Arab Saudi Akui Bela Israel dari Serangan Iran
loading...
A
A
A
Yordania mungkin memiliki motivasi yang rumit untuk mendukung Israel. Seperti yang ditulis Deutsche Welle pada hari Minggu, negara tersebut berbatasan dengan Israel dan sering bekerja sama dengan otoritas Israel.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab secara terbuka menyerukan perdamaian di wilayah tersebut. Namun The Wall Street Journal, mengutip para pejabat AS, mengatakan Iran memberi informasi kepada beberapa negara Teluk tentang waktu dan sifat serangan yang direncanakannya. Mereka kemudian menyampaikan informasi tersebut kepada AS, sekutu internasional utama Israel.
“Negara-negara Arab diam-diam menyampaikan informasi intelijen tentang rencana serangan Teheran, membuka wilayah udara mereka untuk pesawat tempur, berbagi informasi pelacakan radar atau, dalam beberapa kasus, memasok pasukan mereka sendiri untuk membantu,” tulis The Wall Street Journal, mengutip sumber-sumber AS tersebut, Selasa (16/4/2024).
Hal ini dapat membahayakan upaya Saudi untuk meningkatkan hubungan dengan Iran. Pada bulan Maret, Arab Saudi dan Iran memulihkan hubungan dengan bantuan dari China, setuju untuk membuka kembali kedutaan besar di ibu kota masing-masing.
Tanggapan tersebut menunjukkan bahwa penolakan terhadap agresi Iran tetap menjadi faktor kunci yang membentuk pergeseran aliansi di kawasan, meskipun kemarahan semakin meningkat terhadap serangan Israel di Gaza.
Arab Saudi masih tertarik untuk kemungkinan menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Salah satu alasannya, menurut laporan The New York Times, adalah mereka mengharapkan adanya jaminan keamanan AS jika mereka diserang oleh Iran.
Yasmine Farouk, seorang sarjana nonresiden di Carnegie Endowment for International Peace, mengatakan kepada The New York Times bahwa banyak negara Arab iri dengan keberhasilan sistem pertahanan Iron Dome Israel, yang dibangun dengan dukungan AS.
“Apa yang dilakukan negara-negara Barat di bawah kepemimpinan AS untuk melindungi Israel kemarin adalah apa yang diinginkan Arab Saudi untuk dirinya sendiri,” kata Farouk.
Ketakutan negara-negara Arab terhadap agresi Iran adalah faktor kunci yang mendasari Abraham Accords—perjanjian untuk menormalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan beberapa negara Arab yang ditengahi oleh pemerintahan Donald Trump.
Kesepakatan yang disetujui Uni Emirat Arab dan Bahrain di kawasan Teluk ini mengesampingkan isu kenegaraan Palestina yang telah lama memecah belah Israel dan tetangganya serta menjanjikan peningkatan dukungan AS terhadap negara-negara Arab terhadap potensi serangan Iran.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab secara terbuka menyerukan perdamaian di wilayah tersebut. Namun The Wall Street Journal, mengutip para pejabat AS, mengatakan Iran memberi informasi kepada beberapa negara Teluk tentang waktu dan sifat serangan yang direncanakannya. Mereka kemudian menyampaikan informasi tersebut kepada AS, sekutu internasional utama Israel.
“Negara-negara Arab diam-diam menyampaikan informasi intelijen tentang rencana serangan Teheran, membuka wilayah udara mereka untuk pesawat tempur, berbagi informasi pelacakan radar atau, dalam beberapa kasus, memasok pasukan mereka sendiri untuk membantu,” tulis The Wall Street Journal, mengutip sumber-sumber AS tersebut, Selasa (16/4/2024).
Hal ini dapat membahayakan upaya Saudi untuk meningkatkan hubungan dengan Iran. Pada bulan Maret, Arab Saudi dan Iran memulihkan hubungan dengan bantuan dari China, setuju untuk membuka kembali kedutaan besar di ibu kota masing-masing.
Tanggapan tersebut menunjukkan bahwa penolakan terhadap agresi Iran tetap menjadi faktor kunci yang membentuk pergeseran aliansi di kawasan, meskipun kemarahan semakin meningkat terhadap serangan Israel di Gaza.
Arab Saudi masih tertarik untuk kemungkinan menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Salah satu alasannya, menurut laporan The New York Times, adalah mereka mengharapkan adanya jaminan keamanan AS jika mereka diserang oleh Iran.
Yasmine Farouk, seorang sarjana nonresiden di Carnegie Endowment for International Peace, mengatakan kepada The New York Times bahwa banyak negara Arab iri dengan keberhasilan sistem pertahanan Iron Dome Israel, yang dibangun dengan dukungan AS.
“Apa yang dilakukan negara-negara Barat di bawah kepemimpinan AS untuk melindungi Israel kemarin adalah apa yang diinginkan Arab Saudi untuk dirinya sendiri,” kata Farouk.
Ketakutan negara-negara Arab terhadap agresi Iran adalah faktor kunci yang mendasari Abraham Accords—perjanjian untuk menormalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan beberapa negara Arab yang ditengahi oleh pemerintahan Donald Trump.
Kesepakatan yang disetujui Uni Emirat Arab dan Bahrain di kawasan Teluk ini mengesampingkan isu kenegaraan Palestina yang telah lama memecah belah Israel dan tetangganya serta menjanjikan peningkatan dukungan AS terhadap negara-negara Arab terhadap potensi serangan Iran.