Biden Dorong Netanyahu Gencatan Senjata Sementara di Gaza
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan dia telah melakukan pembicaraan panjang dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam beberapa hari terakhir di mana dia mendorong gencatan senjata sementara.
Pemerintahan Biden telah mendorong Israel melakukan jeda kemanusiaan yang memungkinkan pembebasan sandera yang masih ditahan Hamas, beberapa bulan setelah serangan pimpinan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.
“Saya telah melakukan percakapan panjang lebar dengan perdana menteri Israel selama beberapa hari terakhir, hampir satu jam setiap hari, dan saya telah menyampaikan argumen ini, dan saya sangat yakin akan hal ini, bahwa harus ada gencatan senjata sementara untuk mencapai tujuan tersebut. mengeluarkan para tahanan, untuk mengeluarkan para sandera,” ujar Biden kepada wartawan di Gedung Putih pada Jumat (16/2/2024), dilansir Reuters.
“Biden pada Kamis kembali mengatakan kepada Netanyahu bahwa dia tidak boleh melanjutkan aksi militer di Rafah tanpa rencana yang kredibel dan dapat dilaksanakan untuk melindungi warga sipil Palestina,” ungkap pernyataan Gedung Putih.
Presiden AS Joe Biden sebelumnya mengumumkan proposal dan diskusi yang sedang berlangsung untuk jeda enam pekan perang Israel di Jalur Gaza. Dia mengatakan rencana tersebut dapat mengarah pada gencatan senjata jangka panjang.
Menyusul pembicaraan antara Biden dan Raja Abdullah dari Yordania pada Senin, di mana mereka membahas berbagai masalah yang akan datang termasuk serangan darat Israel di Gaza selatan dan meningkatnya bencana kemanusiaan di kalangan warga sipil Palestina.
Biden mengklarifikasi AS bekerja sama dengan sekutunya di wilayah tersebut dalam upaya menghentikan sementara pertempuran guna memungkinkan pembebasan sandera dan peningkatan aliran bantuan kemanusiaan.
Kesepakatan tersebut dilaporkan akan dimulai dengan jeda yang berlangsung setidaknya enam pekan, menurut presiden, “yang kemudian kita dapat meluangkan waktu untuk membangun sesuatu yang lebih bertahan lama” dalam bentuk gencatan senjata jangka panjang.
Raja Abdullah menekankan perlunya gencatan senjata yang luas di Gaza, dan menegaskan, “Kita tidak bisa berdiam diri dan membiarkan hal ini terus berlanjut. Kita membutuhkan gencatan senjata yang langgeng sekarang. Perang ini harus diakhiri.”
Pembicaraan dan upaya kedua pemimpin menuju gencatan senjata terjadi ketika Israel baru-baru ini mengumumkan rencananya melancarkan serangan darat di Rafah.
Rafah adalah wilayah di Gaza selatan di mana pemerintah Israel pada awalnya memerintahkan warga Gaza untuk mengungsi ke sana guna mencari perlindungan dari pemboman rezim kolonial Zionis.
Pemerintahan Biden telah mendorong Israel melakukan jeda kemanusiaan yang memungkinkan pembebasan sandera yang masih ditahan Hamas, beberapa bulan setelah serangan pimpinan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober.
“Saya telah melakukan percakapan panjang lebar dengan perdana menteri Israel selama beberapa hari terakhir, hampir satu jam setiap hari, dan saya telah menyampaikan argumen ini, dan saya sangat yakin akan hal ini, bahwa harus ada gencatan senjata sementara untuk mencapai tujuan tersebut. mengeluarkan para tahanan, untuk mengeluarkan para sandera,” ujar Biden kepada wartawan di Gedung Putih pada Jumat (16/2/2024), dilansir Reuters.
“Biden pada Kamis kembali mengatakan kepada Netanyahu bahwa dia tidak boleh melanjutkan aksi militer di Rafah tanpa rencana yang kredibel dan dapat dilaksanakan untuk melindungi warga sipil Palestina,” ungkap pernyataan Gedung Putih.
Presiden AS Joe Biden sebelumnya mengumumkan proposal dan diskusi yang sedang berlangsung untuk jeda enam pekan perang Israel di Jalur Gaza. Dia mengatakan rencana tersebut dapat mengarah pada gencatan senjata jangka panjang.
Menyusul pembicaraan antara Biden dan Raja Abdullah dari Yordania pada Senin, di mana mereka membahas berbagai masalah yang akan datang termasuk serangan darat Israel di Gaza selatan dan meningkatnya bencana kemanusiaan di kalangan warga sipil Palestina.
Biden mengklarifikasi AS bekerja sama dengan sekutunya di wilayah tersebut dalam upaya menghentikan sementara pertempuran guna memungkinkan pembebasan sandera dan peningkatan aliran bantuan kemanusiaan.
Kesepakatan tersebut dilaporkan akan dimulai dengan jeda yang berlangsung setidaknya enam pekan, menurut presiden, “yang kemudian kita dapat meluangkan waktu untuk membangun sesuatu yang lebih bertahan lama” dalam bentuk gencatan senjata jangka panjang.
Raja Abdullah menekankan perlunya gencatan senjata yang luas di Gaza, dan menegaskan, “Kita tidak bisa berdiam diri dan membiarkan hal ini terus berlanjut. Kita membutuhkan gencatan senjata yang langgeng sekarang. Perang ini harus diakhiri.”
Pembicaraan dan upaya kedua pemimpin menuju gencatan senjata terjadi ketika Israel baru-baru ini mengumumkan rencananya melancarkan serangan darat di Rafah.
Rafah adalah wilayah di Gaza selatan di mana pemerintah Israel pada awalnya memerintahkan warga Gaza untuk mengungsi ke sana guna mencari perlindungan dari pemboman rezim kolonial Zionis.
(sya)