RI Tegaskan Agama Bukan Sumber Ekstrimisme

Kamis, 11 Oktober 2018 - 15:15 WIB
RI Tegaskan Agama Bukan Sumber Ekstrimisme
RI Tegaskan Agama Bukan Sumber Ekstrimisme
A A A
ASTANA - Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia, A.M Fachir menuturkan, agama bukanlah sumber dari aksi kekerasan dan ekstrimisme. Justru menurut Fachir, hal itu sangat bertengangan dengan nilai-nilai agama yang ada.

Berbicara di The 6th Congress of Leaders of the World and Traditional Religions, di Istana Perdamaian, Astana, Fachir menuturkan bahwa sudah semestinya agama menjadi sumber inspirasi bagi pemimpin dunia untuk menciptakan hubungan antar manusia yang berlandaskan harmoni dan toleransi.

“Aksi-aksi kekerasan dan ekstrimisme pada hakikatnya bukan bersumber dari ajaran mulia agama. Bahkan tindakan tersebut bertentangan dengan misi utama agama.” kata Fachir.

“Pemimpin dunia memiliki tanggung jawab yang krusial untuk mengembalikan peran agama sebagai panduan mewujudkan perdamaian di dunia,” sambungnya, seperti dikutip dari siaran pers Kementerian Luar Negeri Indonesia yang diterima Sindonews pada Kamis (11/10).

Fachir mengambil contoh Indonesia, yang menurutnya meskipun bukan negara yang berlandaskan agama, Indonesia berhasil mengejawantahkan nilai-nilai adiluhur yang dikandung dalam ajaran agama.

“Dengan berbagai agama yang ada, kekayaan bahasa, serta keragaman suku bangsa, masyarakat Indonesia saling menghormati perbedaan dan hidup dalam situasi yang damai," ucapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Fachir memberikan tips yang telah dilakukan Indonesia kepada para peserta kongres. Dia menuturkan, Pemerintah Indonesia secara aktif melibatkan berbagai pihak terkait, di dalam dan luar negeri, untuk menyebarkan pesan perdamaian. Sejauh ini, lanjut Fachir, pemerintah Indonesia terus mendorong dan memfasilitasi kelompok civil society berbasis agama untuk mengadakan dialog lintas agama.

Kongres, yang berlangsung selama dua hari tersebut menghasilkan dokumen deklarasi yang berisi komitmen bersama untuk mewujudkan perdamaian dan mendorong kerja sama konkrit untuk menyebarkan nilai-nilai mulia agama.

Kongres ini merupakan inisiatif Presiden Kazakhstan, Nursultan Nazarbayev dan berlangsung pertama kali pada tahun 2003. Dalam pertemuan keenam kali ini, beberapa pemimpin negara dan pemuka agama hadir dalam kegiatan tiga tahunan tersebut, seperti Presiden Serbia, Aleksandar Vucic dan Grand Sheikh Azhar, Sheikh Ahmad Thayeb.
(esn)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4880 seconds (0.1#10.140)