China Tes Tembak Rudal 'Guam Killer', Ancaman bagi Kapal Induk AS
A
A
A
BEIJING - Militer China telah menguji tembak rudal balistik jarak menengah DF-26 yang dijuluki misil "Guam Killer" atau "Pembunuh Guam". Senjata ini menjadi ancaman bagi kapal induk Amerika Serikat (AS) karena diklaim mampu menyerang kapal semacam itu meski dalam posisi bergerak.
Julukan "Guam Killer" sejatinya merujuk pada pangkalan militer Amerika di Pasifik yang jadi target empuk misil DF-26 Beijing.
Media pemerintah China melaporkan bahwa tes dilakukan di lokasi yang dirahasiakan di barat laut China. Tanggal uji tembak senjata itu juga tak dirinci.
Beijing mengumumkan bahwa pihaknya telah menempatkan rudal sejenis ke daerah gurun di wilayah barat laut China pada awal bulan ini atau satu hari setelah kapal perang AS melakukan patroli di Laut China Selatan dengan dalih untuk misi kebebasan bernavigasi.
Stasiun televisi pemerintah China menayangkan cuplikan uji tembak rudal DF-26 ke udara. Gambar close-up dari desain misil itu juga ditampilkan, namun target dalam uji coba tidak ditayangkan.
Media pemerintah Beijing, Global Times, yang mengutip para ahli militer mengatakan tes itu membuktikan bahwa rudal itu mampu menghantam kapal induk yang bergerak.
Menurut para ahli tersebut, struktur kerucut ganda rudal, serta jaringan informasi yang terhubung ke hulu ledak—yang dapat mencakup berbagai sistem radar dan satelit—akan memungkinkan lokasi target bergerak terus diperbarui.
Kementerian Pertahanan China sebelumnya mengatakan rudal DF-26 mampu membawa hulu ledak nuklir. Senjata itu diklaim mampu menyerang sasaran yang berjarak 4.500 kilometer dan menempatkan Guam—wilayah pangkalan militer AS—di Pulau Pasifik berada dalam jangkauan.
Bates Gill, seorang profesor studi keamanan Asia Pasifik di Macquarie University, mengatakan keputusan China untuk mempublikasikan uji coba rudal DF-26 bertujuan untuk menciptakan efek jera.
"Ini semacam tembakan peringatan yang bisa Anda katakan, untuk mengingatkan orang Amerika pada khususnya bahwa China membuat kemajuan semacam ini," kata Dr Gill, seperti dikutip ABC.net.au, Selasa (29/1/2019).
Namun masih belum diketahui apakah sistem rudal itu benar-benar mampu menyerang kapal induk yang bergerak di laut atau tidak. Gill menyarankan untuk "meningkatkan skeptisisme yang adil" pada klaim semacam itu.
"Itu tidak pernah benar-benar diuji dengan cara itu, dalam kondisi semi-medan yang sebenarnya, di kapal, di laut," katanya.
"Ini benar-benar soal menabur jenis operasi keraguan ke dalam pikiran para pemimpin politik dan militer Amerika," paparnya.
Julukan "Guam Killer" sejatinya merujuk pada pangkalan militer Amerika di Pasifik yang jadi target empuk misil DF-26 Beijing.
Media pemerintah China melaporkan bahwa tes dilakukan di lokasi yang dirahasiakan di barat laut China. Tanggal uji tembak senjata itu juga tak dirinci.
Beijing mengumumkan bahwa pihaknya telah menempatkan rudal sejenis ke daerah gurun di wilayah barat laut China pada awal bulan ini atau satu hari setelah kapal perang AS melakukan patroli di Laut China Selatan dengan dalih untuk misi kebebasan bernavigasi.
Stasiun televisi pemerintah China menayangkan cuplikan uji tembak rudal DF-26 ke udara. Gambar close-up dari desain misil itu juga ditampilkan, namun target dalam uji coba tidak ditayangkan.
Media pemerintah Beijing, Global Times, yang mengutip para ahli militer mengatakan tes itu membuktikan bahwa rudal itu mampu menghantam kapal induk yang bergerak.
Menurut para ahli tersebut, struktur kerucut ganda rudal, serta jaringan informasi yang terhubung ke hulu ledak—yang dapat mencakup berbagai sistem radar dan satelit—akan memungkinkan lokasi target bergerak terus diperbarui.
Kementerian Pertahanan China sebelumnya mengatakan rudal DF-26 mampu membawa hulu ledak nuklir. Senjata itu diklaim mampu menyerang sasaran yang berjarak 4.500 kilometer dan menempatkan Guam—wilayah pangkalan militer AS—di Pulau Pasifik berada dalam jangkauan.
Bates Gill, seorang profesor studi keamanan Asia Pasifik di Macquarie University, mengatakan keputusan China untuk mempublikasikan uji coba rudal DF-26 bertujuan untuk menciptakan efek jera.
"Ini semacam tembakan peringatan yang bisa Anda katakan, untuk mengingatkan orang Amerika pada khususnya bahwa China membuat kemajuan semacam ini," kata Dr Gill, seperti dikutip ABC.net.au, Selasa (29/1/2019).
Namun masih belum diketahui apakah sistem rudal itu benar-benar mampu menyerang kapal induk yang bergerak di laut atau tidak. Gill menyarankan untuk "meningkatkan skeptisisme yang adil" pada klaim semacam itu.
"Itu tidak pernah benar-benar diuji dengan cara itu, dalam kondisi semi-medan yang sebenarnya, di kapal, di laut," katanya.
"Ini benar-benar soal menabur jenis operasi keraguan ke dalam pikiran para pemimpin politik dan militer Amerika," paparnya.
(mas)