Petinggi Militer Israel Akui Jaringan Terowongan di Rafah Tanpa Ujung
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Komandan Brigade Nahal Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Kolonel Yair Zuckerman mengatakan Rafah penuh dengan terowongan, yang sepertinya tidak ada habisnya.
Pengakuan itu diungkap media Israel pada Rabu (19/6/2024). “Hampir tidak ada rumah tanpa terowongan, yang merupakan tantangan terbesar bagi tentara,” ungkap Kolonel Yair Zuckerman.
“Terowongan tersebut menghubungkan rumah-rumah di kota, membentuk satu labirin yang luas,” papar dia.
Dia menunjukkan tentaranya telah menemukan tujuh belas terowongan di Rafah dalam beberapa hari terakhir saja.
Merujuk pada insiden pekan lalu di mana empat tentara tewas ketika satu bom meledak di satu rumah yang diyakini bebas dari bahan peledak, Zuckerman mengatakan, “Rumah-rumah tersebut dipasangi jebakan dengan bahan peledak berkabel yang dapat diledakkan dari jarak jauh. Ini adalah jenis medan perang yang berbeda, di mana tentara bertempur di atas dan di bawah tanah.”
“Pertempuran itu berat dan lambat,” ujar dia.
“Pejuang Hamas telah memasang banyak kamera di Rafah untuk mengatur pertempuran dari atas dan bawah tanah,” papar perwira senior tersebut.
Sementara itu, semakin banyak warga Palestina yang mengungsi akibat pemboman Israel dari daerah Al-Mawasi di kota Rafah pada Rabu (19/6/2024), Anadolu melaporkan.
Menurut saksi mata, “ratusan” warga Palestina melarikan diri ke Deir Al-Balah dan Khan Yunis.
“Tentara Israel mengklasifikasikan Al-Mawasi sebagai zona aman tetapi tadi malam menargetkan daerah tersebut dengan peluru dan tembakan,” ungkap Khaled Sheikh Eid (41).
“Tentara membunuh delapan anggota keluarga Abu Amra dan melukai anggota keluarga saya sendiri. jadi kami memutuskan pindah ke tempat lain, karena khawatir akan nyawa kami,” papar dia.
Menurut Ghassan Daher (35), “Israel menggunakan drone quadcopter yang menembaki kami. Tentara Israel menargetkan tenda kami, yang menyebabkan saya terluka oleh pecahan peluru.”
Dia juga menegaskan, “Kawasan tersebut dimaksudkan sebagai zona aman. Namun itu menjadi sasaran.”
Kantor media pemerintah di Gaza mengatakan ada sekitar dua juta pengungsi di Jalur Gaza dari total populasi 2,4 juta jiwa.
Al-Mawasi berada di garis pantai Laut Mediterania. Dengan panjang 12 kilometer dan lebar satu kilometer, membentang dari Deir Al-Balah di utara dan melewati Kegubernuran Khan Yunis di selatan Gaza.
Kawasan tersebut merupakan lahan terbuka dan bukan permukiman. Wilayah ini kekurangan infrastruktur, termasuk jaringan pembuangan limbah dan saluran listrik. Sebagian besar merupakan lahan pertanian, atau pasir.
Pengungsi hidup dalam kondisi yang tragis karena sangat kekurangan sumber daya dasar, seperti air, sanitasi, perawatan medis dan makanan.
Tinggal di tenda yang terbuat dari bahan nilon dan kain usang, mereka harus bertahan pada suhu yang melebihi 30 derajat Celcius.
Pengakuan itu diungkap media Israel pada Rabu (19/6/2024). “Hampir tidak ada rumah tanpa terowongan, yang merupakan tantangan terbesar bagi tentara,” ungkap Kolonel Yair Zuckerman.
“Terowongan tersebut menghubungkan rumah-rumah di kota, membentuk satu labirin yang luas,” papar dia.
Dia menunjukkan tentaranya telah menemukan tujuh belas terowongan di Rafah dalam beberapa hari terakhir saja.
Merujuk pada insiden pekan lalu di mana empat tentara tewas ketika satu bom meledak di satu rumah yang diyakini bebas dari bahan peledak, Zuckerman mengatakan, “Rumah-rumah tersebut dipasangi jebakan dengan bahan peledak berkabel yang dapat diledakkan dari jarak jauh. Ini adalah jenis medan perang yang berbeda, di mana tentara bertempur di atas dan di bawah tanah.”
“Pertempuran itu berat dan lambat,” ujar dia.
“Pejuang Hamas telah memasang banyak kamera di Rafah untuk mengatur pertempuran dari atas dan bawah tanah,” papar perwira senior tersebut.
Sementara itu, semakin banyak warga Palestina yang mengungsi akibat pemboman Israel dari daerah Al-Mawasi di kota Rafah pada Rabu (19/6/2024), Anadolu melaporkan.
Menurut saksi mata, “ratusan” warga Palestina melarikan diri ke Deir Al-Balah dan Khan Yunis.
“Tentara Israel mengklasifikasikan Al-Mawasi sebagai zona aman tetapi tadi malam menargetkan daerah tersebut dengan peluru dan tembakan,” ungkap Khaled Sheikh Eid (41).
“Tentara membunuh delapan anggota keluarga Abu Amra dan melukai anggota keluarga saya sendiri. jadi kami memutuskan pindah ke tempat lain, karena khawatir akan nyawa kami,” papar dia.
Menurut Ghassan Daher (35), “Israel menggunakan drone quadcopter yang menembaki kami. Tentara Israel menargetkan tenda kami, yang menyebabkan saya terluka oleh pecahan peluru.”
Dia juga menegaskan, “Kawasan tersebut dimaksudkan sebagai zona aman. Namun itu menjadi sasaran.”
Kantor media pemerintah di Gaza mengatakan ada sekitar dua juta pengungsi di Jalur Gaza dari total populasi 2,4 juta jiwa.
Al-Mawasi berada di garis pantai Laut Mediterania. Dengan panjang 12 kilometer dan lebar satu kilometer, membentang dari Deir Al-Balah di utara dan melewati Kegubernuran Khan Yunis di selatan Gaza.
Kawasan tersebut merupakan lahan terbuka dan bukan permukiman. Wilayah ini kekurangan infrastruktur, termasuk jaringan pembuangan limbah dan saluran listrik. Sebagian besar merupakan lahan pertanian, atau pasir.
Pengungsi hidup dalam kondisi yang tragis karena sangat kekurangan sumber daya dasar, seperti air, sanitasi, perawatan medis dan makanan.
Tinggal di tenda yang terbuat dari bahan nilon dan kain usang, mereka harus bertahan pada suhu yang melebihi 30 derajat Celcius.
(sya)