ICJ: Situasi di Sekitar Rafah Tidak Butuh Tindakan Tambahan Terhadap Israel
loading...
A
A
A
DEN HAAG - Mahkamah Internasional (ICJ) memutuskan pada Jumat (16/2/2024) bahwa situasi di sekitar Rafah tidak memerlukan tindakan tambahan apa pun terhadap Israel seperti yang diminta Afrika Selatan.
Pada 13 Februari, pemerintah Afrika Selatan mengatakan mereka telah mengajukan "permintaan mendesak" kepada ICJ mengenai keputusan Israel memperluas operasinya di Jalur Gaza hingga ke kota Rafah di selatan.
“Pengadilan mencatat perkembangan terkini di Jalur Gaza, dan di Rafah... menuntut implementasi segera dan efektif dari tindakan sementara yang ditunjukkan Pengadilan dalam Perintahnya tanggal 26 Januari 2024, yang berlaku di seluruh Jalur Gaza, termasuk di Rafah, dan tidak memerlukan indikasi tindakan sementara tambahan,” ungkap ICJ.
Sementara itu, Mesir mulai membangun tembok misterius di dekat Gaza untuk mengantisipasi gelombang pengungsi yang mengalir akibat serangan darat Israel di Rafah.
Associated Press, New York Times dan media lainnya melaporkan tentang pekerjaan konstruksi pada Jumat (16/2/2024), mengutip foto-foto satelit yang menunjukkan tanah sedang dibersihkan dan tembok dipasang.
Para pejabat Mesir menolak membahas tujuan proyek tersebut, namun laporan tersebut menyatakan proyek tersebut bisa menjadi “zona penyangga yang dibentengi” untuk mengakomodasi warga Gaza yang melarikan diri dari operasi militer besar Israel yang direncanakan di kota perbatasan Palestina, Rafah.
Pekerjaan konstruksi dimulai awal bulan ini, ketika Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memulai persiapan untuk serangan darat di Rafah.
Rafah merupakan tempat perlindungan terakhir di Gaza bagi warga sipil yang melarikan diri dari genosida rezim kolonial Zionis.
Diperkirakan 1,4 juta warga Gaza mencari perlindungan di Rafah sejak perang dimulai pada Oktober. IDF telah meratakan sebagian besar daerah kantong yang terkepung saat mereka menewaskan hampir 29.000 orang Palestina, menurut perkiraan otoritas kesehatan setempat.
Pada 13 Februari, pemerintah Afrika Selatan mengatakan mereka telah mengajukan "permintaan mendesak" kepada ICJ mengenai keputusan Israel memperluas operasinya di Jalur Gaza hingga ke kota Rafah di selatan.
“Pengadilan mencatat perkembangan terkini di Jalur Gaza, dan di Rafah... menuntut implementasi segera dan efektif dari tindakan sementara yang ditunjukkan Pengadilan dalam Perintahnya tanggal 26 Januari 2024, yang berlaku di seluruh Jalur Gaza, termasuk di Rafah, dan tidak memerlukan indikasi tindakan sementara tambahan,” ungkap ICJ.
Sementara itu, Mesir mulai membangun tembok misterius di dekat Gaza untuk mengantisipasi gelombang pengungsi yang mengalir akibat serangan darat Israel di Rafah.
Associated Press, New York Times dan media lainnya melaporkan tentang pekerjaan konstruksi pada Jumat (16/2/2024), mengutip foto-foto satelit yang menunjukkan tanah sedang dibersihkan dan tembok dipasang.
Para pejabat Mesir menolak membahas tujuan proyek tersebut, namun laporan tersebut menyatakan proyek tersebut bisa menjadi “zona penyangga yang dibentengi” untuk mengakomodasi warga Gaza yang melarikan diri dari operasi militer besar Israel yang direncanakan di kota perbatasan Palestina, Rafah.
Pekerjaan konstruksi dimulai awal bulan ini, ketika Pasukan Pertahanan Israel (IDF) memulai persiapan untuk serangan darat di Rafah.
Rafah merupakan tempat perlindungan terakhir di Gaza bagi warga sipil yang melarikan diri dari genosida rezim kolonial Zionis.
Diperkirakan 1,4 juta warga Gaza mencari perlindungan di Rafah sejak perang dimulai pada Oktober. IDF telah meratakan sebagian besar daerah kantong yang terkepung saat mereka menewaskan hampir 29.000 orang Palestina, menurut perkiraan otoritas kesehatan setempat.
(sya)