Bagian Sel Teroris, Pembantu Guaido Dicokok Intelijen Venezuela

Jum'at, 22 Maret 2019 - 15:59 WIB
Bagian Sel Teroris,...
Bagian Sel Teroris, Pembantu Guaido Dicokok Intelijen Venezuela
A A A
CARACAS - Menteri Dalam Negeri Venezuela Nestor Reverol mengatakan bahwa pembantu tokoh oposisi Juan Guaido, Roberto Marrero, adalah bagian dari sel teroris yang merencanakan serangan di negara itu. Tidak hanya itu, Marrero juga dikaitkan dengan tentara bayaran asing.

Reverol kemudian mengungkapkan gambar dua senapan sebagai bukti terhadap ajudan, yang telah disita dalam penggerebekan pada pagi dini hari.

"Penyelidikan yang dilakukan oleh badan-badan intelijen bersama dengan kantor jaksa penuntut umum menyebabkan penahanan Roberto Eugenio Marrero (49) yang adalah seorang pengacara dan secara langsung bertanggung jawab untuk organisasi kelompok-kelompok kriminal. Sejumlah senjata dan uang tunai dalam mata uang asing disita darinya," kata Reverol dalam pidato yang disiarkan oleh stasiun televisi lokal seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (22/3/2019).

"Dengan penahanan ini, pihak berwenang telah mengganggu kegiatan sel teror yang telah merencanakan untuk melakukan sejumlah serangan," tambah Menteri Dalam Negeri Venezuela.

Reverol juga menyatakan bahwa sel itu bisa menyewa tentara bayaran dari Kolombia atau Amerika Tengah untuk mencoba membunuh para pemimpin politik Venezuela, personil militer, hakim, serta melakukan tindakan sabotase terhadap layanan publik untuk menabur kekacauan di masyarakat Venezuela.

Satu sumber kepolisian sebelumnya memberi tahu RIA Novosti bahwa Marrero adalah salah satu dari dua pembantu Guaido yang ditahan hari itu, dan salah satu dari mereka ditemukan memiliki senapan dan granat.

"Dini hari tadi, dua rekan terdekat pemimpin Majelis Nasional Venezuela Juan Guaido - Roberto Marrero dan Sergio Vergara - ditahan di rumah mereka. Penahanan dilakukan di lingkungan El Cafetal di kota Baruta. Dua senapan dan sebuah granat ditemukan di rumah Marrero," kata sumber itu.

Sumber itu juga mengatakan bahwa Vergara telah dibebaskan, namun Marrero tetap ditahan.

Washington dengan cepat menanggapi berita itu. Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Bolton menyebut penangkapan itu kesalahan besar dan mengancam akan menanggapi dengan keras.

Sejak Januari, Venezuela telah berada dalam krisis politik. Kondisi semakin dipertajam sejak Guaido, ketua parlemen Venezuela Majelis Nasional, mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara dengan alasan terpilihnya kembali Nicolas Maduro sebagai presiden dalam pemilu tidak sah.

Deklarasi itu hanya berselang dua hari setelah Mahkamah Agung Venezuela membatalkan terpilihnya Guaido sebagai ketua Majelis Nasional.

Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyebut langkah Guaido memenuhi syarat sebagai upaya untuk melakukan kudeta yang dirancang oleh Washington.

AS bersama sekitar 50 negara lain mengakui Guaido sebagai presiden Venezuela. Sementara Rusia, China, Kuba, Bolivia, dan sejumlah negara lain, menyuarakan dukungan mereka untuk pemerintah Maduro yang sah. Meksiko dan Uruguay telah menolak untuk mengakui Guaido, menyatakan diri mereka netral dan menyerukan penyelesaian krisis melalui dialog.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0808 seconds (0.1#10.140)