Iran: Sebut Tak Bisa Bertahan 2 Minggu, Trump Permalukan Saudi

Jum'at, 05 Oktober 2018 - 06:46 WIB
Iran: Sebut Tak Bisa Bertahan 2 Minggu, Trump Permalukan Saudi
Iran: Sebut Tak Bisa Bertahan 2 Minggu, Trump Permalukan Saudi
A A A
TEHERAN - Iran menganggap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sudah mempermalukan Kerajaan Arab Saudi dengan mengatakan Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud tak bisa bertahan dalam dua minggu tanpa dukungan Washington. Teheran menyatakan siap mengulurkan tangan untuk Riyadh.

Komentar itu disampaikan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif melalui Twitter. Menurutnya, keamanan nasional sebuah negara tidak dapat dialihdayakan.

"Presiden Trump berulang kali mempermalukan orang-orang Saudi dengan mengatakan mereka tidak bisa bertahan dua minggu tanpa dukungannya. Ini adalah pembalasan atas delusi bahwa keamanan seseorang dapat dialihdayakan," tulis Zarif di akun Twitter-nya, @JZarif, Rabu (4/10/2018).

"Kami kembali mengulurkan tangan kami kepada tetangga kami; mari kita membangun 'kawasan yang kuat', dan hentikan kesombongan ini," lanjut Zarif.

Komentar Zarif muncul setelah Presiden Trump dalam rapat umum di Southaven, Mississippi, mengatakan bahwa Raja Salman dari Arab Saudi tidak akan tetap berkuasa selama dua minggu tanpa dukungan AS. Menurut Trump, kerajaan tersebut perlu membayar lebih untuk perlindungan AS.

"Kami melindungi Arab Saudi...Dan saya mencintai raja, Raja Salman. Tapi saya berkata, 'Raja, kami melindungi Anda. Anda mungkin tidak berada di sana selama dua minggu tanpa kami; Anda harus membayar untuk militer Anda'," kata Trump kepada para pendukungnya, yang diberitakan Reuters.

Presiden AS tidak merinci kapan tepatnya dia mengatakan hal itu kepada Raja Salman.

"Saya katakan, 'raja, Anda punya triliunan dolar. Tanpa kita, siapa yang tahu apa yang akan terjadi?' Bersama kami mereka benar-benar aman. Tetapi kami tidak mendapatkan apa yang seharusnya kami dapatkan," imbuh Trump.

Pernyataan Trump tentang Arab Saudi, pengekspor minyak utama dunia dan salah satu negara terkemuka OPEC, menyusul kritiknya terhadap negara-negara anggota OPEC dalam pidatonya di Majelis Umum PBB di New York pada bulan September. Presiden AS itu menyalahkan OPEC karena tingginya harga minyak.

"Kami mempertahankan banyak dari negara-negara ini untuk tidak ada apa-apanya, dan kemudian mereka mengambil keuntungan dari kami dengan memberi kami harga minyak yang tinggi. Tidak baik. Kami ingin mereka berhenti menaikkan harga; kami ingin mereka mulai menurunkan harga," kata Trump.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6255 seconds (0.1#10.140)