Siapa Alvin Bragg? Jaksa Penuntut yang Mendorong Vonis Penjara bagi Donald Trump

Senin, 03 Juni 2024 - 21:02 WIB
loading...
A A A
Ketika ditanya pada hari Kamis tentang kritik yang diterima kasus tersebut, Bragg berkata, "Banyak suara di luar sana. Satu-satunya suara yang penting adalah suara juri, dan juri telah berbicara."

Kantor Bragg menolak berkomentar. Pengacara Trump tidak menanggapi permintaan komentar.

Sidang tersebut kemungkinan merupakan satu-satunya yang akan dihadapi Trump sebelum pemilu 5 November, di mana jajak pendapat menunjukkan dia bersaing ketat dengan Presiden petahana dari Partai Demokrat Joe Biden.

Membuat Teori Hukum Baru

Kasus ini menggunakan teori hukum baru. Jaksa mengatakan Trump memalsukan catatan bisnis untuk menyembunyikan konspirasi untuk meningkatkan pencalonannya sebagai presiden pada tahun 2016 dengan cara yang melanggar hukum, termasuk pembayaran USD130.000 kepada Daniels karena dia diam sebelum pemilu mengenai hubungan seksual yang dia katakan terjadi satu dekade sebelumnya – yang dibantah oleh Trump. .

Menurut sebuah buku yang ditulis oleh Mark Pomerantz, mantan jaksa penuntut di kantor tersebut, pendahulu Bragg, Vance, sebagian menolak untuk mengajukan tuntutan karena timbul keraguan apakah ada kejahatan negara.

Jaksa Agung Negara Bagian New York Letitia James menggugat Trump atas praktik bisnis perusahaan real estatnya, yang mengakibatkan Trump diperintahkan membayar denda dan penalti sebesar USD454 juta pada awal tahun ini.

Para pengacara Trump dalam kasus uang tutup mulut berargumentasi bahwa undang-undang pemilu negara bagian tidak berlaku untuk pemilu federal – sebuah klaim yang kemungkinan akan menjadi inti dari banding mereka atas putusan tersebut setelah Trump dijatuhi hukuman pada 11 Juli.

Meskipun kasus ini belum pernah terjadi sebelumnya, teori Bragg telah didukung oleh dua hakim: Hakim Juan Merchan, yang mengawasi persidangan tersebut, dan Hakim Distrik AS Alvin Hellerstein, yang menolak tawaran Trump tahun lalu untuk memindahkan kasus tersebut dari pengadilan negara bagian ke pengadilan federal.

Bragg juga menolak klaim Trump bahwa kasus tersebut bermotif politik, dan menyebut pemalsuan catatan bisnis sebagai masalah utama di Manhattan – rumah bagi Wall Street dan ibu kota bisnis dunia.

“Saya melakukan tugas saya,” kata Bragg kepada wartawan pada hari Kamis setelah hukuman tersebut. “Kasus-kasus seperti ini pernah saya tangani secara pribadi, dan ini merupakan ciri tradisi kantor ini yang dengan bangga saya pimpin.”

Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0763 seconds (0.1#10.140)
pixels