Serangan Israel Menggila di Rafah, Upaya Gencatan Senjata Berlanjut
loading...
A
A
A
Serangan itu menewaskan 11 orang dalam serangan terhadap dua rumah. Tank-tank juga menembaki beberapa daerah di Rafah timur, meningkatkan ketakutan warga akan serangan darat yang akan terjadi.
Para pelayat menangisi jenazah warga yang tewas dalam serangan udara yang melanda lingkungan Tel Al-Sultan.
Mayat-mayat itu dibaringkan dalam kain kafan putih. Seorang lelaki membawa jenazah anak kecil di dalam kantung mayat berwarna hitam.
“Tiba-tiba dalam sekejap, roket menimpa anak-anak, wanita, dan pria lanjut usia. Untuk apa? Mengapa? Karena gencatan senjata yang akan datang? Biasanya hal ini terjadi sebelum gencatan senjata,” ujar warga, Mohammed Abu Habib.
Emad (55), ayah dari enam anak yang mengungsi di Rafah setelah meninggalkan rumahnya di tempat lain, mengatakan ketakutan terbesarnya adalah serangan darat yang tidak punya tempat untuk melarikan diri.
“Kami membelakangi pagar (perbatasan) dan menghadap ke Mediterania. Kemana kita harus pergi?" tanya dia.
Badan-badan bantuan telah memperingatkan bencana kemanusiaan jika Israel menindaklanjuti ancamannya untuk memasuki Rafah.
Rafah menjadi salah satu wilayah terakhir di Jalur Gaza yang belum dimasuki pasukan Israel.
“Kami tinggal di tempat yang diperuntukkan bagi hewan,” ungkap Umm Mahdi Hanoon, sambil berdiri di antara kandang kandang ayam tempat keluarganya kini tinggal bersama empat keluarga lainnya.
“Bayangkan seorang anak tidur di kandang ayam… terkadang kita berharap pagi tidak datang,” tutur dia.
Para pelayat menangisi jenazah warga yang tewas dalam serangan udara yang melanda lingkungan Tel Al-Sultan.
Mayat-mayat itu dibaringkan dalam kain kafan putih. Seorang lelaki membawa jenazah anak kecil di dalam kantung mayat berwarna hitam.
“Tiba-tiba dalam sekejap, roket menimpa anak-anak, wanita, dan pria lanjut usia. Untuk apa? Mengapa? Karena gencatan senjata yang akan datang? Biasanya hal ini terjadi sebelum gencatan senjata,” ujar warga, Mohammed Abu Habib.
Emad (55), ayah dari enam anak yang mengungsi di Rafah setelah meninggalkan rumahnya di tempat lain, mengatakan ketakutan terbesarnya adalah serangan darat yang tidak punya tempat untuk melarikan diri.
“Kami membelakangi pagar (perbatasan) dan menghadap ke Mediterania. Kemana kita harus pergi?" tanya dia.
Badan-badan bantuan telah memperingatkan bencana kemanusiaan jika Israel menindaklanjuti ancamannya untuk memasuki Rafah.
Rafah menjadi salah satu wilayah terakhir di Jalur Gaza yang belum dimasuki pasukan Israel.
“Kami tinggal di tempat yang diperuntukkan bagi hewan,” ungkap Umm Mahdi Hanoon, sambil berdiri di antara kandang kandang ayam tempat keluarganya kini tinggal bersama empat keluarga lainnya.
“Bayangkan seorang anak tidur di kandang ayam… terkadang kita berharap pagi tidak datang,” tutur dia.