Jumlah Pencari Suaka di Uni Eropa Berkurang Drastis

Senin, 18 Februari 2019 - 07:54 WIB
Jumlah Pencari Suaka di Uni Eropa Berkurang Drastis
Jumlah Pencari Suaka di Uni Eropa Berkurang Drastis
A A A
BRUSSELS - Jumlah orang yang mencari suaka di Uni Eropa (UE) turun pada 2018 menjadi kurang dari setengah dari puncak krisis migrasi 2015-2016. Badan suaka UE, EASO, yang merilis data terbaru itu kemarin menjelaskan ada 653.000 aplikasi suaka pada 2018 atau dua kali lipat sebelum “Arab Spring” 2011 yang mendorong terjadi perang dan kekacauan di penjuru Afrika Utara dan Timur Tengah.

Data 2018 itu masih di bawah 641.000 aplikasi suaka yang diajukan pada 2014, tahun terakhir sebelum gelombang migran melalui laut Mediterania yang menciptakan krisis politik dan kemanusiaan. Jumlah pencari suaka mencapai puncaknya sebesar 1,4 juta dan 1,3 juta pada 2015 dan 2016.

Salah satu rute laut utama yang digunakan para pencari suaka untuk mencapai Eropa dari Turki dan Yunani telah ditutup pada 2016 dan lainnya dari Libya ke Italia telah dibatasi tahun lalu. Sebelum Arab Spring, sekitar 300.000 orang mengajukan suaka di UE setiap tahun.

“Kita kembali ke level sebelum krisis. Kita di jalur yang tepat,” papar pejabat tinggi migrasi UE Dimitris Avramopoulos saat melaporkan data terbaru tersebut, dilansir Reuters. Tingkat persetujuan suaka turun di UE dengan jumlah penolakan lebih banyak dibandingkan jumlah yang disetujui dalam dua tahun terakhir, menurut data EASO. Pada 2015 lebih dari setengah aplikasi disetujui.

Jumlah terbanyak pencari suaka berasal dari Suriah, Afghanistan, dan Irak tahun lalu meski ada peningkatan jumlah dari Kolombia dan Venezuela. Besarnya jumlah pencari suaka yang datang ke Eropa dalam beberapa tahun terakhir menciptakan krisis kemanusiaan dengan ribuan orang tewas di laut.

Krisis politik juga terjadi di Eropa dengan bangkitnya partai-partai sayap kanan jauh di penjuru benua biru tersebut. Di Jerman yang menerima jumlah terbesar migran pada 2015-2016, Kepala Baru Partai Konservatif Annegret Kramp-Karrenbauer mengumumkan rencana untuk memperketat aturan imigrasi.Langkah tersebut sangat berbeda dengan pemimpin partai sebelumnya Angela Merkel yang kini masih menjabat sebagai kanselir Jerman. Partai-partai anti-imigran kini berkuasa di Italia, Austria, dan sebagian besar bekas negara komunis di wilayah timur UE.Dalam laporan terpisah, badan perbatasan UE, Frontex, menyatakan hanya 6.760 orang yang melintas masuk ke UE secara ilegal bulan lalu, turun seperlima dari bulan yang sama tahun lalu. Jumlah tersebut dianggap rendah untuk Januari karena beberapa orang berupaya melintasi laut pada musim dingin
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5235 seconds (0.1#10.140)