Pemimpin Negara NATO Keseleo Lidah, Sebut Rusia Harus Menang Perang
loading...
A
A
A
WARSAWA - Pemimpin Kanada, salah satu anggota NATO, keseleo lidah ketika mengomentari perang Rusia-Ukraina. Dia mengatakan Moskow harus memenangkan perang, tapi bergegas meralat ucapannya.
Salah ucap oleh Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau itu disampaikan dalam konferensi pers bersama PM Polandia Donald Tusk di Warsawa pada hari Senin.
Dalam komentarnya, Trudeau pada awalnya mendesak negara-negara NATO untuk meningkatkan belanja militer mereka dan mengirim lebih banyak senjata dan amunisi ke Ukraina.
“Kami tahu bahwa Rusia harus memenangkan perang ini," ujar Trudeau, yang dengan cepat menyadari bahwa dia salah ucap.
"Maaf, Ukraina harus memenangkan perang melawan Rusia,” lanjut Trudeau, seperti dikutip AP, Selasa (27/2/2024).
Dalam konferensi pers tersebut, PM Tusk menyesalkan bahwa negara-negara kaya NATO di Eropa tidak dapat membangun kapasitas pertahanan yang benar-benar melebihi kemampuan Rusia. Dia pun mendesak blok militer yang dipimpin Amerika Serikat (AS) tersebut untuk berbuat lebih banyak.
Kanada sendiri belum memenuhi anggaran belanja militer yang dimandatkan NATO, yang dipatok sebesar 2% dari PDB pada tahun lalu. Trudeau telah berjanji bahwa Ottawa akan meningkatkan upayanya.
Pemimpin Kanada tersebut juga mendesak negara-negara Barat untuk "bersandar" dan memastikan bahwa mereka tidak hanya menghadapi tantangan sehari-hari. "Namun juga membangun perdamaian, stabilitas dan kesejahteraan untuk generasi mendatang," katanya.
“Ini adalah masa di mana warga negara tidak bisa menganggap remeh demokrasi mereka,” kata Trudeau, setelah sepakat dengan Tusk mengenai bahaya para pemimpin di Eropa yang menghalangi front persatuan untuk mendukung Ukraina.
Salah ucap Trudeau dalam teori Freudian terjadi ketika beberapa media Barat mencatat memburuknya posisi Ukraina dalam konflik tersebut, menyusul kemenangan Rusia di Avdiivka.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matt Miller juga melakukan kesalahan serupa pada bulan Juli lalu, ketika dia menggambarkan konflik tersebut sebagai kegagalan strategis bagi Ukraina dalam konferensi pers—dua kali—sebelum bersikeras bahwa yang dia maksud adalah Rusia. Dia menyalahkan faktor kelelahan sebagai penyebab salah ucap.
Salah ucap oleh Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau itu disampaikan dalam konferensi pers bersama PM Polandia Donald Tusk di Warsawa pada hari Senin.
Dalam komentarnya, Trudeau pada awalnya mendesak negara-negara NATO untuk meningkatkan belanja militer mereka dan mengirim lebih banyak senjata dan amunisi ke Ukraina.
“Kami tahu bahwa Rusia harus memenangkan perang ini," ujar Trudeau, yang dengan cepat menyadari bahwa dia salah ucap.
"Maaf, Ukraina harus memenangkan perang melawan Rusia,” lanjut Trudeau, seperti dikutip AP, Selasa (27/2/2024).
Dalam konferensi pers tersebut, PM Tusk menyesalkan bahwa negara-negara kaya NATO di Eropa tidak dapat membangun kapasitas pertahanan yang benar-benar melebihi kemampuan Rusia. Dia pun mendesak blok militer yang dipimpin Amerika Serikat (AS) tersebut untuk berbuat lebih banyak.
Kanada sendiri belum memenuhi anggaran belanja militer yang dimandatkan NATO, yang dipatok sebesar 2% dari PDB pada tahun lalu. Trudeau telah berjanji bahwa Ottawa akan meningkatkan upayanya.
Pemimpin Kanada tersebut juga mendesak negara-negara Barat untuk "bersandar" dan memastikan bahwa mereka tidak hanya menghadapi tantangan sehari-hari. "Namun juga membangun perdamaian, stabilitas dan kesejahteraan untuk generasi mendatang," katanya.
“Ini adalah masa di mana warga negara tidak bisa menganggap remeh demokrasi mereka,” kata Trudeau, setelah sepakat dengan Tusk mengenai bahaya para pemimpin di Eropa yang menghalangi front persatuan untuk mendukung Ukraina.
Salah ucap Trudeau dalam teori Freudian terjadi ketika beberapa media Barat mencatat memburuknya posisi Ukraina dalam konflik tersebut, menyusul kemenangan Rusia di Avdiivka.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matt Miller juga melakukan kesalahan serupa pada bulan Juli lalu, ketika dia menggambarkan konflik tersebut sebagai kegagalan strategis bagi Ukraina dalam konferensi pers—dua kali—sebelum bersikeras bahwa yang dia maksud adalah Rusia. Dia menyalahkan faktor kelelahan sebagai penyebab salah ucap.
(mas)