China: Latihan Perang di Sekitar Taiwan Tes Kemampuan Merebut Kekuasaan
loading...
A
A
A
BEIJING - Militer China pada Jumat (24/5/2024) mengatakan latihan perang yang sedang berlangsung di sekitar Taiwan menguji kemampuan militer untuk merebut kekuasaan atas pulau yang mempunyai pemerintahan sendiri itu.
Manuver itu digelar beberapa hari setelah presiden terpilih Taiwan, Lai Ching-te, dilantik.
Militer China memulai latihan perang pada Kamis pagi, mengepung Taiwan dengan kapal Angkatan Laut dan pesawat militer, sambil bersumpah darah “pasukan kemerdekaan” di pulau itu akan mengalir.
Latihan tersebut—dengan nama sandi “Joint Sword-2024A”—dilakukan setelah Lai Ching-te menjabat sebagai presiden baru Taiwan minggu ini dan menyampaikan pidato pelantikan yang dikecam China sebagai “pengakuan kemerdekaan”.
Latihan tersebut merupakan bagian dari meningkatnya kampanye intimidasi oleh China yang telah melakukan serangkaian latihan militer skala besar di sekitar Taiwan dalam beberapa tahun terakhir.
“Latihan dua hari ini menguji kemampuan perebutan kekuasaan bersama, serangan gabungan, dan kendali atas wilayah-wilayah penting,” kata juru bicara Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China Li Xi, seperti dikutipAFP.
PBB menyerukan semua pihak untuk menghindari eskalasi, sementara Amerika Serikat—sekutu terkuat dan pendukung militer Taiwan—“dengan tegas” mendesak China untuk bertindak dengan menahan diri.
Beijing, yang berpisah dengan Taipei pada akhir perang saudara 75 tahun lalu, menganggap pulau itu sebagai provinsi China yang membangkang dan pada akhirnya harus bersatu kembali.
Saat latihan tersebut berlangsung, Beijing mengatakan bahwa manuver militer tersebut akan menjadi “hukuman berat atas tindakan separatis pasukan ‘kemerdekaan Taiwan’”.
Manuver itu digelar beberapa hari setelah presiden terpilih Taiwan, Lai Ching-te, dilantik.
Militer China memulai latihan perang pada Kamis pagi, mengepung Taiwan dengan kapal Angkatan Laut dan pesawat militer, sambil bersumpah darah “pasukan kemerdekaan” di pulau itu akan mengalir.
Latihan tersebut—dengan nama sandi “Joint Sword-2024A”—dilakukan setelah Lai Ching-te menjabat sebagai presiden baru Taiwan minggu ini dan menyampaikan pidato pelantikan yang dikecam China sebagai “pengakuan kemerdekaan”.
Latihan tersebut merupakan bagian dari meningkatnya kampanye intimidasi oleh China yang telah melakukan serangkaian latihan militer skala besar di sekitar Taiwan dalam beberapa tahun terakhir.
“Latihan dua hari ini menguji kemampuan perebutan kekuasaan bersama, serangan gabungan, dan kendali atas wilayah-wilayah penting,” kata juru bicara Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) China Li Xi, seperti dikutipAFP.
PBB menyerukan semua pihak untuk menghindari eskalasi, sementara Amerika Serikat—sekutu terkuat dan pendukung militer Taiwan—“dengan tegas” mendesak China untuk bertindak dengan menahan diri.
Hukuman Berat
Beijing, yang berpisah dengan Taipei pada akhir perang saudara 75 tahun lalu, menganggap pulau itu sebagai provinsi China yang membangkang dan pada akhirnya harus bersatu kembali.
Saat latihan tersebut berlangsung, Beijing mengatakan bahwa manuver militer tersebut akan menjadi “hukuman berat atas tindakan separatis pasukan ‘kemerdekaan Taiwan’”.