Bagaimana Intelijen Inggris Membantu Israel dalam Perang Gaza?

Minggu, 18 Februari 2024 - 18:18 WIB
loading...
Bagaimana Intelijen...
Intelijen Inggris membantu Israel dalam perang di Gaza. Foto/Reuters
A A A
GAZA - Sejak dimulainya perang genosida Israel di Gaza pada awal Oktober, Inggris telah secara dramatis meningkatkan dukungan militer dan intelijennya terhadap rezim Israel .

Hal ini dilakukan dengan merekrut mata-mata di wilayah pendudukan Palestina, melibatkan perusahaan militer swasta, mengerahkan pesawat dan kapal pengintai, atau melakukan misi mata-mata di Gaza.

Komponen penting dari pengerahan Inggris termasuk pesawat patroli maritim P-8 Angkatan Udara Kerajaan, aset pengawasan yang tidak ditentukan, dua kapal pendukung Royal Fleet Auxiliary, tiga helikopter Merlin, dan kontingen Marinir Kerajaan, yang dimaksudkan untuk membantu agresi Israel terhadap Palestina.

Menurut Kampanye Melawan Perdagangan Senjata (CAAT), sebuah organisasi masyarakat sipil yang berbasis di Inggris, Inggris dan Jerman adalah salah satu pemasok senjata terbesar ke Tel Aviv.

Laporan CAAT mengatakan perusahaan-perusahaan Inggris memasok sekitar 15 persen komponen yang digunakan dalam F-35 yang digunakan dalam pemboman Israel di Jalur Gaza yang terkepung.

Beberapa perusahaan, seperti Elbit, kontraktor militer internasional rezim Israel, memegang izin untuk memperdagangkan peralatan militer di Inggris, kata laporan itu.

Bagaimana Intelijen Inggris Membantu Israel dalam Perang Gaza?

1. MI5 Merekrut Mata-mata di Gaza

Bagaimana Intelijen Inggris Membantu Israel dalam Perang Gaza?

Foto/Reuters

Melansir Press TV, selain bantuan militer, Inggris secara konsisten berupaya memberikan dukungan intelijen kepada rezim Israel dengan memanfaatkan agen intelijen yang ada dan merekrut agen-agen baru di wilayah pendudukan.

Dalam kasus yang terungkap baru-baru ini, agen mata-mata Inggris MI5 mencoba merekrut seorang pria Inggris di Gaza dengan menawarkan bantuan kepada keluarganya untuk melarikan diri dari kota tersebut, yang saat ini sedang dibombardir oleh rezim Israel.

Pria tersebut, yang dilaporkan menolak tawaran tersebut, mengungkapkan bahwa keluarganya telah mendaftar ke Kantor Luar Negeri, Persemakmuran dan Pembangunan (FCDO) untuk melakukan evakuasi namun mengalami penundaan yang berkepanjangan, mengalami kondisi yang mengerikan di dalam tenda di antara para pengungsi lainnya di Gaza.

“Saya telah menunggu lebih dari dua bulan hingga mereka dapat mengeluarkan saya dan keluarga saya dari perang yang gila dan berbahaya ini,” katanya, mengungkapkan rasa frustrasinya.
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1521 seconds (0.1#10.140)