Eks PM Zionis Desak 30.000 Rakyat Israel Kepung Parlemen dan Gulingkan Netanyahu
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Mantan Perdana Menteri (PM) Ehud Barak mendesak kepada 30.000 rakyat Israel untuk mengepung Knesset atau Parlemen guna menggulingkan PM Benjamin Netanyahu.
"30.000 warga harus mengepung Knesset selama tiga minggu siang dan malam,” kata Barak kepada Army Radio.
"Ketika negara tersebut 'shut down', Perdana Menteri Benjamin Netanyahu akan menyadari bahwa masa jabatannya telah berakhir dan bahwa kepercayaan kepadanya tidak ada lagi," paparnya, yang dilansir surat kabar Maariv, Senin (26/2/2024).
Sebelumnya pada bulan Februari, Barak menerbitkan sebuah artikel di surat kabar Haaretz, menyerukan pemilu dini di Israel "sebelum terlambat” mengingat pemilu akan berlangsung pada tahun 2026.
Mantan PM Zionis ini kerap mengkritik kebijakan Netanyahu, menekankan bahwa kegagalannya untuk mencapai kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas adalah “aib” bagi Israel.
Dia memperingatkan bahwa jalannya perang dapat mengancam menenggelamkan Negara Israel ke dalam "rawa" Gaza.
“IDF [Pasukan Pertahanan Israel] tidak dapat meningkatkan peluang kemenangan jika tidak ada tujuan politik yang spesifik, dan jika tidak ada tujuan yang realistis, kita akan tenggelam dalam rawa Gaza,” katanya.
“Antara Israel dan kemungkinan solusi (di Gaza) adalah Netanyahu sendiri dan para pemerasnya, Menteri (Keamanan Nasional) Itamar Ben-Gvir dan (Menteri Keuangan) Bezalel Smotrich,” kata Barak.
"Mereka mencegah Israel bergerak demi keamanannya melalui koordinasi dengan Amerika Serikat, dan menyeretnya ke dalam jurang kehancuran demi kepentingan mereka sendiri," imbuh dia.
"30.000 warga harus mengepung Knesset selama tiga minggu siang dan malam,” kata Barak kepada Army Radio.
"Ketika negara tersebut 'shut down', Perdana Menteri Benjamin Netanyahu akan menyadari bahwa masa jabatannya telah berakhir dan bahwa kepercayaan kepadanya tidak ada lagi," paparnya, yang dilansir surat kabar Maariv, Senin (26/2/2024).
Sebelumnya pada bulan Februari, Barak menerbitkan sebuah artikel di surat kabar Haaretz, menyerukan pemilu dini di Israel "sebelum terlambat” mengingat pemilu akan berlangsung pada tahun 2026.
Mantan PM Zionis ini kerap mengkritik kebijakan Netanyahu, menekankan bahwa kegagalannya untuk mencapai kesepakatan pertukaran tahanan dengan Hamas adalah “aib” bagi Israel.
Dia memperingatkan bahwa jalannya perang dapat mengancam menenggelamkan Negara Israel ke dalam "rawa" Gaza.
“IDF [Pasukan Pertahanan Israel] tidak dapat meningkatkan peluang kemenangan jika tidak ada tujuan politik yang spesifik, dan jika tidak ada tujuan yang realistis, kita akan tenggelam dalam rawa Gaza,” katanya.
“Antara Israel dan kemungkinan solusi (di Gaza) adalah Netanyahu sendiri dan para pemerasnya, Menteri (Keamanan Nasional) Itamar Ben-Gvir dan (Menteri Keuangan) Bezalel Smotrich,” kata Barak.
"Mereka mencegah Israel bergerak demi keamanannya melalui koordinasi dengan Amerika Serikat, dan menyeretnya ke dalam jurang kehancuran demi kepentingan mereka sendiri," imbuh dia.