Tentara Israel di Perbatasan Lebanon Gali Parit, Bersiap Perang Lebih Besar
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Bagi pasukan Israel di perbatasan utara dengan Lebanon, strategi pemerintah untuk menghindari perang skala penuh dengan pejuang Hizbullah yang hanya berjarak beberapa ratus meter diwujudkan dalam buku manual pelatihan berusia 68 tahun.
Buku “The Rifle Department”, pertama kali diterbitkan pada tahun 1956 dan segera dicetak ulang setelah mobilisasi massal setelah serangan terhadap Israel selatan oleh kelompok bersenjata Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023.
“Buku itu mengajarkan teknik lama pertahanan statis kepada para tentara,” ungkap Letkol Dotan Razili, komandan brigade garis depan di perbatasan utara.
“IDF biasanya merupakan kekuatan penyerang. Kami mengambil inisiatif,” ujar dia kepada wartawan di Hanita, salah satu dari serangkaian kibbutzim di sepanjang perbatasan utara yang dievakuasi beberapa hari setelah serangan 7 Oktober dan sekarang kosong.
“Kami harus mengajari unit bagaimana memulai bertahan,” ungkap dia sambil memegang salinan manual yang sudah usang di tangannya.
Buku merupakan salah satu panduan pelatihan tentara Israel yang pertama. Buku itu mengajarkan tentara dan perwira junior yang lebih terbiasa dengan peperangan modern berteknologi tinggi, teknik infanteri klasik seperti cara menggali lubang perlindungan yang dapat digunakan selama berminggu-minggu.
“Kami menjadi lebih baik dalam hal ini, karena kami berlatih dan menggerakkan pasukan kami dan kami membangun pos-pos dan kami lebih siap,” ujar Razili.
Sementara pasukan Israel telah terlibat dalam pertempuran sengit di Jalur Gaza bagian selatan, pasukan di utara telah terlibat dalam konfrontasi lintas batas dengan intensitas yang lebih rendah dengan para pejuang Hizbullah di mana masing-masing pihak saling menembak tanpa pernah beralih ke perang skala penuh.
Kedua belah pihak terakhir kali berperang besar pada tahun 2006 namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant telah berulang kali mengatakan mereka tidak ingin berperang dengan Hizbullah.
Buku “The Rifle Department”, pertama kali diterbitkan pada tahun 1956 dan segera dicetak ulang setelah mobilisasi massal setelah serangan terhadap Israel selatan oleh kelompok bersenjata Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023.
“Buku itu mengajarkan teknik lama pertahanan statis kepada para tentara,” ungkap Letkol Dotan Razili, komandan brigade garis depan di perbatasan utara.
“IDF biasanya merupakan kekuatan penyerang. Kami mengambil inisiatif,” ujar dia kepada wartawan di Hanita, salah satu dari serangkaian kibbutzim di sepanjang perbatasan utara yang dievakuasi beberapa hari setelah serangan 7 Oktober dan sekarang kosong.
“Kami harus mengajari unit bagaimana memulai bertahan,” ungkap dia sambil memegang salinan manual yang sudah usang di tangannya.
Buku merupakan salah satu panduan pelatihan tentara Israel yang pertama. Buku itu mengajarkan tentara dan perwira junior yang lebih terbiasa dengan peperangan modern berteknologi tinggi, teknik infanteri klasik seperti cara menggali lubang perlindungan yang dapat digunakan selama berminggu-minggu.
“Kami menjadi lebih baik dalam hal ini, karena kami berlatih dan menggerakkan pasukan kami dan kami membangun pos-pos dan kami lebih siap,” ujar Razili.
Sementara pasukan Israel telah terlibat dalam pertempuran sengit di Jalur Gaza bagian selatan, pasukan di utara telah terlibat dalam konfrontasi lintas batas dengan intensitas yang lebih rendah dengan para pejuang Hizbullah di mana masing-masing pihak saling menembak tanpa pernah beralih ke perang skala penuh.
Kedua belah pihak terakhir kali berperang besar pada tahun 2006 namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant telah berulang kali mengatakan mereka tidak ingin berperang dengan Hizbullah.