Ratu Elizabeth (II) Alexandra Mary Menjadi Ikon Budaya Pop

Senin, 03 Desember 2018 - 08:41 WIB
Ratu Elizabeth (II) Alexandra Mary Menjadi Ikon Budaya Pop
Ratu Elizabeth (II) Alexandra Mary Menjadi Ikon Budaya Pop
A A A
ELIZABETH Alexandra Mary atau Ratu Elizabeth II menjadi raja terlama dalam sejarah monarki modern. Dalam usia 92 tahun dan sudah duduk di takhta Kerajaan Inggris selama 66 tahun, kini Ratu tidak ragu untuk mencicipi dunia budaya pop.

Ratu Elizabeth II menjadi Ratu Inggris pada usia 25 tahun. Setelah ayahnya, Raja George VI, wafat pada 6 Februari 1952, Elizabeth sebagai anak pertamanya naik takhta menggantikan posisi sang ayah.

Dalam usia 92 tahun, Ratu Elizabeth II kini tercatat sebagai Raja Kerajaan Inggris dan Kepala Negara Persemakmuran. Dikutip Vogue, Ratu yang lahir pada 21 April 1926 ini telah memimpin Inggris menghadapi berbagai tantangan, mulai jatuhnya kekuasaan Kerajaan Inggris dan Perang Falklands, serangan para penambang pada akhir 1980-an, hingga penarikan Inggris dari Uni Eropa.

Yang menarik, dalam usia yang sudah demikian senja, Ratu lalu berevolusi menjadi ikon budaya pop di Inggris. Ini dimulai pada 2012 saat dia tidak ragu muncul bersama aktor Daniel Craig, ikon film James Bond, dalam video upacara pembukaan Olimpiade di London.

Dalam video itu, Ratu bahkan digambarkan terjun dari atas pesawat. Video tersebut menjadi viral dan hingga kini sudah ditonton lebih dari 21 juta kali di YouTube. Tahun ini Ratu juga memulai debutnya di London Fashion Week.

Dia hadir di peragaan busana musim gugur Richard Quinn dan duduk di kursi terdepan bersama ratu majalah mode Anna Wintour. Kehadirannya di sana mengejutkan sekaligus dipuji banyak orang.

Ratu pun terlihat menikmati acara itu. Di sisi lain, Ratu juga memiliki sisi keibuan yang sangat tinggi. Seperti diketahui, dia memiliki empat anak, yakni Pangeran Charles, Putri Anne, Pangeran Andrew, dan Pangeran Edward.

Dikutip Express, dalam buku Charles, Prince of Wales yang ditulis Anthony Holden, penulis mengungkapkan bahwa Ratu belajar pola pengasuhan anak-anak dari kesalahan pendahulunya. “Ratu Elizabeth II dan pasangannya prihatin sehingga belajar dari kesalahan yang dibuat Victoria,” ungkap Holden.

Buku yang diterbitkan pada 1979 ini mengungkapkan bahwa Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip bertekad membuat perbedaan signifikan dari pola yang ditetapkan leluhur mereka. Pangeran Charles diarahkan ke pendidikan yang akan berada di luar rumahnya, di suatu tempat untuk anak laki-laki seusianya, sedini mungkin.

Keduanya memiliki kesadaran bahwa monarki konstitusional kontemporer membutuhkan pendidikan yang baik dan menyeluruh daripada bentuk pelatihan khusus apa pun.

Rasa keibuan yang cukup tinggi ini sempat dilontarkan Ratu saat bertemu aktris Kate Winslet saat acara penghargaan CBE tahun 2012. Kala itu Winslet mengaku suka menjadi seorang ibu ketimbang aktris. Lalu, Ratu pun menanggapinya bahwa hal itu adalah yang paling penting dari semuanya.

Tak Suka Pakai Mahkota

Sang Ratu jarang mengungkapkan kisah pribadi tentang kehidupan kerajaannya sejak mengambil peran pada usianya yang masih muda. Namun, melalui film dokumenter BBC yang berjudul The Coronation, Ratu mengungkapkan selalu berjuang untuk mengenakan mahkota atau tiara Imperial State Crown karena bobotnya yang berat.

Ratu bergurau bahwa dia tidak dapat melihat ke bawah dan merasa lehernya akan patah ketika mahkota pertama kali disematkan di kepalanya. Mahkota tersebut memang cukup berat, yaitu mencapai 1,28 kg.

“Untungnya, ayah saya dan saya memiliki jenis kepala yang sama. Tetapi, tetap saja saat dipakai terasa berat. Saya tidak bisa melihat ke bawah untuk membaca pidato, jadi saya harus mengangkat teks pidato. Jika saya menunduk, leher saya akan patah dan mahkota itu akan jatuh,” tuturnya.

Mahkota The Imperial State Crown dibuat untuk penobatan ayahnya, George VI, pada 1937. Mahkota ini terdiri dari 2.868 berlian, ratusan mutiara, 17 safir, dan 11 zamrud. Batu permata yang disebut Black Princeís Ruby ini juga merupakan bagian dari desain, yang diyakini telah dipakai Henry V di pertempuran Battle of Agincourt pada 1415.

Dalam film dokumenter itu, Ratu juga berbicara tentang jubah upacara yang dikenakannya selama penobatannya yang juga berat. Dia ingat harus berhenti tiba-tiba karena jubah itu terlalu banyak diseret di karpet tebal di Westminster Abbey.

“Yah, saya ingat suatu saat ketika saya akan melawan tumpukan karpet dan saya tidak bisa bergerak sama sekali. Mereka tidak memikirkan itu,” ujarnya. Tidak hanya itu, kereta emas yang membawanya dari Istana Buckingham ke Westminster Abbey juga digambarkan sebagai hal yang mengerikan karena hampir semuanya terbuat dari kulit yang tidak nyaman di tubuh.

Kendati banyak kesulitan yang dialaminya, Ratu memahami bahwa ini adalah proses yang harus diterimanya. “Ini semacam kontes ksatriaan dan cara kuno dalam melakukan sesuatu. Saya pernah melihat penobatan dan pernah menjadi penerimanya, ini sangat luar biasa,” ujarnya.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4076 seconds (0.1#10.140)