Perang 3 Bulan Melawan Hamas, Israel Tekor Rp914 Triliun
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Perang tiga bulan Israel melawan Hamas telah merugikan perekonomian nasionalnya sekitar 217 miliar shekel (lebih dari Rp914 triliun). Angka kerugian ini dipaparkan media setempat, Yedioth Ahronoth, pada hari Minggu (7/1/2024).
“Setelah menghitung setiap aspek perang sejauh ini, biaya yang harus ditanggung mencapai sekitar USD59 miliar. Ini termasuk anggaran perang itu sendiri serta berbagai bentuk bantuan keuangan untuk setiap warga sipil yang pendapatannya berkurang karena konflik,” tulis surat kabar tersebut dalam laporannya.
Laporan tersebut mengatakan bahwa angka itu telah menjadikan Operasi Pedang Besi sebagai kampanye militer paling ekspansif dalam sejarah negara Israel.
Saat ini, gaji Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menghabiskan anggaran Israel sekitar 600 juta shekel (Rp2 triliun) per hari, dengan setiap pasukan cadangan yang direkrut hingga akhir tahun 2024 dijanjikan 300 shekel per hari.
Biaya kompensasi bagi dunia usaha diperkirakan mencapai puluhan miliar shekel. Namun, biaya-biaya tersebut tidak meningkat karena operasi bisnis telah kembali beroperasi penuh di sebagian besar negara.
Kerusakan properti di komunitas Israel di dekat perbatasan Gaza diperkirakan sekitar 15-20 miliar shekel.
Sementara itu, jumlah dana tersebut meningkat di komunitas Israel utara yang terjebak di tengah permusuhan dengan Hizbullah Lebanon, namun diyakini jumlahnya mencapai 5-7 miliar shekel.
Miliaran shekel juga ditujukan kepada 125.000 pengungsi Israel yang harus meninggalkan rumah mereka di Israel utara dan selatan dan mungkin tidak dapat kembali dalam beberapa bulan mendatang.
Saat ini, setiap orang dewasa yang menginap di hotel dilaporkan menerima 6.000 shekel per bulan, dan setiap anak menerima 3.000 shekel.
Seluruh pengeluaran tersebut diperkirakan berdampak pada pemotongan anggaran di daerah lain serta kenaikan pajak yang diikuti dengan penurunan taraf hidup nasional.
Laporan surat kabar Israel itu menambahkan bahwa sebagian besar tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah Israel dalam perang di Gaza belum tercapai, dengan alasan kegagalan untuk membubarkan Hamas dan pembebasan sandera yang ditahan oleh kelompok perlawanan Palestina tersebut.
“Tujuan lain yang masih sulit dicapai adalah pembunuhan komandan paling senior Hamas,” lanjut laporan itu.
"Pasukan terbukti lebih mahir dalam mengenali dan membongkar perangkap bahan peledak serta kemampuan manuver yang lebih efisien untuk menghindari penyergapan dan mengevakuasi korban cedera.
“Setelah menghitung setiap aspek perang sejauh ini, biaya yang harus ditanggung mencapai sekitar USD59 miliar. Ini termasuk anggaran perang itu sendiri serta berbagai bentuk bantuan keuangan untuk setiap warga sipil yang pendapatannya berkurang karena konflik,” tulis surat kabar tersebut dalam laporannya.
Laporan tersebut mengatakan bahwa angka itu telah menjadikan Operasi Pedang Besi sebagai kampanye militer paling ekspansif dalam sejarah negara Israel.
Baca Juga
Saat ini, gaji Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menghabiskan anggaran Israel sekitar 600 juta shekel (Rp2 triliun) per hari, dengan setiap pasukan cadangan yang direkrut hingga akhir tahun 2024 dijanjikan 300 shekel per hari.
Biaya kompensasi bagi dunia usaha diperkirakan mencapai puluhan miliar shekel. Namun, biaya-biaya tersebut tidak meningkat karena operasi bisnis telah kembali beroperasi penuh di sebagian besar negara.
Kerusakan properti di komunitas Israel di dekat perbatasan Gaza diperkirakan sekitar 15-20 miliar shekel.
Sementara itu, jumlah dana tersebut meningkat di komunitas Israel utara yang terjebak di tengah permusuhan dengan Hizbullah Lebanon, namun diyakini jumlahnya mencapai 5-7 miliar shekel.
Miliaran shekel juga ditujukan kepada 125.000 pengungsi Israel yang harus meninggalkan rumah mereka di Israel utara dan selatan dan mungkin tidak dapat kembali dalam beberapa bulan mendatang.
Saat ini, setiap orang dewasa yang menginap di hotel dilaporkan menerima 6.000 shekel per bulan, dan setiap anak menerima 3.000 shekel.
Seluruh pengeluaran tersebut diperkirakan berdampak pada pemotongan anggaran di daerah lain serta kenaikan pajak yang diikuti dengan penurunan taraf hidup nasional.
Laporan surat kabar Israel itu menambahkan bahwa sebagian besar tujuan yang ditetapkan oleh pemerintah Israel dalam perang di Gaza belum tercapai, dengan alasan kegagalan untuk membubarkan Hamas dan pembebasan sandera yang ditahan oleh kelompok perlawanan Palestina tersebut.
“Tujuan lain yang masih sulit dicapai adalah pembunuhan komandan paling senior Hamas,” lanjut laporan itu.
"Pasukan terbukti lebih mahir dalam mengenali dan membongkar perangkap bahan peledak serta kemampuan manuver yang lebih efisien untuk menghindari penyergapan dan mengevakuasi korban cedera.
(mas)