Korut Kecam Latihan Perang AS-Korsel, Sebut Tantangan Terbuka

Jum'at, 08 Maret 2019 - 06:15 WIB
Korut Kecam Latihan Perang AS-Korsel, Sebut Tantangan Terbuka
Korut Kecam Latihan Perang AS-Korsel, Sebut Tantangan Terbuka
A A A
SEOUL - Pemerintah Korea Utara (Korut) mengecam latihan perang gabungan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) yang sedang berlangsung. Pyongyang menyebutnya sebagai "tantangan terbuka" terhadap upaya menuju perdamaian di Semenanjung Korea.

Pada hari Sabtu pekan lalu, AS dan Korea Selatan sepakat untuk mengganti dua latihan perang tahunan utama—Key Resolve dan Foal Eagle—dengan latihan "Dong Maeng" atau "Alliance" yang lebih singkat, yang dimulai minggu ini.

"Langkah-langkah buruk dari otoritas militer Korea Selatan dan AS adalah pelanggaran sembrono terhadap pernyataan bersama DPRK-AS (di Singapura) dan deklarasi Korea Utara-Korea Selatan di mana penghilangan permusuhan dan ketegangan dilakukan," tulis kantor berita pemerintah Korut, KCNA, yang dikutip Al Jazeera, Jumat (8/3/2019).

Ada hampir 28.500 tentara AS yang ditempatkan di Korea Selatan. Latihan perang tahunan tentara AS dengan puluhan ribu tentara Korea Selatan selama ini membuat Korea Utara marah. Rezim Pyongyang selalu mengutuk manuver gabungan itu sebagai latihan provokatif untuk menginvasi Korea Utara.

Namun, setelah pertemuan puncak pertama antara Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Singapura tahun lalu, Trump mengangkat alis pada konferensi pers ketika dia mengatakan Washington akan menunda latihan perang gabungan AS dengan Korea Selatan.

Kedua pemimpin juga menandatangani perjanjian yang tidak jelas tentang denuklirisasi Semenanjung Korea.

Gejolak terbaru di Semenanjung Korea ini terjadi hanya beberapa hari setelah Trump dan Kim Jong-un mengadakan pertemuan puncak atau KTT kedua di Hanoi, Vietnam. Pertemuan ini berakhir dengan kegagalan, di mana tak ada kesepakatan atau perjanjian yang diteken kedua pihak terkait denuklirisasi Semenanjung Korea.

Setelah kebuntuan dari KTT di Hanoi, para peneliti menyatakan bahwa Pyongyang sedang membangun kembali situs peluncur rudal jarak jauh Sohae. Padahal, pada tahun lalu Kim Jong-un sepakat untuk membongkarnya sebagai bagian dari langkah-langkah membangun kepercayaan.

Surat kabar Korea Selatan, JoongAng Ilbo dan Donga Ilbo, mengutip para legislator yang diberi pengarahan oleh Badan Intelijen Nasional (NIS) negara itu mengatakan pergerakan kendaraan kargo baru-baru ini terlihat di sekitar sebuah pabrik di Sanumdong di Pyongyang, yang memproduksi rudal balistik antarbenua pertama Korea Utara yang mampu mencapai wilayah Amerika Serikat.

JoongAng Ilbo juga melaporkan bahwa Korea Utara terus mengoperasikan fasilitas pengayaan uraniumnya di kompleks nuklir utama Yongbyon. Tetapi laporan itu bertentangan dengan laporan dari hari sebelumnya bahwa tidak ada kegiatan yang berlangsung di sana sejak akhir tahun lalu, yang sinkron dengan temuan dari pengawas atom PBB.

Joel Wit, seorang ahli proliferasi Korea Utara yang membantu bernegosiasi dengan Korea Utara pada pertengahan 1990-an, mengatakan laporan tentang aktivitas di situs Sohae adalah cara Kim Jong-un untuk menunjukkan bahwa ia menjadi tidak sabar dengan kurangnya kemajuan dalam negosiasi.

"Kita harus menonton untuk melihat apa yang terjadi lagi," kata Wit. "Ini adalah fasilitas peluncuran luar angkasa dan telah digunakan untuk mengirim satelit ke luar angkasa. Masalahnya adalah beberapa teknologi (dengan roket) adalah sama," ujarnya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4425 seconds (0.1#10.140)