Jihad Islam: Perang Tanpa Batas Waktu di Gaza Tidak Akan Melemahkan Perlawanan
loading...
A
A
A
GAZA - Gerakan perlawanan Palestina Jihad Islam mengatakan rezim Israel tidak akan pernah bisa mewujudkan tujuannya untuk melenyapkan kelompok perlawanan dari Jalur Gaza. Meskipun Israel sudah menyatakan akan memperpanjang perang di Gaza.
“Tujuan yang dinyatakan musuh untuk memusnahkan perlawanan tidak akan tercapai, bahkan jika perang berlanjut tanpa batas waktu,” kata Abu Hamza, juru bicara Brigade al-Quds, sayap bersenjata Jihad Islam, dilansir Press TV.
Rezim memulai perang pada 7 Oktober setelah operasi yang dilakukan oleh kelompok perlawanan Gaza terhadap wilayah pendudukan, yang disebut Operasi Badai al-Aqsa.
Sekitar 23.210 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas dalam serangan brutal militer sejauh ini.
Defense for Children International (DCI) menetapkan tahun 2023 sebagai tahun genosida terhadap anak-anak Palestina.
Selain berusaha menghilangkan gerakan perlawanan di Gaza, rezim tersebut juga berupaya melakukan pemindahan paksa terhadap 2,3 juta penduduk di wilayah tersebut ke negara-negara tetangga.
Namun Abu Hamzah menegaskan, "Rakyat Palestina dan perlawanan mereka lebih kuat dan lebih besar daripada upaya likuidasi yang putus asa."
Juru bicara tersebut mengatakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang atas perintahnya melancarkan perang, “menjual ilusi dan khayalan belaka” kepada para pemukim Israel dengan menjanjikan mereka “segera kembali” ke Gaza, tempat militer Israel menarik diri pada tahun 2005.
“...pada akhirnya, Netanyahu tidak punya pilihan selain tunduk pada apa yang ditentukan oleh medan perang dan, dengan enggan dan patuh, menerima kekalahan bersejarahnya...,” kata Abu Hamzah.
“Tujuan yang dinyatakan musuh untuk memusnahkan perlawanan tidak akan tercapai, bahkan jika perang berlanjut tanpa batas waktu,” kata Abu Hamza, juru bicara Brigade al-Quds, sayap bersenjata Jihad Islam, dilansir Press TV.
Rezim memulai perang pada 7 Oktober setelah operasi yang dilakukan oleh kelompok perlawanan Gaza terhadap wilayah pendudukan, yang disebut Operasi Badai al-Aqsa.
Sekitar 23.210 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas dalam serangan brutal militer sejauh ini.
Defense for Children International (DCI) menetapkan tahun 2023 sebagai tahun genosida terhadap anak-anak Palestina.
Selain berusaha menghilangkan gerakan perlawanan di Gaza, rezim tersebut juga berupaya melakukan pemindahan paksa terhadap 2,3 juta penduduk di wilayah tersebut ke negara-negara tetangga.
Namun Abu Hamzah menegaskan, "Rakyat Palestina dan perlawanan mereka lebih kuat dan lebih besar daripada upaya likuidasi yang putus asa."
Juru bicara tersebut mengatakan bahwa Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang atas perintahnya melancarkan perang, “menjual ilusi dan khayalan belaka” kepada para pemukim Israel dengan menjanjikan mereka “segera kembali” ke Gaza, tempat militer Israel menarik diri pada tahun 2005.
“...pada akhirnya, Netanyahu tidak punya pilihan selain tunduk pada apa yang ditentukan oleh medan perang dan, dengan enggan dan patuh, menerima kekalahan bersejarahnya...,” kata Abu Hamzah.