Pasukan Israel Bunuh Satu Warga Palestina dan Lukai 170
A
A
A
GAZA - Para pekerja medis mengatakan pasukan Israel membunuh satu warga Palestina dan melukai sedikitnya 170 pengunjuk rasa di Jalur Gaza. Dengan begitu sudah 44 warga Palestina tewas selama enam minggu protes di perbatasan Gaza-Israel.
"Pria yang tewas itu melakukan protes di timur Khan Younis di Gaza selatan," kata petugas medis, yang mengatakan bahwa tujuh orang lainnya mengalami luka parah, termasuk seorang pemuda berusia 16 tahun yang ditembak di wajahnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (12/5/2018).
Para saksi mengatakan tentara Israel menggunakan pesawat tanpa awak menjatuhkan layang-layang terbakar yang diterbangkan oleh para pengunjuk rasa di atas perbatasan. Para pengunjuk rasa melakukan hal itu untuk membakar semak belukar dan mengalihkan perhatian penembak jitu
Sebuah laporan oleh badan amal Save the Children, yang diterbitkan pada hari Jumat, mengatakan bahwa sedikitnya 250 anak-anak Gaza telah ditembak dengan peluru tajam selama protes, di antara hampir 700 anak-anak yang terluka secara keseluruhan. Analisis ini didasarkan pada data yang dikumpulkan oleh Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.
Israel dikritik oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia karena reaksinya yang mematikan terhadap aksi protes itu. Militer Israel mengatakan pasukannya mempertahankan perbatasan dan menembak sesuai dengan aturan.
"Pengunjuk rasa melakukan aksi kekerasan, membakar ban dan melemparkan batu," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.
"Militer Israel tidak akan membiarkan kerusakan pada infrastruktur keamanan atau pagar keamanan dan akan terus berdiri dengan misinya untuk membela dan menjamin keamanan warga Israel dan kedaulatan Israel, sebagaimana diperlukan," sambung pernyataan itu.
Jalur Gaza, rumah bagi 2 juta orang, dijalankan oleh kelompok Islam Hamas yang telah berperang tiga kali melawan Israel dalam satu dekade terakhir. Israel dan Mesir mempertahankan blokade ekonomi dari jalur itu, yang memiliki tingkat pengangguran tertinggi di dunia dan telah menjadi jauh lebih miskin daripada wilayah utama Palestina lainnya, Tepi Barat yang diduduki Israel.
Pada Kamis di Gaza, pemimpin Hamas Yehya Al-Sinwar menggambarkan protes itu sebagai aksi damai.
"Kami berharap insiden ini akan berlalu tanpa sejumlah besar martir dan terluka, dan pasukan pendudukan harus menahan diri," katanya.
Penyelenggara protes, yang disebut "Kembali ke Tanah Kelahiran," mengatakan mereka mengharapkan puluhan ribu warga Gaza akan berada di tenda-tenda perbatasan di beberapa hari mendatang.
Aksi protes akan terjadi setiap hari Jumat dan puncaknya pada tanggal 15 Mei, di mana Palestina menyebutnya sebagai hari "Nakba" atau "Bencana", menandai perpindahan ratusan ribu orang Palestina dalam konflik yang mengelilingi penciptaan Israel pada tahun 1948.
"Pria yang tewas itu melakukan protes di timur Khan Younis di Gaza selatan," kata petugas medis, yang mengatakan bahwa tujuh orang lainnya mengalami luka parah, termasuk seorang pemuda berusia 16 tahun yang ditembak di wajahnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (12/5/2018).
Para saksi mengatakan tentara Israel menggunakan pesawat tanpa awak menjatuhkan layang-layang terbakar yang diterbangkan oleh para pengunjuk rasa di atas perbatasan. Para pengunjuk rasa melakukan hal itu untuk membakar semak belukar dan mengalihkan perhatian penembak jitu
Sebuah laporan oleh badan amal Save the Children, yang diterbitkan pada hari Jumat, mengatakan bahwa sedikitnya 250 anak-anak Gaza telah ditembak dengan peluru tajam selama protes, di antara hampir 700 anak-anak yang terluka secara keseluruhan. Analisis ini didasarkan pada data yang dikumpulkan oleh Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.
Israel dikritik oleh kelompok-kelompok hak asasi manusia karena reaksinya yang mematikan terhadap aksi protes itu. Militer Israel mengatakan pasukannya mempertahankan perbatasan dan menembak sesuai dengan aturan.
"Pengunjuk rasa melakukan aksi kekerasan, membakar ban dan melemparkan batu," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.
"Militer Israel tidak akan membiarkan kerusakan pada infrastruktur keamanan atau pagar keamanan dan akan terus berdiri dengan misinya untuk membela dan menjamin keamanan warga Israel dan kedaulatan Israel, sebagaimana diperlukan," sambung pernyataan itu.
Jalur Gaza, rumah bagi 2 juta orang, dijalankan oleh kelompok Islam Hamas yang telah berperang tiga kali melawan Israel dalam satu dekade terakhir. Israel dan Mesir mempertahankan blokade ekonomi dari jalur itu, yang memiliki tingkat pengangguran tertinggi di dunia dan telah menjadi jauh lebih miskin daripada wilayah utama Palestina lainnya, Tepi Barat yang diduduki Israel.
Pada Kamis di Gaza, pemimpin Hamas Yehya Al-Sinwar menggambarkan protes itu sebagai aksi damai.
"Kami berharap insiden ini akan berlalu tanpa sejumlah besar martir dan terluka, dan pasukan pendudukan harus menahan diri," katanya.
Penyelenggara protes, yang disebut "Kembali ke Tanah Kelahiran," mengatakan mereka mengharapkan puluhan ribu warga Gaza akan berada di tenda-tenda perbatasan di beberapa hari mendatang.
Aksi protes akan terjadi setiap hari Jumat dan puncaknya pada tanggal 15 Mei, di mana Palestina menyebutnya sebagai hari "Nakba" atau "Bencana", menandai perpindahan ratusan ribu orang Palestina dalam konflik yang mengelilingi penciptaan Israel pada tahun 1948.
(ian)