Amerika Uji Terbang Bom Gravitasi Nuklir B61-12
A
A
A
WASHINGTON - Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) telah melakukan beberapa kali uji coba penerbangan dari bom gravitasi nuklir yang dipandu, B61-12. Uji coba itu bertujuan untuk membuat senjata tersebut menjadi tiga kali lebih akurat dari pendahulunya.
Wakil Kepala Staf untuk Pencegahan Strategis dan Integrasi Nuklir Angkatan Udara AS, Letnan Jenderal Jack Weinstein mengakui puluhan uji coba senjata tersebut.
"Kami sudah melakukan 26 tes teknik, pengembangan dan penerbangan," kata Weinstein. "Programnya berjalan sangat baik," ujarnya.
Program modifikasi B61-12, yang telah bekerja selama setidaknya tujuh tahun, dijadwalkan untuk dibawa oleh pesawat B-2 Spirit, serta pesawat B-21 Long Range Strategic Bomber yang akan datang, yang dikenal sebagai Raider.
Weinstein tidak mengatakan platform mana yang telah melakukan pengujian terbaru, tetapi kantor program gabungan F-35 Lightning II telah bekerja untuk mengintegrasikan modifikasi terbaru ke dalam berbagai persenjataannya. Integrasi itu dijadwalkan akan dilakukan sekitar tahun 2020-an.
Dokumen Nuclear Posture Review (NPR) Pentagon baru-baru ini tidak hanya menyerukan peningkatan kemampuan senjata nuklir tetapi juga menekankan kebutuhan penting untuk memodernisasi senjata saat ini, seperti rudal jelajah dan rudal balistik antarbenua, sebagai bagian dari triad nuklir.
Triad ini terdiri dari rudal balistik antarbenua (ICBM), pembom strategis, dan rudal balistik kapal selam (SLBM).
"Ketika saya mengatakan 'pesawat berkemampuan ganda,' saya harus benar-benar spesifik," katanya. "Pesawat berkemampuan ganda disebut B-52 dan B-2, itu konvensional dan nuklir. Itu juga berarti F-16 dan Strike Eagle, dan pesawat lain yang terbang dari NATO," ujarnya seperti dikutip Military, Kamis (3/5/2018).
Jet tempur generasi kelima F-35 telah dirancang dengan persyaratan untuk membawa muatan senjata nuklir. Pada 2015, F-35 terbang dengan B61-12 untuk mengukur getarannya.
Wakil Kepala Staf untuk Pencegahan Strategis dan Integrasi Nuklir Angkatan Udara AS, Letnan Jenderal Jack Weinstein mengakui puluhan uji coba senjata tersebut.
"Kami sudah melakukan 26 tes teknik, pengembangan dan penerbangan," kata Weinstein. "Programnya berjalan sangat baik," ujarnya.
Program modifikasi B61-12, yang telah bekerja selama setidaknya tujuh tahun, dijadwalkan untuk dibawa oleh pesawat B-2 Spirit, serta pesawat B-21 Long Range Strategic Bomber yang akan datang, yang dikenal sebagai Raider.
Weinstein tidak mengatakan platform mana yang telah melakukan pengujian terbaru, tetapi kantor program gabungan F-35 Lightning II telah bekerja untuk mengintegrasikan modifikasi terbaru ke dalam berbagai persenjataannya. Integrasi itu dijadwalkan akan dilakukan sekitar tahun 2020-an.
Dokumen Nuclear Posture Review (NPR) Pentagon baru-baru ini tidak hanya menyerukan peningkatan kemampuan senjata nuklir tetapi juga menekankan kebutuhan penting untuk memodernisasi senjata saat ini, seperti rudal jelajah dan rudal balistik antarbenua, sebagai bagian dari triad nuklir.
Triad ini terdiri dari rudal balistik antarbenua (ICBM), pembom strategis, dan rudal balistik kapal selam (SLBM).
"Ketika saya mengatakan 'pesawat berkemampuan ganda,' saya harus benar-benar spesifik," katanya. "Pesawat berkemampuan ganda disebut B-52 dan B-2, itu konvensional dan nuklir. Itu juga berarti F-16 dan Strike Eagle, dan pesawat lain yang terbang dari NATO," ujarnya seperti dikutip Military, Kamis (3/5/2018).
Jet tempur generasi kelima F-35 telah dirancang dengan persyaratan untuk membawa muatan senjata nuklir. Pada 2015, F-35 terbang dengan B61-12 untuk mengukur getarannya.
(mas)