Pejabat Keamanan AS Anggap China Lebih Berbahaya dari Rusia

Kamis, 13 Desember 2018 - 08:01 WIB
Pejabat Keamanan AS Anggap China Lebih Berbahaya dari Rusia
Pejabat Keamanan AS Anggap China Lebih Berbahaya dari Rusia
A A A
WASHINGTON - Para pejabat tinggi keamanan Amerika Serikat (AS) mengirim sinyal peringatan baru terkait China. Mereka memperingatkan bahwa Beijing lebih berbahaya dari Moskow dan merupakan ancaman jangka panjang paling serius bagi Washington.

Para pejabat keamanan AS dari FBI, Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Departemen Kehakiman mengatakan China semakin menargetkan kerentanan sistem keamanan AS di dunia maya. Mereka juga memanfaatkan beberapa anggota diaspora untuk mencuri rahasia dan mengancam keamanan nasional AS.

"Ini adalah ancaman kontra intelijen paling parah yang dihadapi negara kita hari ini," kata asisten direktur Divisi Kontra Intelijen FBI, Bill Priestap, kepada Komite Kehakiman Senat AS.

"Kami membutuhkan tanggapan yang lebih luas," sambungnya, memperingatkan bahwa tindakan AS hingga saat ini belum memadai.

"Apa yang tergantung pada keseimbangan bukan hanya masa depan Amerika Serikat, tetapi masa depan dunia," cetusnya seperti dikutip dari VOA, Kamis (13/12/2018).

Sementara pejabat Departemen Kehakiman mengatakan bahwa antara tahun 2011 dan 2018, lebih dari 90 persen kasus spionase terhadap departemen di negara itu melibatkan China dan laju operasinya meningkat.

"Buku pedomannya sederhana: curi, tiru dan ganti," ujar Asisten Jaksa Agung John Demers kepada anggota parlemen.

"Curi kekayaan intelektual dari perusahaan Amerika, mereplikasi teknologi itu, dan menggantikan perusahaan Amerika di pasar China dan suatu hari di pasar global," jelasnya.

Ini bukanlah peringatan pertama terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh China.

Pada bulan September lalu, Direktur Intelijen Nasional AS Dan Coats memperingatkan bahwa pendekatan "metodis" Beijing, yang dikombinasikan dengan kehebatannya di dunia maya, lebih berbahaya bagi AS daripada upaya-upaya intervensi pemilu yang dilakukan Rusia.

"China mendapat manfaat dari hubungan AS dan China yang relatif stabil dan sistem internasional yang lebih dapat diprediksi dan kurang diperdebatkan," kata Coats pada saat itu.

Peringatan terbaru ini datang ketika AS terkunci dalam sengketa perdagangan dengan Beijing. Ketenganan itu semakin meningkat dengan ditahannya Chief Financial Officer Huawei Meng Wanzhou.

China telah menuntut pembebasannya. Sementara Presiden AS Donald Trump mengatakan ia akan mempertimbangkan melakukan intervensi jika itu menguntungkan keamanan nasional AS atau memungkinkan dia mendapatkan kesepakatan perdagangan dengan Beijing.

Saat ditanya apakah komentar Trump dapat merugikan upaya AS meminta pertanggungjawaban China, Demers menegaskan tidak akan ada dampak pada tindakan Departemen Kehakiman.

"Apa yang kami lakukan di Departemen Kehakiman adalah penegaka hukum. Kami tidak melakukan perdagangan," ujar Demers terkait Meng.

"Kami bukan alat perdagangan ketika kami membawa kasus," tegasnya.

Terlepas dari hasil kasus atau negosiasi perdagangan AS-China, pejabat keamanan dan intelijen AS yakin ancaman dari China akan terus tumbuh.

"Perekonomian kami dibangun di atas struktur umum sistem lintas sektoral. Bagi musuh kami, termasuk China, ini adalah jejaring besar target yang saling berhubungan," kata Chris Krebs, Direktur Keamanan SIber dan Dinas Keamanan Infrastruktur Departemen Keamanan Dalam Negeri, kepada anggota parlemen.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3718 seconds (0.1#10.140)