiya, dibebaskan dari tahanan setelah ditahan tanpa tuduhan selama berbulan-bulan.
Setelah dibebaskan, Dr Salmiya berbicara kepada media tentang kenyataan mengerikan yang dihadapi para tahanan, dengan mencatat, “Para tahanan di penjara Israel mengalami berbagai jenis penyiksaan.”
“Tentara Israel memperlakukan para tahanan seolah-olah mereka adalah benda mati, dan dokter Israel menyerang kami secara fisik,” papar dia.
Dia juga menyatakan, “Tidak ada organisasi internasional yang diizinkan mengunjungi narapidana, mereka juga tidak diizinkan menemui pengacara, sementara para tahanan Palestina menjadi sasaran penyiksaan berat dan penyerangan hampir setiap hari di dalam penjara dan tidak diberikan perawatan medis."
Salah satu tempat di mana Dr Salmiya ditahan adalah fasilitas penahanan Sde Teiman yang terkenal, pusat penjara militer yang dibuat untuk menahan warga Palestina yang diculik dari Gaza tanpa tuduhan apa pun.
Menurut Pengacara Palestina, Khaled Mahajneh, yang baru-baru ini memberikan laporan langsung tentang kondisi yang dihadapi di kamp penahanan setelah diizinkan untuk dikunjungi, "Perlakuan yang diberikan lebih mengerikan daripada apa pun yang pernah kita dengar tentang Abu Ghraib dan Guantanamo."
Mahajneh mengatakan sekitar 4.000 tahanan dari Gaza, yang mulai menyebut Sde Teiman sebagai "kamp kematian" setelah 35 tahanan meninggal dalam "kondisi yang tidak diketahui", ditutup matanya dan dibelenggu terus-menerus, dipaksa tidur membungkuk di lantai.
Mandi selama satu menit setiap pekan adalah satu-satunya waktu belenggu dilepaskan, yang mulai ditolak oleh para narapidana karena melebihi satu menit mengakibatkan hukuman dan mereka tidak diberi jam tangan, atau pengatur waktu, dan "melampaui menit yang diberikan membuat narapidana menghadapi hukuman berat, termasuk berjam-jam di luar ruangan dalam cuaca panas atau hujan".