Jerman Kembali Danai UNRWA, Israel Sangat Terpukul
loading...
A
A
A
BERLIN - Israel mengalami pukulan besar terhadap upayanya membubarkan Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).
Hal itu lantaran Jerman mengumumkan akan memulihkan kerja sama dan pendanaan operasi badan tersebut di Jalur Gaza.
Keputusan Jerman ini diambil setelah tinjauan independen yang dilakukan mantan Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna menemukan Israel tidak dapat memberikan bukti apa pun untuk mendukung klaimnya bahwa staf UNRWA ikut serta dalam serangan Hamas pada 7 Oktober.
Tuduhan Israel terhadap staf UNRWA hanyalah salah satu contoh dari banyak klaim tidak berdasar yang dibuat rezim kolonial Zionis untuk melegitimasi kampanye militer mematikannya di Gaza.
Saat ini Israel telah merenggut nyawa lebih dari 34.000 warga Palestina, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Kementerian luar negeri dan pembangunan Jerman mengeluarkan pernyataan bersama yang mengonfirmasi Berlin akan segera melanjutkan kerja sama dengan UNRWA setelah publikasi tinjauan Colonna pada hari Senin.
Langkah ini mengikuti keputusan serupa yang dibuat beberapa donor besar lainnya, termasuk Australia, Kanada, Swedia dan Jepang, untuk memulihkan hubungan dengan badan PBB tersebut.
Tuduhan Israel terhadap staf UNRWA pada Januari, yang menyatakan anggota badan tersebut terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober, menyebabkan 19 negara donor memotong dana jutaan dolar untuk badan tersebut.
Namun, tidak adanya bukti yang mendukung klaim tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai validitas tuduhan Israel dan keputusan tergesa-gesa yang dibuat negara-negara donor untuk menangguhkan bantuan, bahkan ketika krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk.
Keputusan mencabut pendanaan UNRWA berdasarkan klaim Israel yang belum diverifikasi itu mendapat kecaman dunia internasional.
Hal itu terutama karena salah satu tindakan sementara yang dikeluarkan Mahkamah Internasional (ICJ) dalam kasus genosida Israel adalah akses bebas dan pengiriman bantuan ke Gaza.
Pengungkapan ini menambah daftar disinformasi yang disebarkan Israel selama enam bulan terakhir. Ini menimbulkan keraguan terhadap kredibilitas pernyataan rezim Zionis mengenai konflik di Gaza dan upaya mereka melemahkan pekerjaan UNRWA.
Klaim Israel mengenai kekejaman 7 Oktober yang dilakukan Hamas juga mendapat sorotan.
Karena tidak adanya bukti pemenggalan kepala bayi dan pemerkosaan sistematis, sudah diketahui secara luas bahwa Israel memalsukan data kekejaman itu untuk membenarkan kampanye genosidanya di Gaza.
Laporan Colonna, yang ditugaskan PBB, menemukan UNRWA secara teratur memberikan Israel daftar pegawainya untuk diperiksa.
“Pemerintah Israel belum memberi tahu UNRWA mengenai kekhawatiran apa pun terkait staf UNRWA berdasarkan daftar staf ini sejak tahun 2011,” ungkap laporan itu.
Keputusan Jerman melanjutkan pendanaan ke UNRWA merupakan perkembangan yang signifikan, karena badan tersebut sangat bergantung pada dukungan internasional untuk memberikan layanan penting kepada para pengungsi Palestina.
Inggris, yang memberikan 35 juta poundsterling (USD43 juta) kepada UNRWA pada tahun anggaran lalu, mengatakan akan menunggu publikasi laporan Colonna sebelum memutuskan melanjutkan pendanaan.
AS sebelumnya merupakan donor terbesar badan tersebut tapi Kongres menghalangi dukungan finansial itu selama setidaknya satu tahun setelah berbagai tuduhan Israel yang tak berdasar.
Hal itu lantaran Jerman mengumumkan akan memulihkan kerja sama dan pendanaan operasi badan tersebut di Jalur Gaza.
Keputusan Jerman ini diambil setelah tinjauan independen yang dilakukan mantan Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna menemukan Israel tidak dapat memberikan bukti apa pun untuk mendukung klaimnya bahwa staf UNRWA ikut serta dalam serangan Hamas pada 7 Oktober.
Tuduhan Israel terhadap staf UNRWA hanyalah salah satu contoh dari banyak klaim tidak berdasar yang dibuat rezim kolonial Zionis untuk melegitimasi kampanye militer mematikannya di Gaza.
Saat ini Israel telah merenggut nyawa lebih dari 34.000 warga Palestina, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Kementerian luar negeri dan pembangunan Jerman mengeluarkan pernyataan bersama yang mengonfirmasi Berlin akan segera melanjutkan kerja sama dengan UNRWA setelah publikasi tinjauan Colonna pada hari Senin.
Langkah ini mengikuti keputusan serupa yang dibuat beberapa donor besar lainnya, termasuk Australia, Kanada, Swedia dan Jepang, untuk memulihkan hubungan dengan badan PBB tersebut.
Tuduhan Israel terhadap staf UNRWA pada Januari, yang menyatakan anggota badan tersebut terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober, menyebabkan 19 negara donor memotong dana jutaan dolar untuk badan tersebut.
Namun, tidak adanya bukti yang mendukung klaim tersebut menimbulkan pertanyaan mengenai validitas tuduhan Israel dan keputusan tergesa-gesa yang dibuat negara-negara donor untuk menangguhkan bantuan, bahkan ketika krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk.
Keputusan mencabut pendanaan UNRWA berdasarkan klaim Israel yang belum diverifikasi itu mendapat kecaman dunia internasional.
Hal itu terutama karena salah satu tindakan sementara yang dikeluarkan Mahkamah Internasional (ICJ) dalam kasus genosida Israel adalah akses bebas dan pengiriman bantuan ke Gaza.
Pengungkapan ini menambah daftar disinformasi yang disebarkan Israel selama enam bulan terakhir. Ini menimbulkan keraguan terhadap kredibilitas pernyataan rezim Zionis mengenai konflik di Gaza dan upaya mereka melemahkan pekerjaan UNRWA.
Klaim Israel mengenai kekejaman 7 Oktober yang dilakukan Hamas juga mendapat sorotan.
Karena tidak adanya bukti pemenggalan kepala bayi dan pemerkosaan sistematis, sudah diketahui secara luas bahwa Israel memalsukan data kekejaman itu untuk membenarkan kampanye genosidanya di Gaza.
Laporan Colonna, yang ditugaskan PBB, menemukan UNRWA secara teratur memberikan Israel daftar pegawainya untuk diperiksa.
“Pemerintah Israel belum memberi tahu UNRWA mengenai kekhawatiran apa pun terkait staf UNRWA berdasarkan daftar staf ini sejak tahun 2011,” ungkap laporan itu.
Keputusan Jerman melanjutkan pendanaan ke UNRWA merupakan perkembangan yang signifikan, karena badan tersebut sangat bergantung pada dukungan internasional untuk memberikan layanan penting kepada para pengungsi Palestina.
Inggris, yang memberikan 35 juta poundsterling (USD43 juta) kepada UNRWA pada tahun anggaran lalu, mengatakan akan menunggu publikasi laporan Colonna sebelum memutuskan melanjutkan pendanaan.
AS sebelumnya merupakan donor terbesar badan tersebut tapi Kongres menghalangi dukungan finansial itu selama setidaknya satu tahun setelah berbagai tuduhan Israel yang tak berdasar.
(sya)