Turki Kecam Upaya Politisi Prancis Ubah Al-Quran
A
A
A
ANKARA - Presiden Turki, Tayyip Erdogam melemparkan kecaman keras atas upaya politisi dan tokoh masyarakat Prancis untuk mengubah isi dari Al-Quran. Sekitar 300 tokoh Prancis menandatangi sebuah petisi yang menyerukan penghapusan sejumlah ayat Al-Quran.
Berbicara dalam pertemuan kelompok parlemen Partai Keadilan dan Pembangunan (AK Party), Erdogan mengatakan 300 penulis dan politisi Prancis yang menandatangani petisi tersebut jelas tidak tahu apa-apa tentang Al-Quran.
"Saya ingin tahu apakah mereka pernah membaca kitab suci mereka sendiri Alkitab, atau Taurat, atau Zabur. Jika mereka membacanya, kurasa mereka ingin kitab-kitab itu dilarang. Tapi mereka tidak memiliki masalah seperti itu," ucap Erdogan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Selasa (8/5).
"Turki telah beberapa kali memperingatkan negara-negara Barat tentang pendekatan anti-agama, xenofobia dan fasisme. Bahkan, jika Anda menyerang kitab suci kami, kami tidak akan melakukan hal yang sama. Kami tidak akan membungkuk kepada Anda dan menyerang nilai-nilai suci Anda," sambungnya.
Pada 21 April, 300 tokoh terkemuka Prancis, termasuk mantan Presiden Nicolas Sarkozy dan mantan Perdana Menteri Manuel Valls, menandatangani sebuah manifesto terbuka yang menuntut beberapa bagian dari Al-Qur'an, yang mereka klaim mengandung referensi kekerasan dan anti-Semit, dihapus.
(esn)Berbicara dalam pertemuan kelompok parlemen Partai Keadilan dan Pembangunan (AK Party), Erdogan mengatakan 300 penulis dan politisi Prancis yang menandatangani petisi tersebut jelas tidak tahu apa-apa tentang Al-Quran.
"Saya ingin tahu apakah mereka pernah membaca kitab suci mereka sendiri Alkitab, atau Taurat, atau Zabur. Jika mereka membacanya, kurasa mereka ingin kitab-kitab itu dilarang. Tapi mereka tidak memiliki masalah seperti itu," ucap Erdogan, seperti dilansir Anadolu Agency pada Selasa (8/5).
"Turki telah beberapa kali memperingatkan negara-negara Barat tentang pendekatan anti-agama, xenofobia dan fasisme. Bahkan, jika Anda menyerang kitab suci kami, kami tidak akan melakukan hal yang sama. Kami tidak akan membungkuk kepada Anda dan menyerang nilai-nilai suci Anda," sambungnya.
Pada 21 April, 300 tokoh terkemuka Prancis, termasuk mantan Presiden Nicolas Sarkozy dan mantan Perdana Menteri Manuel Valls, menandatangani sebuah manifesto terbuka yang menuntut beberapa bagian dari Al-Qur'an, yang mereka klaim mengandung referensi kekerasan dan anti-Semit, dihapus.