Saudi dan Bahrain Masukkan Garda Revolusi Iran ke Daftar Terorisme
A
A
A
RIYADH - Arab Saudi mengatakan bahwa negara itu dan Bahrain telah memasukkan Korps Garda Revolusi Iran ke dalam daftar kelompok terorisme. Kedua negara itu juga telah memasukkan perwira senior dari Pasukan Quds ke daftar orang-orang dan organisasi yang dicurigai terlibat dalam terorisme.
Kantor berita negara Saudi, SPA, mengutip pernyataan dari dinas keamanan negara kerajaan itu yang mengatakan Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds, dan Hamed Abdollahi dan Abdul Reza Shahlai telah dimasukkan dalam daftar terorisme seperti disitir dari Reuters, Rabu (24/10/2018).
Untuk diketahui, Pasukan Quds adalah cabang Garda Revolusi yang beroperasi di luar negeri.
Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) pada tahun 2011 menduga keras Soleimani, Abdollahi dan Shahlai terkait dengan rencana untuk membunuh mantan Duta Besar Arab Saudi untuk AS, Adel al-Jubeir, dan menjatuhkan sanksi kepada mereka.
Iran pada saat itu menepis tuduhan tersebut sebagai tuduhan palsu dan menuntut permintaan maaf dari Washington.
Kantor Garda Revolusi dan Kementerian Luar Negeri Iran tidak segera bersedia untuk dimintai komentar.
Di Washington, Departemen Keuangan AS menargetkan pemberontak Taliban Afghanistan dengan sanksi terhadap delapan orang yang ditetapkan sebagai teroris global, termasuk dua orang yang terkait dengan Pasukan Quds bernama Mohammad Ebrahim Owhadi dan Esma'il Razavi.
Sanksi yang terkait dengan Taliban juga dikenakan oleh tujuh anggota Pusat Pendanaan Pembiayaan Terorisme (TFTC), prakarsa Teluk-AS untuk membendung keuangan kepada kelompok-kelompok militan.
Pusat ini didirikan pada Mei 2017 selama perjalanan Presiden AS Donald Trump ke Arab Saudi. Arab Saudi dan AS bersama-sama memimpin kelompok dan Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar serta Uni Emirat Arab menjadi anggotanya.
Pemerintah Trump bertujuan untuk menciptakan aliansi keamanan dan politik dengan negara-negara Teluk Arab untuk melawan pengaruh Iran di wilayah tersebut, terutama di Suriah dan Irak.
Trump pada Mei menarik AS dari kesepakatan nuklir dengan Iran yang mencabut sebagian besar sanksi internasional terhadap Teheran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.
Trump mengatakan, kesepakatan itu tidak membahas program rudal balistik Iran, kegiatan nuklirnya di luar 2025 atau perannya dalam konflik regional.
Arab Saudi menyambut keputusan Trump dan mengatakan akan bekerja dengan AS untuk mengatasi dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok militan di wilayah tersebut dan program rudal balistiknya yang dijalankan oleh Garda Revolusi.
Kantor berita negara Saudi, SPA, mengutip pernyataan dari dinas keamanan negara kerajaan itu yang mengatakan Qassem Soleimani, komandan Pasukan Quds, dan Hamed Abdollahi dan Abdul Reza Shahlai telah dimasukkan dalam daftar terorisme seperti disitir dari Reuters, Rabu (24/10/2018).
Untuk diketahui, Pasukan Quds adalah cabang Garda Revolusi yang beroperasi di luar negeri.
Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) pada tahun 2011 menduga keras Soleimani, Abdollahi dan Shahlai terkait dengan rencana untuk membunuh mantan Duta Besar Arab Saudi untuk AS, Adel al-Jubeir, dan menjatuhkan sanksi kepada mereka.
Iran pada saat itu menepis tuduhan tersebut sebagai tuduhan palsu dan menuntut permintaan maaf dari Washington.
Kantor Garda Revolusi dan Kementerian Luar Negeri Iran tidak segera bersedia untuk dimintai komentar.
Di Washington, Departemen Keuangan AS menargetkan pemberontak Taliban Afghanistan dengan sanksi terhadap delapan orang yang ditetapkan sebagai teroris global, termasuk dua orang yang terkait dengan Pasukan Quds bernama Mohammad Ebrahim Owhadi dan Esma'il Razavi.
Sanksi yang terkait dengan Taliban juga dikenakan oleh tujuh anggota Pusat Pendanaan Pembiayaan Terorisme (TFTC), prakarsa Teluk-AS untuk membendung keuangan kepada kelompok-kelompok militan.
Pusat ini didirikan pada Mei 2017 selama perjalanan Presiden AS Donald Trump ke Arab Saudi. Arab Saudi dan AS bersama-sama memimpin kelompok dan Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar serta Uni Emirat Arab menjadi anggotanya.
Pemerintah Trump bertujuan untuk menciptakan aliansi keamanan dan politik dengan negara-negara Teluk Arab untuk melawan pengaruh Iran di wilayah tersebut, terutama di Suriah dan Irak.
Trump pada Mei menarik AS dari kesepakatan nuklir dengan Iran yang mencabut sebagian besar sanksi internasional terhadap Teheran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya.
Trump mengatakan, kesepakatan itu tidak membahas program rudal balistik Iran, kegiatan nuklirnya di luar 2025 atau perannya dalam konflik regional.
Arab Saudi menyambut keputusan Trump dan mengatakan akan bekerja dengan AS untuk mengatasi dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok militan di wilayah tersebut dan program rudal balistiknya yang dijalankan oleh Garda Revolusi.
(ian)