Mengulik Sejarah Hubungan Rusia dan Korut, Ternyata Tidak Selalu Mesra
loading...
A
A
A
Pada sisi Korea Selatan, mereka dibantu oleh Amerika Serikat dan negara-negara lain untuk menghalau invasi tersebut. Konflik berdarah yang merenggut jutaan nyawa ini akhirnya berhenti setelah gencatan senjata pada 1953.
Setelah perang berakhir, Uni Soviet masih terus memberikan bantuan kepada Korea Utara. Hal ini mencakup dalam bidang ekonomi dan militer, termasuk bahan bakar dan senjata.
Sekitar 1961, Kim Il-Sung dan pemimpin Soviet Nikita Khrushchev menandatangani perjanjian penting. Isinya adalah bahwa Moskow berkomitmen untuk membela Pyongyang apabila terjadi serangan di kemudian hari.
Hubungan baik yang terjalin antara Soviet dan Korut mulai menurun sekitar 1960-an. Hal ini terjadi ketika Kim Il-sung membersihkan faksi-faksi pro-Soviet dan pro-China dalam kepemimpinan guna mengkonsolidasikan kekuasaannya.
Setelah itu, Moskow pun mengurangi bantuannya kepada Korea Utara. Pada kurun 1970-an, Korea Utara mencoba mengambil keuntungan dari persaingan China dan Uni Soviet.
Namun, terjadi serangkaian kegagalan kebijakan menyusul pinjaman besar-besaran dari pasar keuangan internasional. Hal ini mendorong perekonomian Korea Utara menuju kekacauan selama beberapa waktu.
Pada 1980-an, Mikhail Gorbachev naik menuju kekuasaan di Uni Soviet. Ia bertindak untuk mulai mengurangi bantuan ke Korea Utara dan mendukung rekonsiliasi dengan Korea Selatan.
Menariknya, Seoul juga ikut memperluas hubungan diplomatik dengan negara-negara komunis di Eropa Timur. Hal ini membuat Pyongyang semakin terisolasi.
Uni Soviet runtuh pada 1991. Kondisi ini membuat Korea Utara kehilangan beberapa bantuan dalam bidang ekonomi dan keamanan.
Pemerintahan pasca-komunis di Moskow yang dipimpin oleh Presiden Boris Yeltsin juga tidak menunjukkan antusiasme untuk mendukung Korea Utara.
3. Soviet Berkomitmen Mendukung Korut
Setelah perang berakhir, Uni Soviet masih terus memberikan bantuan kepada Korea Utara. Hal ini mencakup dalam bidang ekonomi dan militer, termasuk bahan bakar dan senjata.
Sekitar 1961, Kim Il-Sung dan pemimpin Soviet Nikita Khrushchev menandatangani perjanjian penting. Isinya adalah bahwa Moskow berkomitmen untuk membela Pyongyang apabila terjadi serangan di kemudian hari.
4. Kim Il-sung Mengkonsolidasi Kekuasaan
Hubungan baik yang terjalin antara Soviet dan Korut mulai menurun sekitar 1960-an. Hal ini terjadi ketika Kim Il-sung membersihkan faksi-faksi pro-Soviet dan pro-China dalam kepemimpinan guna mengkonsolidasikan kekuasaannya.
Setelah itu, Moskow pun mengurangi bantuannya kepada Korea Utara. Pada kurun 1970-an, Korea Utara mencoba mengambil keuntungan dari persaingan China dan Uni Soviet.
Namun, terjadi serangkaian kegagalan kebijakan menyusul pinjaman besar-besaran dari pasar keuangan internasional. Hal ini mendorong perekonomian Korea Utara menuju kekacauan selama beberapa waktu.
5. Uni Soviet Bertindak
Pada 1980-an, Mikhail Gorbachev naik menuju kekuasaan di Uni Soviet. Ia bertindak untuk mulai mengurangi bantuan ke Korea Utara dan mendukung rekonsiliasi dengan Korea Selatan.
Menariknya, Seoul juga ikut memperluas hubungan diplomatik dengan negara-negara komunis di Eropa Timur. Hal ini membuat Pyongyang semakin terisolasi.
6. Hubungan Semakin Buruk dengan Runtuhnya Uni Soviet
Uni Soviet runtuh pada 1991. Kondisi ini membuat Korea Utara kehilangan beberapa bantuan dalam bidang ekonomi dan keamanan.
Pemerintahan pasca-komunis di Moskow yang dipimpin oleh Presiden Boris Yeltsin juga tidak menunjukkan antusiasme untuk mendukung Korea Utara.